Sabtu, 10 Maret 2012

Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah





Sinopsis Buku

Ada tujuh miliar penduduk bumi saat ini. Jika separuh saja dari mereka pernah jatuh cinta, setidaknya akan ada satu miliar lebih cerita cinta. Akan ada setidaknya 5 kali dalam setiap detik, 300 kali dalam semenit, 18.000 kali dalam setiap jam, dan nyaris setengah juta sehari-semalam, seseorang entah di belahan dunia mana, berbinar, harap-harap cemas, gemetar, malu-malu menyatakan perasaannya.

Apakah Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah ini sama spesialnya dengan miliaran cerita cinta lain? Sama istimewanya dengan kisah cinta kita? Ah, kita tidak memerlukan sinopsis untuk memulai membaca cerita ini. Juga tidak memerlukan komentar dari orang-orang terkenal. Cukup dari teman, kerabat, tetangga sebelah rumah. Nah, setelah tiba di halaman terakhir, sampaikan, sampaikan ke mana-mana seberapa spesial kisah cinta ini. Ceritakan kepada mereka.

*********

Butuh waktu sekitar 10 hari untuk saya menghabiskan buku setebal 512 halaman ini. Bukan karena isi buku ini yang tidak menarik atau membosankan. Tapi lebih kepada saya yang kurang bisa meluangkan waktu untuk membaca sebuah buku. Jujur, isi buku ini, isi cerita di buku ini di awal terasa biasa (untuk saya), tapi tere liye selalu berhasil membahasakan, menuliskan sebuah cerita menjadi begitu menarik dan tak bosan untuk dilanjutkan halaman demi halaman.Berkisah tentang seorang pemuda Kalimantan bernama Borno yang jatuh cinta kepada seorang wanita keturunan Cina bernama Mei. Bersettingkan kota Pontianak dengan sungai Kapuasnya. Diawali dengan tertinggalnya sebuah angpau merah di dalam sepit (speed) yang dikemudikan Borno, dari situlah kisah mereka bermula. Borno yang polos mencoba mencari penumpangnya yang 'sendu menawan' dengan maksud mengembalikan angpau tersebut kepada si empunya. Tapi justru takdir membuat cerita mereka menjadi rumit. Borno berusaha mendekati Mei dengan berbagai cara. Bahkan ia selau setia antri menarik sepit di urutan 13 hanya agar bisa mengantar Mei menyeberang sungai Kapuas untuk mengajar di sebuah Yayasan pada pukul 07.15 pagi.

15 menit dilalui setiap hari dengan memandang Mei yang menumpang sepitnya untuk 23 jam 45 menit berikutnya berusaha berkompromi dengan hati agar rasa rindu tidak terlalu menyiksa diri. Begitulah Borno, hingga akhirnya ia berani menyapa Mei lalu menjadi akrab dengan Mei. Di saat mereka sudah mulai akrab, dengan tiba-tiba Mei memutuskan untuk menjauhi Borno. Bukan tanpa alasan, hanya tanpa penjelasan. Tapi Borno tak kunjung menyerah, selalu berusaha mendatangi Mei demi sebuah penjelasan.

Ternyata ada sebuah kejadian di masa lalu yang membuat Mei sulit untuk menerima Borno. Akan kah Borno bisa meraih cinta pertamanya, cinta yang ia selalu perjuangkan?Baca sendiri ya novel yang menurut saya bagus ini... :)

*********

Membaca novel ini, saya sukses dibuat tertawa oleh tingkah Bang Togar yang lebay minta ampun, pun ada tokoh Andi - sahabat Borno yang memiliki mulut ember tapi setia kawannya luar biasa. Juga ada Pak Tua dengan kata-katanya yang bijaksana, seolah mengajari kita tentang kehidupan tanpa menggurui.

Di novel ini banyak saya temukan nilai-nilai kekeluargaan, persahabatan, solidaritas, semangat pantang menyerah, kesetiaan, dan tentu saja sebuah cinta sejati.

Berkat novel ini pula, saya sukses nangis 3x. Dua kali untuk kisah Fulan dan Fulani dan satu kali untuk episode mendekati akhir novel. Hikss... Perjuangan Borno mirip dengan perjuangannya.. Just feel so touch T_T

Akhir kata, saya bisa menyimpulkan saya menyukai novel ini, mungkin karena kisahnya yang sedikit banyak mengingatkan saya akan sebuah kisah yang lain. But overall, setelah novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu, mungkin ini ada lah novel Tere liye bertemakan cinta dan kehidupan, yang saya sukai (dgn catatan: saya belum tuntas membaca novel Senja Bersama Rosie). ^_^