Sabtu, 29 Mei 2010

Kisah Cinta (story version)

Aku adalah orang yang akan berjuang memperjuangkan apa yang aku inginkan termasuk untuk seseorang yang aku cintai.
Tapi ketika seseorang yang aku cintai tersebut tak perduli dengan perjuanganku bahkan menganggapnya sesuatu yang sama sekali tak mempunyai arti, maka sampailah aku di titik di mana aku merasa perjuangan ini sudah cukup...


************

"Oi Nad... Ngapain lo masih aja di depan komputer? Istirahat yuk, gw lapar nih..." Maya temanku ribut banget kalau udah jam 12 teng kayak gini. Benar-benar mengganggu konsentrasiku untuk memusatkan pikiranku pada sebuah kegiatan yang teramat sangat penting untuk hidupku.

"Bentar lagi May, tanggung..." ucapku tanpa sedikitpun mengalihkan pandanganku dari layar komputer di depanku.

"Tanggung apaan sih?" kali ini Maya benar-benar tak sabaran

"Oalah, dia chatting ternyata. Gw pikir lo ngerjain tugas kantor. Udah.. udah... Buruan kita istirahat!!!" Maya pun tak segan menarik tanganku yang sedari tadi asyik memainkan jari di atas keyboard.

"Duh, bentar lagi May. Aku benar-benar ga bisa nunda ini. Lo duluan aja ke kantinnya, ntr gw nyusul. Oke?" berharap Maya mengerti dan mau menuruti kata-kataku.

"Ya udah deh. Gw duluan ya.. Abis udah lapar berat nih.."

"Iya.. Iya.. Pesanin aja gw makanan kayak biasa, ntar gw nyusul"

Maka lanjutlah aku dengan kegiatanku. Konsentrasiku kembali kukumpulkan. Bukan hanya konsentrasi, aku bahkan menyusun sebongkah keberanian. Keberanian untuk melanggar komitmenku. Ya, hari ini aku putuskan untuk melanggar komitmen yang selama ini aku pegang selama 23 tahun aku menjalani kehidupan. Komitmen yang terpatri dalam diriku bahwa aku tak akan pernah mengungkapkan perasaan suka ku kepada cowok walaupun aku suka setengah mati terhadap cowok itu. Tapi hari ini, komitmen itu benar-benar aku putuskan untuk ku langgar saja.

Putra, adalah nama laki-laki yang berhasil membuatku mengambil keputusan itu. Dan keputusan ini kuambil tentu bukan tanpa alasan. Kali ini aku merasa Putra perlu tau dengan apa yang aku rasakan selama ini. Dan tujuannya bukan untuk mendapatkan balasan yang sama, kendati tak ku ingkari kalau aku akan sangat bahagia andai hal itu benar-benar menjadi kenyataan. Tapi, ini lebih kepada aku menginginkan kepada sebuah perubahan keadaan. Karena keadaanku yang memendam seperti sekarang ini adalah keadaan paling menyiksa sepanjang hidupku. Aku ingin lega, meski lega itu mungkin akan berkawan dengan kecewa seandainya saja Putra ternyata tak ada 'perasaan' terhadapku. Tapi kupikir, ini akan jauh lebih baik daripada aku harus menebak-nebak perasaannya seperti saat ini yang besar kemungkinan aku bisa saja salah dalam menebak.

Dan dengan segenap kenekadan yang aku punya, maka aku pun mengungkapkan semua isi hatiku.

nadya28: Lo tau ga Put, kalau sebenarnya gw lagi suka sama satu cowok.

poetra_indonesia: Oh ya?? wah, gw baru tau kalo lo bisa juga naksir cowok. :)

nadya28: Ya iya lah bisa.. Lo pikir gw abnormal??

poetra_indonesia: Yaaa... kirain... :p

nadya28: hmmmm....

poetra_indonesia: hmmm (juga).. :p

poetra_indonesia: tapi gw pnasaran nih Nad. emang siapa cowok yang bisa bikin lo naksir? gw kenal ga?

nadya28: hmm.. kenal..

poetra_indonesia: oh ya?? waduh.. sapa ya?? koq gw bisa ga tau gini ya, padahal kita kan lmyn deket

nadya28: lo kenal baik Put, bahkan teramat sangat baik

poetra_indonesia: walah.. tambah pnasaran nih gw... emang siapa sih??

nadya28: hmmm.. emang penting ya bwt lo tau siapa cowok yg gw suka?

poetra_indonesia: Penting lah... Sepenting gosip-gosip di infotainment gitu. Lo kan artis Nad.. :))

nadya28: sialan... gw serius nih..

poetra_indonesia: upss.. iya iya.. gw canda doank tadi..

poetra_indonesia: emang sapa sih??

nadya28: lo ga mau nebak dulu??

poetra_indonesia: lo bilang tadi gw kenal baik sama tu cowok, berarti lo naksir Ardi ya?? Wew.. ga heran sih..

nadya28: Ardi?? Lo koq bisa ngira kalau cowok itu Ardi?

poetra_indonesia: secara Ardi satu-satunya best friend gw n dia kan atlet basket plus tajir pula. Gw ga heran sih kalo lo naksir dy :D

nadya28: sayangnya tebakan lo salah. dasar payah.. :p

poetra_indonesia: trus sapa donk?? gw malas main tebak2an nih..

nadya28: gw emang lagi ga pingin main tebak-tebakan koq

nadya28: gw cuman mau ngungkapin perasaan gue koq...

nadya28: biar lega.. :D

poetra_indonesia: maksud lo??

nadya28: gw suka nya sama lo Put.

poetra_indonesia: gw?? ga salah lo??

nadya28: ga...

poetra_indonesia: tapi gw kan cuma cowok biasa yang ga ada sesuatu yang luar biasa pada diri gw.

nadya28: hmm.. gw jg ga tau. mungkin bener lo cuma cowok biasa dan suka nya gw mungkin di 'biasa' nya lo itu

nadya28: tapi gw ga bakalan maksain lo buat punya perasaan yang sama seperti yg gw rasa. Gw hanya pingin lo tau.

poetra_indonesia: trus??

nadya28: ya ga ada terusannya. kalaupun mau diteruskan, itu semua tergantung lo

nadya28: dan kalau ga pun, gw harap ga ada yang berubah

nadya28: kita tetap teman

poetra_indonesia: emmm.. udah jam istirahat nad

poetra_indonesia: gw makan siang dl ya

nadya28: iya

nadya28: gw juga mau makan, udah ditungguin maya

poetra_indonesia: c u nad

nadya28: c u



dan chatting pun usai dengan ending yang menurutku sama sekali ga jelas. Tapi akal sehatku berusaha untuk menjelas-jelaskannya bahwa sebenarnya Putra tak ada 'perasaan' sama sekali terhadapku. Kalau ada, tentu ia tak akan langsung menyudahi chatting seperti tadi. Tapi sudahlah... Yang jelas aku lega sudah mengeluarkan semuanya. Kini aku merasa terbebaskan dari semua perasaan yang selama ini seperti membelenggu jiwaku.


*******


Tiga tahun setelah pengungkapan perasaanku pada Putra, akupun akhirnya sampai di titik ini di mana aku akan mengundang kerabat, teman, dan handai taulanku untuk bisa menghadiri acara pernikahanku dengan seorang pria yang sebentar lagi akan menjadi jodohku. Ia adalah teman sekantorku. Bersamanya, aku akan mulai merajut hidup yang tentu saja kuharapkan bahagia. Tak ketinggalan aku turut mengundang Putra. Surat undangan yang hanya bisa kulayangkan via email mengingat sekarang Putra berada di luar negeri mengikuti ayahnya yang bekerja di sana.

Tak berapa lama setelah email berhasil aku sending kepada Putra, hape ku berdering nyaring sekali. Sebuah nomor asing dengan kode +48 di depannya. Kode luar negeri. Kode Polandiakah?? Karena setauku, kenalanku yang sekarang berada di luar negeri hanyalah Putra dan sekarang ia memang berada di Polandia.

"Hallo" ragu-ragu aku mengawali pembicaraan telpon

"Hallo Nad. Ini gw Putra" sahut suara di ujung sana

"Putra... Apa kabar Put? Sehat? Udah terima emailku?" kaku sekali aku bicara pada Putra, mungkin karena memang sudah lama kami tak saling bertukar kabar. Mungkin sekitar setahun, tepat setelah ia berangkat ke luar negeri.

"Udah dan jujur gw ga suka"

"Maksud kamu?"

"Gw ga suka lo nikah sama orang lain karena sebenarnya gw sebenarnya suka sama lo dan lo juga suka kan sama gw?? Lo pernah bilang kan kalau lo suka sama gw?"

"Iya Put. Tapi itu kan dulu dan bukannya kamu ga pernah bilang kalau kamu juga punya perasaan yang sama. Ga pernah kan?? Lalu apa aku salah ketika aku mengartikan diam mu sebagai jawaban 'tidak ada perasaan' terhadapku?" nada bicaraku tiba-tiba berubah naik alih-alih gemetar karena aku benar-benar emosi. Bagaimana tidak, setelah semuanya, setelah perjuanganku mengumpulkan segenap keberanian yang ku punya untuk melanggar sebuah komitmen yang selama ini aku pegang teguh. Dan Putra diam saja. Lalu kini tiba-tiba ia berkata ia juga punya perasaan itu. Ah... Tak adil!!! Putra benar-benar sudah tak adil padaku.

"Maafin gw Nad. Gw yang salah. Tapi entahlah... Gw punya alasan Nad.."

"Alasan?? Sekuat apapun alasanmu kupikir tak akan mampu untuk mengubah jalan yang akan aku tempuh"

"Justru itu Nad. Karena jalan itu belum lo tempuh, hanya baru 'akan' lo tempuh, gw pikir masih ada kesempatan, maka gw memberanikan diri untuk melanggar komitmen gw."

"Komitmen??"

"Ya!!! Selama ini gw selalu menanamkan di dalam diri gw bahwa gw tak akan menyatakan perasaan gw terhadap wanita yang gw sukai kalau gw merasa belum mampu untuk bisa melamarnya. Belum mampu untuk bisa menikahinya secara lahir maupun batin. Itu alasan gw Nad... Sebenarnya gw juga punya perasaan yang sama Nad, gw juga suka lo. Gw bahagia sekali ketika tau kalau lo juga suka sama gw. Gw pikir lo bakalan nunggu gw sampai gw siap. Dan sekarang gw siap Nad. Gw udah ngatur rencana kepulangan gw ke tanah air buat ngelamar lo, sampai gw baca email barusan yang lo kirim yang bikin gw hampir pingsan..."

Kraaakkk... Sepertinya hatiku patah berkeping-keping. Kali ini sakit. Aku merasa sebaiknya Putra tak usah memberitahuku kenyataan yang sungguh-sungguh membuatku ingin menangis.

"Nad..."

"Nad, lo masih di situ kan?"

"Masih..." gemetar suaraku

"Maaf Nad, gw ga bermaksud nyakitin lo. Maaf... Gw pingin ngejelasin semuanya sebelum semuanya terlambat"

"Semuanya udah terlambat Put"

"Belum Nad, lo kan belum nikah"

"Tapi undangan sudah terlanjur disebar Put.. Ini semua benar-benar sudah terlambat"

"Nad.. Please..."

"Please apa Put?? Seandainya aja kamu bilang waktu itu kalau kamu juga punya perasaan yang sama. Seandainya aja kamu dulu bilang ke aku buat nunggu, maka aku akan nunggu kamu Put sampai di batas kemampuan aku" Kali ini tanpa bisa menahannya lagi, air mata itu keluar deras mengiringi setiap kata-kata kecewaku pada Putra.

"Maaf Nad... Kita perbaiki semuanya, masih bisa kan?"

"Ga!!! Maaf banget Put. Aku udah ga bisa membalikkan arahku, terlalu banyak hati yang akan aku sakiti dan aku tidak lah seegois itu"

"Tapi Nad.. Demi kebahagiaan kita..."

"Ga Put, aku ga akan pernah bahagia di saat ada hati yang tersakiti oleh kebahagiaanku. Kamu carilah wanita baik-baik. Temukan ia, dan jadikan ia satu-satunya wanita yang kamu cintai. Aku sudah menemukan ia, pria yang akan kujadikan satu-satunya pria yang akan aku cintai seumur hidupku"

"Nad.. Jujur gw sedih tapi gw lebih sedih lagi kalau lo ga bahagia. Semoga pernikahan lo lancar Nad, mungkin gw ga bisa berhadir, maaf... Tapi gw selalu doain lo."

"Thanks Put. Ini lebih baik. Selamanya kita teman. Ok?"

"Ok Nad.. Doain gw juga ya biar cepet dapet wanita yang harusnya lebih baik dari lo. hehehe..."

"Iya.. gw doain.. Lo pasti bisa Put"

"Thanks Nad. Hope this is the best for us"

"Ya.. Pasti.."


Dan klik.. Sambungan telepon pun aku putuskan... Tak ingin memperpanjang masalah yang menurutku sudah selesai.
Sungguh rejeki, jodoh dan maut sudah ada Yang mengatur. Aku percaya sekali akan hal itu. Dan kini sebentar lagi jodohku akan sampai. Jodoh yang kuharapkan akan membawaku ke dalam kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.



18052010 11.27 PM (jam laptop :D)

Jumat, 14 Mei 2010

belajar dari pengalaman...

Siang tadi saya bersama teman saya ingin membuat SKCK alias Surat Keterangan Catatan Kepolisian. Hohoho.. Dulu surat ini lebih dikenal dengan SKBB atau Surat Keterangan Berkelakuan Baik. Tapi entah kenapa sekarang malah disebutnya dengan SKCK. Huffttt... Tapi di sini saya bukan bermaksud membahas 'sebutan' untuk selembar surat itu yang ternyata bikinnya ribet mintaaa ampyuuunnn. Kami (saya dan teman saya) yang sama sekali belum pernah membuat surat ini, otomatis mengalami sedikit kebingungan. Gimana ya tata cara bikinnya?? Maka dengan modal sedikit nekat kami pun mendatangi Kantor PolSek di kota kami. Dengan muka pede, kami pun ikut nongkrong di antrian yang entah sedang antri apa, yang jelas banyak orang mengantri di situ untuk kemudian mereka mendapatkan selembat surat. Dari situ kami berpikir memang ini lah tempat membuat SKCK itu.

Setelah kurang lebih setengah jam antri, maka tiba lah giliran saya. Dengan entengnya saya tanya tuh pak Polisi: "Bikin SKCK di sini kan Pak??"
Pak Polisi dengan sedikit kaget, menyahut: "Oalah, dek.. Di sini itu buat bikin KTP. Bikin SKCK itu di ruang sebelah sana" sembari menunjuk sebuah ruangan yang jelas-jelas di pintu masuknya bertuliskan "SKCK" segede-gede gambreng. Huhuhuhu.. Payah!!! Payah!! Payah!!!

Akhirnya saya dan teman sayapun berpindah ke ruangan tersebut. Setibanya di sana sudah ada satu petugas yang siap melayani kami. Tapi ternyata SKCK kami belum bisa diproses, karena tak ada surat pengantar yang merupakan syarat untuk dikeluarkannya SKCK. Hiksss... Akhirnya kamipun terpaksa harus pergi ke kelurahan dulu, untuk mendapatkan surat pengantar yang dimaksud.

Sesampainya di Kelurahan, saya liat kelurahannya lumayan sepi. Sepertinya beberapa pegawainya udah pulang. Sayapun mendatangi pegawai yang ada dan menyampaikan maksud saya untuk meminta surat pengantar untuk membuat SKCK. Tapi, pelayanan kali ini benar-benar mengejutkan!!! Masa si petugas bilang dengan entengnya.. "Aduh, kelurahannya udah tutup mbak, kan udah jam 11" sambil nunjuk ke jam dinding yang jelas-jelas masih menunjukkan jam 10.55. Hmmm...
"Kalau udah jam 11 komputernya ga bisa dinyalain lagi buat bikin surat pengantarnya"
Haaahhhh?!?!?! Lo kira gua anak kecil yang bisa ditipu. Huks... Apa hubungannya coba, jam 11 sama komputer yang ga bisa dinyalain lagi?? Ga logis banget!!! Ini kah cermin seorang PNS yang memang kbanyakan di cap pmalas dan kerjaannya nyantai-nyantai doank?? Duh, rasanya tak sampai hati memberi cap seperti itu tapi jujur saya kecewa!!!!!

Lalu pegawainya kembali berujar: "Bawa surat pengantarnya ga mbak??"
Surat pengantar apa pula??
"Ga Pak. Surat pengantar apa ya??"
"Wah, mbaknya ternyata belum nyiapin. Jadi, emang belum bisa kita bikinkan surat pengantar Kelurahannya. Di sini, kita juga punya persyaratan mbak. Mbak harus bawa surat pengantar dari RT, fotocopy KTP, fotocopy Kartu Keluarga, sama fotocopy PBB."
Wedew.. ribett amat ya?!

Maka akhirnya, dengan langkah gontai, saya dan teman sayapun kembali ke kantor tanpa membawa selembar surat yang pada awalnya kami kira akan kami genggam sepulangnya kami ke kantor setelah susah payah minta ijin keluar dari kantor. T_T


Pelajaran moral:
*Jangan malu untuk bertanya apalagi untuk mengurus urusan yang ribet. Salah-salah malah hanya akan buang-buang waktu (dilempar-lempar kayak bola kesana kemari). T_T
**Pengalaman adalah guru yang terbaik. Kalau bukan karena ingin mengikuti test DEPKEU tentu saya tak akan pernah tau bagaimana tata cara untuk membuat SKCK. Kalau dihitung-hitung, sepertinya kejadian siang tadi bisa saya jadikan pengalaman ‘berharga’ buat saya. :)
***Kalau Allah mengijinkan saya menjadi PNS suatu saat nanti, saya ingin menjadi PNS yang ‘pantas’. ‘Pantas’ untuk menerima gaji yang akan saya terima. ‘Pantas’ untuk menerima segala fasilitas dan kenyamanan seorang PNS. Amin… ^^

belajar dari pengalaman

Siang tadi saya bersama teman saya ingin membuat SKCK alias Surat Keterangan Catatan Kepolisian. Hohoho.. Dulu surat ini lebih dikenal dengan SKBB atau Surat Keterangan Berkelakuan Baik. Tapi entah kenapa sekarang malah disebutnya dengan SKCK. Huffttt... Tapi di sini saya bukan bermaksud membahas 'sebutan' untuk selembar surat itu yang ternyata bikinnya ribet mintaaa ampyuuunnn. Kami (saya dan teman saya) yang sama sekali belum pernah membuat surat ini, otomatis mengalami sedikit kebingungan. Gimana ya tata cara bikinnya?? Maka dengan modal sedikit nekat kami pun mendatangi Kantor PolSek di kota kami. Dengan muka pede, kami pun ikut nongkrong di antrian yang entah sedang antri apa, yang jelas banyak orang mengantri di situ untuk kemudian mereka mendapatkan selembat surat. Dari situ kami berpikir memang ini lah tempat membuat SKCK itu.

Setelah kurang lebih setengah jam antri, maka tiba lah giliran saya. Dengan entengnya saya tanya tuh pak Polisi: "Bikin SKCK di sini kan Pak??"
Pak Polisi dengan sedikit kaget, menyahut: "Oalah, dek.. Di sini itu buat bikin KTP. Bikin SKCK itu di ruang sebelah sana" sembari menunjuk sebuah ruangan yang jelas-jelas di pintu masuknya bertuliskan "SKCK" segede-gede gambreng. Huhuhuhu.. Payah!!! Payah!! Payah!!!

Akhirnya saya dan teman sayapun berpindah ke ruangan tersebut. Setibanya di sana sudah ada satu petugas yang siap melayani kami. Tapi ternyata SKCK kami belum bisa diproses, karena tak ada surat pengantar yang merupakan syarat untuk dikeluarkannya SKCK. Hiksss... Akhirnya kamipun terpaksa harus pergi ke kelurahan dulu, untuk mendapatkan surat pengantar yang dimaksud.

Sesampainya di Kelurahan, saya liat kelurahannya lumayan sepi. Sepertinya beberapa pegawainya udah pulang. Sayapun mendatangi pegawai yang ada dan menyampaikan maksud saya untuk meminta surat pengantar untuk membuat SKCK. Tapi, pelayanan kali ini benar-benar mengejutkan!!! Masa si petugas bilang dengan entengnya.. "Aduh, kelurahannya udah tutup mbak, kan udah jam 11" sambil nunjuk ke jam dinding yang jelas-jelas masih menunjukkan jam 10.55. Hmmm...
"Kalau udah jam 11 komputernya ga bisa dinyalain lagi buat bikin surat pengantarnya"
Haaahhhh?!?!?! Lo kira gua anak kecil yang bisa ditipu. Huks... Apa hubungannya coba, jam 11 sama komputer yang ga bisa dinyalain lagi?? Ga logis banget!!! Ini kah cermin seorang PNS yang memang kbanyakan di cap pmalas dan kerjaannya nyantai-nyantai doank?? Duh, rasanya tak sampai hati memberi cap seperti itu tapi jujur saya kecewa!!!!!

Lalu pegawainya kembali berujar: "Bawa surat pengantarnya ga mbak??"
Surat pengantar apa pula??
"Ga Pak. Surat pengantar apa ya??"
"Wah, mbaknya ternyata belum nyiapin. Jadi, emang belum bisa kita bikinkan surat pengantar Kelurahannya. Di sini, kita juga punya persyaratan mbak. Mbak harus bawa surat pengantar dari RT, fotocopy KTP, fotocopy Kartu Keluarga, sama fotocopy PBB."
Wedew.. ribett amat ya?!

Maka akhirnya, dengan langkah gontai, saya dan teman sayapun kembali ke kantor tanpa membawa selembar surat yang pada awalnya kami kira akan kami genggam sepulangnya kami ke kantor setelah susah payah minta ijin keluar dari kantor. T_T


Pelajaran moral:

*Jangan malu untuk bertanya apalagi untuk mengurus urusan yang ribet. Salah-salah malah hanya akan buang-buang waktu (dilempar-lempar kayak bola kesana kemari). T_T
**Pengalaman adalah guru yang terbaik. Kalau bukan karena ingin mengikuti test DEPKEU tentu saya tak akan pernah tau bagaimana tata cara untuk membuat SKCK. Itung-itung, kejadian siang tadi adalah pengalaman ‘berharga’ buat saya. :)
***Kalau Allah mengijinkan saya menjadi PNS suatu saat nanti, saya ingin menjadi PNS yang ‘pantas’. ‘Pantas’ untuk menerima gaji yang akan saya terima. ‘Pantas’ untuk menerima segala fasilitas dan kenyamanan seorang PNS. Amin… ^^

Minggu, 02 Mei 2010

-2 May 2010-

sudah 4 bulan berlalu dari waktu yang dulu, waktu di mana seandainya aku bisa memutar waktu kembali, maka aku ingin aku berada di tempat lain, di situasi yang lain, di kondisi yang lain. Bukan di tempat itu, di kondisi dan situasi itu...

Tapi apa daya?? memutar waktu kan hanya terjadi di film-film fiksi atau di film kartun macam Doraemon saja. Maka yang bisa dilakukan hanya menerima dan sebisa mungkin untuk bisa melupakan. Tapi sepertinya memang tidak bisa dilupakan kecuali Allah berkenan membuat saya amnesia. Karena tanpa amnesia, saya pasti akan tetap tidak bisa lupa dengan waktu itu.

Hmmm..

Berharap tak ada lagi orang yang akan mengalami hal yang seperti aku alami.

Berharap, tak akan ada lagi pengharapan pada janji kosong...

Berharap tak akan ada lagi kata-kata tak berarti yang terlanjur diucapkan...

Berharap semua baik-baik saja...

Semua baik-baik saja...

Seperti perasaanku yang mulai membaik tapi tentu tak akan pernah bisa baik seperti semula..