Tampilkan postingan dengan label Catatan (wanita) Pengawas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Catatan (wanita) Pengawas. Tampilkan semua postingan

Minggu, 13 April 2014

kangen kalian...

Bismillah,

Apa kabar halaman blog ku?? Sepertinya sudah lama sekali tak mengalami penambahan postingan. Si empunya blog sepertinya sedikit kehilangan semangat buat nge-blog lagi, hehehe. Tapi kali ini pingin nulis-nulis lagi, setelah iseng buka-buka koleksi foto di dalam laptop. Waaa.. banyak banget foto kenangan bareng teman-teman di UPK. Makanya jadi pingin mengenang moment2 di UPK melalui sebuah tulisan.

UPK?? Apa tuh UPK? Itu loh, kantor tempat saya bekerja dulu sebelum akhirnya saya bekerja di PDAM kota Banjarmasin. Ya, sekarang saya bekerja di PDAM, aktif mulai 27 Januari 2014 tadi setelah mengikuti proses rekrutment yang begitu panjang (mungkin suatu saat akan saya tulis juga, walaupun late post, karena banyak kenangan di proses rekrutment itu)

Kembali tentang UPK atau lengkapnya, PT PLN (Persero) UPK RINGKAL 4. Adalah kantor tempat saya bekerja untuk pertama kalinya setelah lulus kuliah di akhir 2007. Saya ingat betul saya mulai bekerja di kantor itu tanggal 5 Mei 2008 (sempat nganggur kurang lebih 6 bulan) dan berhenti tanggal 31 Januari 2014 (bukan resign, hanya saja saya tidak memperpanjang kontrak saya).
Kantor UPK sendiri, sudah mengalami 4 perubahan nama selama kurang lebih 5 tahun saya bekerja di sana (lama juga ya.. makanya terlalu banyak kenangan di sana yang akan selalu saya ingat sambil tersenyum). Awal mula, namanya PT. PLN (Persero) PROKITRING KSKT (Proyek Pembangkit dan Jaringan Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah), sesuai namanya, menangani proyek pembangkit listrik dan jaringan transmisi untuk wilayah KalSelTeng. Kemudian nama tersebut berganti menjadi PT. PLN (Persero) PROKITRING KALSEL, masih menangani proyek pembangkit listrik dan jaringan transmisi, hanya saja sudah terbatas di wilayah KalSel saja karena untuk KalTeng sudah ada kantor tersendiri. Lalu nama itu berganti lagi menjadi PT. PLN (Persero) UPK KITRINGKAL II (Unit Pelaksana Konstruksi Pembangkit dan Jaringan Kalimantan II). Dan terakhir, menjadi PT. PLN (Persero) UPK RINGKAL 4 (Unit Pelaksana Konstruksi Jaringan Kalimantan 4), menangani pengawasan proyek jaringan transmisi untuk wilayah Kalimantan Selatan.

5 tahun, tentu bukan waktu yang sebentar. Banyak suka dan duka bekerja di sana, bersama mereka, teman-teman yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya. Ada yang datang ada yang pergi, begitupun yang terjadi di kantor itu. Dua kali saya mengalami pergantian Manajer. Manajer yang pertama, merupakan orang yang tegas, beliau lah yang mengajarkan saya banyak hal, tidak hanya ilmu eksak tapi juga mental untuk tetap bertahan di dunia kerja dengan sebaik-baiknya. Tanpa beliau mungkin saya tidak menjadi seperti saya yang sekarang. Dulu mungkin saya merasa jengkel atau tidak terima dengan cara memimpin beliau, tapi di balik itu semua saya sadar ternyata banyak sekali sisi positif yang bisa saya ambil, hingga yang tersisa sekarang adalah kenangan baik tentang beliau.

Tak hanya Manajer, teman-teman pun banyak yang datang dan pergi. Ada yang pindah tempat bertugas, ada yang memutuskan berhenti dan bekerja di lain tempat, ada juga yang sudah menghadapNya. Teman-teman di kantor dulu banyak yang berasal dari luar Pulau Kalimantan, menyenangkan jadinya bisa mengenal banyak orang dari berbagai suku. Ada yang orang Padang, Pekanbaru, Lampung, Bandung, Bekasi, Depok, Tangerang, Blitar, Jogja, Surabaya, Makasar, Toraja, Selayar, dll. Paling enak kalo habis libur lebaran, semua datang dari daerah masing-masing sambil bawa makanan khasnya. Wuihhh dapat oleh-oleh tentu sangat menyenangkan. Ngomong-ngomong tentang oleh-oleh, di kantor dulu saya sering banget terima oleh-oleh dari luar negeri, karena teman-teman banyak yang dinas ke luar negeri untuk proses FAT. Paling banyak sih oleh-oleh dari Cina, tapi kemarin sempat juga dapat yang dari Korea.

Dulu saya bekerja di bagian Teknik, mengurusi data teknik dan juga mengawas pekerjaannya di lapangan. Alhasil teman saya banyak laki-laki di kantor yang dulu. Ada enaknya juga bekerja dengan banyak laki-laki dibandingkan perempuan. Enaknya, mereka tuh ga rese, ga suka nge-gosip, jadi enak aja bekerja dengan suasana seperti itu. Tapi ga enaknya, kadang saya merasa mereka lupa saya ini perempuan, porsi pekerjaan jadi hampir disamakan :D

Di kantor dulu, orangnya cuma sedikit, karena kantor kami ini adalah unit pengawasan. Sepertinya ga sampai 40 orang. Karena itu, saya merasa sangat dekat dengan mereka. Apalagi hampir 70% orang-orangnya seumuran dengan saya. Jadinya sering nonton bareng, karaoke bareng, makan bareng, dsb. Emm jadi ingat nonton bareng dengan mereka. Berhubung bioskop cuma ada di kota Banjarmasin, dan posisi kami di Banjarbaru, maka biasanya kami rame2 naik mobil kantor menuju Banjarmasin. Itupun nontonnya sepulang kantor, nonton yang midnight, pulangnya hampir jam 2 pagi nyampe rumah di Banjarbaru. Tapi selalu aman pergi dengan mereka, semua pada baik jagain saya, hehehe :D

Di kantor itu pula saya mengenal seorang sahabat yang luar biasa baik. Yang banyak membantu saya, yang banyak menguatkan saya ketika ada masalah menimpa saya, yang mengajarkan saya banyak hal terutama untuk menjadi orang yang lebih tegar, yang sukses ngajarin saya bawa motor, next mungkin nanti bakalan ngajarin saya nyetir mobil, hehehe. Yang mungkin nantinya bakal jadi kakak ipar saya, hihihi Aamin. Terima kasih Yuk... Terima kasih buat semuanya. Yayuk is the best lah pokoknya *hug dari jauh... ({})

Sepertinya terlalu banyak kenangan di sana untuk dituliskan dalam sebuah tulisan. Tapi setidaknya tulisan ini mewakili sebagiannya. Mungkin lain kali akan muncul tulisan seperti ini lagi, ketika saya kangen pada mereka, mungkin saya akan menuliskannya lagi. Ketika saya KANGEN KALIAN...

Dan seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, ada yang datang ada yang pergi. Mungkin dulu teman-teman lah yang pergi meninggalkan saya di UPK, tapi sekarang giliran saya meninggalkan UPK untuk tetap bekerja di perusahaan lain yang syukurnya juga bekerja di bidang pelayanan masyarakat. Kalau dulu saya bekerja di perusahaan yang menyediakan jasa listrik, sekarang saya bekerja di perusahaan yang menyediakan jasa penyediaan air bersih (minum). Saya merasa sangat diberkahi. Pekerjaan ini mungkin adalah impian sebagian besar orang, namun yang lebih besar dari itu, pekerjaan ini adalah pekerjaan yang mengandung nilai ibadah yang besar - InsyaAllah.

Terima kasih teman-teman di UPK untuk persahabatannya, untuk sebuah episode kehidupan yang menyenangkan bagi saya untuk mengenangnya. Walaupun saya sudah tak bekerja di sana, namun kalian tetap teman bagi saya, tak ada yang berubah. Thing's change, friends don't.

Foto terakhir di UPK dengan seragam UPK, sayangnya personilnya ga lengkap, banyak yang dinas luar kota.

Kamis, 09 Agustus 2012

akhirnya ketemu ready mix :D

Bismillah,

Puasa-puasa malah ngawas Proyek, fiuhh.. Untungnya harinya ga begitu panas, insyaAllah kuat mpe waktunya berbuka nanti, Amin.. :)

Dan setelah sekian lama ngawas, akhirnya bertemu dengan yg nama nya ready mix. Sebelum2nya selalu ngecor manual, pake molen yg maksimalnya cuma bisa buat 2 zak semen, hehe.

Oiya, bagi yg blm tau ready mix, sy jelasin sedikit ya biar pengetahuannya nambah. Jadi ready mix itu sesuai dgn namanya adalah adukan siap pakai, dalam hal ini tentu saja adukan yg dmaksud adalah adukan beton.
Adukan beton ini dibuat oleh perusahaan concrete mixing plant berdasarkan mix design yg telah direncanakan sebelumnya. Ready mix ini biasanya digunakan untuk keperluan pengecoran dengan kapasitas yg besar dan lokasi pengecoran yg tdk terlalu jauh dgn concrete mixing plant. Nah, jd terjawabkan, knp sy selama ini blm pernah ketemu dgn yg namanya ready mix?? Yupz, betul sekali, karena selama ini proyek yg sy awasi selalu berada di lokasi2 yg jauh dr concrete mixing plant, semisal dtngh hutan, rawa, dan lain sebagainya. Apalagi, kubikasi pondasi utk tower AA memang tdk lah terlalu besar.

Hari ini, proyek yg sy awasi adalah pembangunan gedung SCADA. Br dalam tahap pengecoran pondasi, dan hari ini targetnya adalah cor sloop pondasi dgn kapasitas yg lumayan besar, menghabiskan kira2 10 truck molen adukan beton.

Puasa jd tambah 'berasa', hehe. Apalagi pekerjanya disini ga ada yg puasa, emm jadi gimana gtu :D
Ditambah sy nya emank tdk bgtu fit, stlh mlm td hunting bahan makanan utk parcel nya staff teknik. Nyampe rumah br jam 11 malam. Tp msh sempat ja ngerajut krn tangan gatel bnget pngn ngerajut setelah kedatangan benang Poyeng pesanan scr online beberapa hr yg lalu. hehe

Akhrnya, pas jam sahur, malah malas sahur krn nguantuukk bnget. Dipaksain akhrnya bisa makan sepiring bihun goreng tanpa nasi. Skrg jd sdkt lemes, hehe. Tp harus tetap semangat!!

 *nyobain ngeblog dgn app blog for seluler sambil istrht drpd liatin pkerja pd makan siang :D




Minggu, 01 Juli 2012

10 hari yang panjang

Bismillah...

Tanggal 21 s.d 30 Juni 2012 kemarin saya ngawas lagi, ngawas pembangunan pondasi SUTT 150 kV. Target dari Banjarbaru, mau menyelesaikan T.115, T.117, T.122. dan T.129. Sayangnya target kali ini ga semua bisa dicapai. T.115 dan T.117 unfinished sampai dengan dinas saya berakhir. T.115 terpaksa berhenti dikerjakan karena selain tanahnya yang sering longsor, juga dikarenakan bermasalah dengan pemilik sawah yang minta padinya diganti dengan sejumlah uang. Sedangkan T.117 gagal diselesaikan karena terjadi kesalahan setting oleh surveyor terdahulu, alhasil stubnya ga pas ditengah pad, akhirnya banyak titik borepile yang missed, mengakibatkan ada beberapa titik borepile yang tidak terpakai sekaligus menyebabkan ada penambahan beberapa titik borepile lagi.

Alhamdulillah yang T.129 dan T.122 nya selesai pondasi.

Tapiii, kita tinggalin dulu tulisan serius tentang pekerjaan ya, soalnya kali ini saya mau curhat tentang betapa betenya saya 10 hari kemarin. Saya kesepiaaannnn :((
Really really feel lonely!

Dinas kali ini terasa lamaaaaa banget. Koq bisa ya? Padahal dulu-dulu pernah juga dinas 10 s.d 14 hari. Tapi dinas 10 hari yang kali ini bener-bener kerasa lamanya, hikss... Sendirian di penginapan, tambah nelangsa ketika tau dari mas yang jaga penginapan, kalau saya satu-satunya cewek yang nginap di penginapan tersebut. Sisanya cowok semua, yang kebanyakan pekerja tambang batubara, secara Satui kan memang tempatnya tambang batubara. Hikss.. jadinya saya jaranggggg banget keluar kamar, cuma mengurung diri di dalam kamar, kecuali pas ngawas. Kalo makan sih, biasanya beli pas ngawas biar bisa dimakan di dalam kamar.

Kebayang kan betapa kesepiannya saya?? Untungnya ada tv, mayan laa buat hiburan walaupun sy sedikit kecewa karena ga bisa nonton pertandingan piala Euro 2012, soalnya tayangannya diacak (habis pake parabola sih..). Tapi selalu nyempetin nonton beritanya pas paginya. Yippii.. Italy go to final, bakalan melawan Spain babak final. Moga Italy yang menang. Amin.. :)

Ooppss.. Stop OOT!!! Kembali ke curhat!

Selain tv, ada juga beberapa hiburan saya yang lain. Eng ing eng... ini dia nii, saya menyebutnya 'paket anti galau'


Ada android, buku, speaker portable, dan sebatang coklat. :D

Android ini buat onlen-onlen biar ga bete. Kemarin sempat whatsapp-an sama temen2 tesaiga (teknik sipil angkatan dua ribu tiga), seneng bangettt. Tapiii, karena jaringan internetnya lemot banget pas di Satui, yang ada androidnya malah buat main game drpd buat onlen. Saya bisa betah banget main solitaire berkali-kali, wkwkwk parahhh.. Fruit Ninja apalagi, huhuhu. Kadang sampai terpikir mau beli tablet aja, soalnya kasian juga kalo hape dibikin buat main game. Tapi masih mikir-mikir banget masalah penting ga pentingnya, jadi sampai dengan saat ini sih, ditahan dulu beli tabletnya :D

Buku, sengaja dibawa dari Banjarbaru sebagai teman pengantar tidur. Buku yang dipilih adalah buku Don't Be Sad punya ayah saya. Tapi buku ini malah dipinjam sama mas penjaga penginapan. Dia penasaran dan pingin baca katanya pas pertama liat buku ini waktu dy gantiin sprei kasur saya. Yaudahlah, saya pinjamkan. Eh dia seneng dan exciting banget, saya juga jadi ikut seneng liatnya. Kalau saja buku itu bukan buku ayah saya, mungkin sudah tak kasih buku itu ke dia :(

Speaker portable ini buat dengerin musik biar ga terlalu bete. Mayan laa bisa jadi temen saya untuk nyanyi-nyanyi ga jelas, hehehe (hobby karaoke kambuh :p). Oiya, ini speaker portable saya yang kedua. Dulu pernah punya satu yang merk Music Angel type Jazz-188. Bodynya hampir mirip dengan yang saya punya sekarang. Tapi suaranya Te Oo Pe Bangettttt. Sayangnya rusak karena jatuh dari kasur ke lantai waktu saya dinas di Angsana. Naa speaker yang ini, suaranya ga sedahsyat speaker yang dulu, tapi lumayan lah dan moga yang ini lebih awet :D

Kalau sebatang coklat ini penghalau galau yang manjur loh.. Beneran!! Makannya sedikit-sedikit aja, jangan langsung satu batang sekaligus, hehehe. Hmm.. jadi pingin beli coklat ini beberapa batang lagi euy. Akaka..

Oiya, satu lagi trik saya untuk menghilangkan bete. Saya suka foto-foto narsis sendiri demi membunuh yang namanya boring time alias BT. Ini nih bukti kenarsisan saya, harap maklum ya.. :D



Alhamdulillah 10 hari tsb sudah dilalui. Gapapa lah kadang cengeng malam-malam (off the record), tapi habis itu biasanya kuat lagi. Banyak kesulitan tapi kemudahannya juga ga sedikit. Intinya banyak sekali hal yang bisa disyukuri. ^_^
Eh, kayaknya bisa disimpulin nih curhatan saya jadi tips untuk menghilangkan bete bahkan mungkin untuk menghilangkan galau.

1. Dekatkan diri dengan berdoa pada Allah
2. Nangis biar lega tapi jangan sampai kebablasan
3. Online seperlunya
4. Main game
5. Dengerin musik, kalau perlu sambil nyanyi, tapi jangan lagu yang mellow ya biar emosinya ga kebawa sedih melulu
6. Baca buku yang bermanfaat
7. Konsumsi coklat. Konon katanya coklat merupakan salah satu makanan yang bisa membuat orang yang memakannya merasa bahagia karena mengandung anadamine, suatu bahan kimia otak yang membantu mencerahkan suasana hati dan gula dalam cokelat juga meningkatkan tingkat endorfin, yaitu hormon lain yang membuat perasaan bahagia. Tapi tidak baik juga mengkonsumsi coklat terlalu banyak ya.
8. Menulis. Kemarin sy sempat nulis tentang impian sy di masa yang akan datang. Senyum-senyum sendiri, jadi ilang deh betenya :D

Apa lagi ya? Hayoo, mungkin ada yang mau nambahin? :)

Selasa, 26 Juni 2012

isi tas

Sekarang sy ngawas (lagi) proyek transmisi, dari tgl 21 Juni 2012 kmrn s.d 30 Juni 2012 mendatang.

Saya iseng moto isi tas saya ketika mengawas, habisnya bete nungguin persiapan ngecor di penginapan. Tp lbh bete lg kalo nunggunya di lapangan. Ya eya laa.. Sapa juga yg ga bete nungguin orang2 ngelansir material? Jadii, harusnya sy bersyukur donk ya, bs nunggu persiapan pengecoran di kamar penginapan, ada AC dan tvnya lagi.. #reminder for myself,byk hal yg bs dsyukuri. :)

Kembali ke urusan isi tas sy, ini dy nih fotonya yang berhasil saya ambil:

untuk lebih jelasnya, sy sebutin satu persatu ya..

Yg pertama adalah buku catatan + pensil. Buku catatan yg sy bw ukurannya kecil aja, biar ringkas. Buku catatan ini, sesuai namanya, tempat sy mencatat berbagai hal sehubungan dgn mengawas. Dari catatan harian sampai dengan catatan penting seperti ukuran pondasi, jumlah besi, jumlah semen, dan data setting stub. Dgn begitu sy ga perlu repot bw gambar design yg uk. A3. Semua udh lengkap di buku kecil sy :)

Yg kedua adalah schedule tower. Utk yg ini, ga bs dmasukin ke buku ctatan krn data yg lumayan pnjng. Tp itu sudah sy ringkas dlm bentuk ketikan. Diprint di selembar kertas yg gampang dbawa kmana2.

Yg ketiga, id card. Sebenarnya id card yg sy pny dan yg sy bw itu adalah buat proyek 'sebelah', tp mayan lah, buat jaga2, krn kalo buat proyek transmisi emang ga ada kartu id nya. Itung2 sbg pengganti surat dinas kalo ada apa2, krn di ktr sy, surat dinas terkadang nyusul belakangan (jgn dicontoh ya..)

Yg ke empat, meteran. Penting banget nih, buat ngukur2, semisal ngukur panjang besi, galian, dll. Meteran yg sy pny ini adalah yg kecil (3mtr), dikasih sama temen (thanx Jek). Kalo buat ngukur back to back tower, meteran sy ga mampu, jd mengandalkan meteran pny Pelaksana yg up to 7,5mtr.

Kelima, counter. Atau tasbih pencet. Gunanya utk ngawas menghitung jumlah semen yg dgunakan utk pengecoran. Sebelum ada alat ini, sy kesulitan buat ngitung semen. Intinya alat ini memudahkan pekerjaan sy. Oiya, sy beli alat ini di Gramedia. Mahal euy, 35rb kalo ga salah. Padahal di pasar Martapura ternyata cuma 15rb (kalo ga salah), warna warni pula. Tp yaudah lah, nyesal jg ga ada gunanya. :D

Keenam, senter kecil.
Alat ini, walaupun bentuknya kecil, tp usefull banget. Apalagi kalau ngecornya sampai malam, krn inspirasi membeli alat ini (memang) adalah waktu sy sukses jatuh gara2 ga liat waktu ngecor sampai malam. Naa, jd terpikir buat pny senter kecil. Hunting di kaskus dan nemu benda ini dgn harga 50rb (blm trmasuk ongkir). Benda ini bs dgunakan di dalam air tp lupa nyampe kedalaman brp. Cuma menggunakan baterai AA 1 biji tp nyalanya udh lumayan bnget, terang dan tahan lama. Hmm.. udh kyk tukang iklan ni sy nya :p

Yang ke tujuh, sarung tangan. Maksudnya utk melindungi tangan biar ga terlalu gosong krn sinar matahari, tp yg ada sarung tangan tsb jarang sy pake. Repot! Apalagi kalau mau utak atik hape sy yg touchscreen, asli repot. Lagian, sy suka pake jaket yg lengannya panjang menutup smpai telapak tangan kalo lg ngawas. Jd smakin jarang pake sarung tangan, tp tetap dibawa aja buat jaga2.

Yang kedelapan, slayer. Penting banget ni sbg pengganti masker utk menutup hidung dan mulut waktu mengawas. Selain utk menghindari debu semen, jg sbg pelindung wajah dr sinar matahari. Tp ya tetap aja sih gosong jg, secara sharian di bwh paparan sinar matahari. Hehe.

Kesembilan, tissue. Ada tissue basah dan tissue kering. Tissue bshnya itu tissue kewanitaan. Maklum laa, kdg kan ngawasnya dtengah hutan atau rawa, jd nya perlu tissue beginian buat keadaan emergency. Kalau tissue keringnya ya buat keperluan ngelap keringat, dll.

Kesepuluh, obat2an. Yg paling sering dibawa ya tolak angin biar ga masuk angin. Trus ada jg minyak kayu putih dan lotion anti nyamuk (lupa ga ikut difoto :p)

Kesebelas, sabun tangan. Sy pilihnya sabun bayi drpd sabun yg lain krn sy pngn kulit tangan sy lembut kyk kulit bayi, hehe, ya ga lah.. Sy cm suka aja sm wangi sabun bayi, maka nya sedia di dlm tas buat cuci tangan.

At last, yg keduabelas adalah tempat hp dan tentu saja hp nya sendiri. Naa yang ini lupa juga buat difoto. :D

Well, itu dy isi tas sy kalo lg ngawas. Udh selesai brarti nulisnya utk kali ini. Skrg mau ngelanjutin bete dl smbil ntn tv. Byee..

Zzz.. Zzz..

Jumat, 27 April 2012

Gara-Gara Padam Listrik :(

Dari tanggal 17 sampai dengan 24 April 2012 kemarin (awalnya cuma 1 minggu tapi diperpanjang 1 hari karena pekerjaan di lapangan belum selesai)saya kembali dinas mengawas. Tepatnya mengawas pengecoran pondasi T.01A SUTT AA-BL. Towernya tower multi jadi pondasi yang dicor pun memiliki dimensi yang lumayan besar yaitu 5,8 x 5,8 x 0,75 = 25,23 m3 untuk masing2 pad. Total ada 4 pad, jadi 100,92 m3, belum termasuk beam dan chimney nya, fiuhhhh...


Waktu ngecor pad yang pertama, ngawasnya mpe malam, karena pengecoran baru bisa dilakukan siang hari (kurang lebih jam setengah dua siang). Gara-gara ada acara peresmian di PLTU yang ngundang pak Gubernur buat meresmikan unit 3, akhirnya kami ga boleh kerja ngecor dari pagi sampai siang. Ujung-ujungnya ngecor sampai malam, capekkk...

Akhirnya jera ngecor pad kalau dimulai terlalu siang, karena pengecoran bisa berlangsung mpe 8 jam. Untuk pad selanjutnya, saya selalu minta agar dipersiapkan untuk bisa dicor pagi. Intinya pekerjaan cor lancar, kecuali menjelang hari terakhir ngawas, tiba2 semen T*N*S* nya habis (selama ini memang selalu memakai semen T*N*S* sesuai dengan laporan mix design yang disampaikan sebelumnya). Sebenarnya pelaksana minta agar semen diganti saja dengan semen T*** R***, karena semen T*N*S* memang susah didapat di dekat lokasi proyek. Tapi karena masih bisa mendatangkan semen T*N*S* dari ibukota provinsi, sayapun memilih menunggu saja, toh cuma nunggu 1 hari. Tapi saya juga penasaran, apa boleh mencampur 2 jenis semen dalam satu pekerjaan?? Saya khawatir aja, karena ga da laporan hasil test sebelumnya. Sayapun menelpon kenalan saya di laboratorium sebuah perusahaan penyedia ready mix beton. Dari info beliau, dan menurut hemat beliau, sebenarnya tak apa mencampur 2 jenis semen dalam satu pekerjaan karena pada dasarnya semen itu sama. Hmmm.. saya jelas ga bisa begitu saja berpegangan pada kata2 kenalan saya tersebut tanpa ada uji cobanya. Tapi cukup sebagai masukan saya saja. Kapan-kapan jadi pingin melakukan uji coba mencampur dua merk semen, dan melihat hasil betonnya.. :D

Setelah 8 hari, akhirnya pondasi T.01A kelar juga dicor. Tinggal nunggu umur betonnya 14 hari buat bisa di erection. :)

Dan seperti biasanya, selalu ada pengalaman unik ketika mengawas. Kali ini kejadian yg lucu dan ga begitu mengenakkan sih... Tepatnya kejadian pas saya habis ngawas ngecor mpe malam. Pulang ke mess, bawaannya pingin mandi. Eh pas lagi asyik mandi, tiba2 listrik padam. Alamak... Mau keluar kamar mandi ga bisa, di messnya nya kan banyak cowok. Mau tetap di kamar mandi, gelapnya minta ampun. Hiksss... Akhirnya berusaha bertahan aja di dalam kamar mandi sambil berusaha meraba2, mana sabun, mana ember, mana gayung, mana air.. hikss hiksss.. T_T

Tapi beberapa menit kemudian ada temen yg naroh lampu emergency di depan pintu kamar mandi, jadi ada sedikit cahaya yang masuk ke dalam kamar mandi. Jadi saya bisa liat sedikit2, mana sabun, mana air. Alhamdulillah mandinya tuntas. :D
Jadi pengalaman deh, besok2nya kalau mandi malam lagi, ga lupa bawa senter kecil atau hape yg ada senternya. Tapi tetap berharap, ga usah padam listrik ja, menyusahkan euy.. :D

Kamis, 26 April 2012

Pengalamanku sebagai seorang pengawas wanita

Sudah lama pingin nulisin ini. Jadi ga sabaran n malah jadi bingung mau mulai dari mana. :D
Baiklah, kita mulai saja dengan bismillah, inilah cerita pengalaman, suka dan duka ketika mengawas pekerjaan proyek selama hampir 4 tahun.

Pertama kali saya ngawas itu, tepatnya kapan ya?? lupaa.. kalau ga salah sih, ngawas pembangunan GI Kayutangi. Culun banget, ga begitu ngerti apa yang musti dilakuin. Alhasil malah jadi belajar di lapangan alih-alih ngawas. Waktu itu ngawasnya cuma 1 minggu aja. Tidurnya di mess di handil bakti, di perumahan gitu. Rumahnya suka goyang kalau ada mobil truk lewat, hehehehe...

Setelah ngawas GI Kayutangi, kemudian dipercaya ngawas (extension) GI Mantuil. Masih tetap dengan 'proses belajar' tapi udah mulai ngerti item2 apa ja yang mesti diperhatiin atau diawasin. Ngawasnya juga cuma 1 minggu dan karena lokasi yang bisa dibilang tidak begitu jauh namun juga tidak begitu dekat, saya ngawasnya PP saja alias tetap tidur di rumah (ga nginap di mess). Waktu ngawas di GI Mantuil ini, ada pengalaman unik. Ada salah satu pekerja (buruh) yang naksir saya. Pas saya mau selesai dinas, dia tiba2 minta maaf karena suka perhatiin saya. Haduh2, jujur saya bawaannya takut aja. Tapi sy tetap menghargai org tersebut dengan tidak bersikap kasar sama dia. Pengalaman yang aneh ya?? hehe

Kemudian, saya mulai ditugaskan mengawas tower SUTT. Berbeda dengan Gardu Induk atau GI, tower SUTT mengharuskan saya untuk mengawas di tempat2 terpencil, seperti di tengah hutan, rawa, sawah, kebun, area tambak, dsb. Awal mula ngawas SUTT itu di daerah Pelaihari. Berhubung saya seorang wanita, ManPro sengaja menempatkan saya di section yang dianggap paling gampang. Tepatnya di section 8 SUTT AA-M. Lokasinya banyak yang berada di kebun sawit dan sawah. Ga terlalu ekstrim lah. Waktu mengawas di section 8 tersebut, saya tidur di mess di daerah Pabahanan, Pelaihari. Ketika itu, saya satu-satunya pengawas wanita, yang lain laki2 semuanya. Tekanan batin banget, tapi saya berusaha menjalaninya sambil berpositive thinking. Tapi orang lain belum tentu berpositive thinking sampai akhirnya saya ditegur oleh ibu pemilik rumah yang rumahnya kami jadikan mess. Sedih banget... Saya mpe nangis waktu itu tapi nangisnya ga di depan ibu itu. Temen2 saya yang di mess pada bingung. Bingung ngebujuk juga, sampai2 ada yg ngebujuk saya pake eskrim, hihihi, emangnya saya anak kecil?? Hmmm.. Tapi hikmah setelah kejadian itu, AsMan Teknik akhirnya memutuskan untuk tidak menurunkan saya ke lapangan sampai dengan waktu tertentu :D.
Tower yang pertama kali saya awasi di section 8, adalah T.283. Dan sekarang udh berdiri dengan gagahnya seperti di gambar berikut:
T.183 SUTT 150 kV AA-M


Tapi, selama mengawas di section 8, banyak pengalaman unik yang saya alami, di antaranya saya pernah hampir kehilangan lidah saya karena kegigit akibat saya terlalu lapar. Pernah juga saya ngawas memakai jilbab (langsung) terbalik (bagian dalam di luar dan sebaliknya). Karena buru2 dan ga sempat ngaca waktu mau berangkat ngawas. Pas nyadar, rasanya maluuuu banget sama kontraktor pelaksananya. Huhuhu :(
Setelah section 8 selesai, saya mulai mengawas di section 9 dan 11. Di section 11 ini lokasinya di sawah semua. Jadi tiap hari keluar masuk sawah. Berjemur di bawah matahari bareng sama petani. Jadi semakin menghargai pekerjaan petani. Di section 11 ini saya sempat sakit karena kecapekan. PP naik motor MegaPro sama temen tiap hari dan ga pake jaket pula. Kadang pulangnya kemalaman. Alhasil masuk angin n muntah2 di penghujung dinas. T_T

Setelah SUTT AA-M selesai, proyek yang lain sudah menanti untuk diawasi yaitu SUTT AA-BL. Dan sayapun kembali mengawas. Awalnya di section 4 dan section 5. Kadang mpe setengah bulan dinas ngawasnya. Tidurnya di mess Pagatan dan karena mengawas di daerah Pagatan, tahun kemarin saya beruntung banget bisa nyaksiin Pesta Pantai (pesta tahunan di Pantai Pagatan), yang selalu diadakan di bulan April. Pantai pagatan cantik banget di bulan April.. :)
Suatu pagi di Pantai Pagatan


Di section 4 dan 5 SUTT AA-BL ini lokasi towernya lebih susah. Ada yang di tengah rawa, bahkan ada yang hanya bisa dicapai dengan naik jukung (kapal kecil dengan mesin). Padahal saya ga bisa berenang, jadi diberani2kan saja naik jukungnya :(
Waktu ngawas di T.260 (lokasi bekas tambak), untuk pertama kalinya dalam sejarah saya mengawas, akhirnya saya ngawas ngecornya mpe malam, tepatnya jam 12 malam, soalnya kondisi yang mengharuskan pondasi tersebut harus segera dicor, dikarenakan tanahnya yang rawan longsor.
T.260 SUTT 150 kV AA-BL dicor malam karena kondisi tanah yang rawan longsor


Waktu ngawas di T.254, jalan menuju lokasinya parah mampus. Ga bisa ditempuh pke motor. Jadi musti jalan kaki mayan jauh, jalan nya muter n meniti gitu. Dan ketika udah ga bisa meniti, otomatis harus jalan di tengah2 tambak dengan air setinggi paha. Lokasinya pokoknya parah parah parah.
T.254 SUTT 150 kV AA-BL, kondisi tanahnya yang parah


Waktu ngawas di T.245, saya minta sama surveyornya supaya saya diijinin setting stub untuk pertama kalinya. Sambil sedikit dibantu dan dikasih arahan sama surveyornya, akhirnya saya berhasil setting stub!!! Senengnya... berasa keren dah, hehehe... Dan sekarang T.245 udah berdiri dengan gagahnya. Sayangnya sy ga moto T.245 itu.. huhuhu..


Pas ngawas di T.203, saya musti pake jukung buat nyebrang sungai biar bisa nyampe ke titik towernya. Di sungainya ada buaya muaranya. Untungnya saya ga ketemu sama tu buaya. Tapi ketemunya sama ular phyton. Saya ga berani foto sama ularnya. Tapi si bapak pelaksana berani, trus saya yang motoin, hehehe..
Ularnya nakutin, hiiiyyy :D
Waktu ngawas di T.203 ini, saya kebelet banget pingin pipis. Tapi karena lokasi yang jauh dari mana-mana, akhirnya saya pipis di bangunan bekas sawmill ga kepake. hikss hikss.. sengsara banget ya?? T_T

Setelah section 4 dan 5 rampung, saya kembali mengawas di section 1, 2, dan 3. Untuk ketiga section ini, lokasinya kebanyakan berada di kebun sawit dan di area tambang. Paling males ngawas kalo lokasinya kena di area tambang. Panas dan debunya itu yang bikin menderita banget, hikss...
Waktu pertama kali ngawas di section 1 tepatnya di T.66, saya langsung dapet pengalaman yang tidak mengenakkan. Si mandor lagi emosi karena ga terima pekerja2nya disuruh lansir material. Saking esmosinya, mandor itu mpe nebas2in parang (golok) ke terpal buat tampungan air. Saya jadi lumayan shock waktu itu. Untungnya ga sampai kenapa2 sayanya, cuma jadi sedikit trauma aja.
Tapi waktu kembali berkesempatan ngawas di section 1 lagi, saya diajak jalan2 ke pantai kintap. Menghibur diri setelah jenuh mengawas. Pantainya ini merupakan pelabuhan batubara juga loh.. :D
di suatu pantai di kintap ;D

Kalau ngawas di section 2, yang ada saya nya yang emosi. Soalnya pelaksananya susah banget dikasih tau. Pekerjanya juga banyak yang ga becus ngerjain pondasi tower. Capeee deeehhh.. :(

Nah kalo di section 3 sih biasa2 aja, tapi tidurnya yang agak ga biasa. Kalau ngawas di section 3, saya tidur di mess di desa Al Kautsar. Mess nya sih lumayan besar. Rumah dengan 4 kamar, tapi hanya 2 kamar yang bisa dipakai karena 2 kamar lainnya dijadiin gudang. Rumahnya ga da plafondnya, saya pernah kejatuhan cicak, hikss...


***************************************************************************


Banyak cerita, banyak suka, tawa, duka, air mata ketika mengawas. Banyak pengalaman unik yang saya dapat yang sebagian masih saya ingat dan sebagian lagi mungkin terlupakan. Oiya, mungkin kalian bertanya2, bagaimana penampilan saya kalau lagi mengawas. Berikut beberapa foto saya ketika mengawas :D


Musti pake jaket dan slayer. Kalau sepatu sih nyesuaiin aja. Kalo lokasinya becek berair pake sepatu boot. Kalo lokasinya kering pake sepatu safety. Dan kalau kelewat kering alias lokasinya cuma kebun atau halaman rumah orang, biasanya milih pke sepatu sendal aja, hehehe...


***************************************************************************


Sampai dengan sekarang, section 1, 2, dan 3 masih berjalan alias belum rampung. Dan 2 hari yang lalu saya baru saja selesai mengawas di section 1 (T.01A). Tower multi. Volume pad nya saja lebih dari 23 m3. Mpe mabok saya ngawasinnya, udah harinya puanassss banget, bikin sakit kepala dan yang jelas bikin kulit jadi gosong. Dan lagi2, ada saja pengalaman unik yg saya dapat ketika mengawas. Mau tau?? Baca postingan berikutnya ya.. :)

Mukadimah Catatan (wanita) Pengawas

Sebenarnya sudah lama sekali saya ingin menuliskan pengalaman-pengalaman ketika mengawas proyek di dalam sebuah blog. Apalagi ketika banyak kejadian yang rasanya sayang apabila tidak dituliskan. Tapi akhirnya, baru sekarang niat tersebut terealisasikan.


Singkat cerita, saya ini dari tahun 2008 sampai dengan sekarang memang bekerja di proyek yang membangun sarana ketenagalistrikan, tepatnya sebagai tenaga teknik (admin merangkap pengawas). Mungkin tak ada yang spesial dari profesi saya ini, tapi kalau dipikir-pikir lagi, tiap profesi pastilah istimewa, dengan keunikannya masing-masing. Apalagi kalau pekerjaan tersebut biasa dikerjakan oleh laki-laki dan sekarang saya sebagai seorang wanita, justru mengerjakan pekerjaan (yang biasanya dikerjakan) laki-laki, tersebut.


Dan layaknya pengawas pada umumnya, pastilah memiliki catatan harian, walaupun saya termasuk orang yang malas sekali membuat yang namanya catatan harian. Tapi kesini-sininya saya merasa perlu untuk menuliskan catatan harian tersebut. Di samping sebagai sarana pengingat akan kegiatan pekerjaan saya (jujur saya termasuk orang yang sedikit pelupa), juga sebagai sarana saya untuk menyalurkan uneg-uneg, berbagi pengalaman dan syukur-syukur bisa dipetik hal-hal yang bermanfaat dari catatan harian saya ini.


Banyak cerita ketika mengawas. Sudah hampir 4 tahun lebih saya menjalani profesi ini sampai dengan sekarang. Ada tawa, air mata, bahkan darah di dalamnya. Ada pengorbanan dan tentu saja rejeki yang saya peroleh di sana. Terkadang saya berfikir, koq saya bisa ya menjadi seorang pengawas? Bekerja di bidang yang benar-benar ‘teknik’ (sesuai dengan disiplin ilmu yang saya miliki: Teknik Sipil)? Padahal dulu sebelum lulus kuliah saya mati-matian berharap agar nantinya mendapatkan pekerjaan yang jauh dari disiplin ilmu saya. Bagaimanalah? Saya merasa SalJu alias salah jurusan semasa kuliah dulu. Tapi karena berbagai alasan, kuliah tetap saya lanjutkan sampai akhirnya saya berhasil lulus. Dan ternyata takdir saya berjalan ke arah yang berlawanan dengan harapan saya. Saya menjadi seorang pengawas! Saya jadi ingat dengan tokoh Ikal di novelnya Andrea Hirata: Laskar Pelangi, yang konon menceritakan bahwa Ikal membenci profesi tukang pos (saya lupa alasan kenapa ikal membenci profesi tersebut). Tapi ternyata, Ikal malah menjadi tukang pos sungguhan. Ironi. Sama seperti saya…


Entah sampai kapan saya akan bertahan di profesi ini. Karena ada hal-hal yang bertentangan dengan hati nurani saya, namun ada juga hal yang membuat saya belum bisa meninggalkan profesi ini. Sebelum saya menjelaskan kenapa profesi ini sering menyebabkan perang di hati nurani saya dan kenapa sampai dengan sekarang saya belum memutuskan untuk meninggalkan profesi ini, ada baiknya saya menjelaskan terlebih dahulu sedikit detail tentang pekerjaan saya.


Pekerjaan saya, seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya adalah seorang pengawas atau bahasa kerennya: supervisor. Tapi saya lebih suka menggunakan istilah ‘pengawas’. Pengawas yang bekerja di perusahaan listrik milik negara sebagai tenaga kontrak. Yang tugasnya mengawasi pekerjaan konstruksi yang berhubungan dengan sarana ketenagalistrikan. Sebut saja Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), Gardu Induk (GI), dan bangunan lainnya semisal gedung SCADA dan perumahan operator.


Yang namanya pengawas, tentulah tugasnya mengawasi pekerjaan konstruksi tersebut mengacu pada teori BMW (tepat Biaya, Mutu, dan Waktu). Senjata seorang pengawas adalah buku kontrak (spek teknik) dan gambar teknik. Sedangkan kelengkapan untuk mengawas, banyak. Tergantung pekerjaan apa yang mau diawasi. Selama ini, saya lebih banyak mengawasi pekerjaan SUTT. Tepatnya pembangunan pondasi dari SUTT (tower listrik) 150 kV. Tower-tower tersebut terkadang lokasinya nun jauh dari keramaian kota. Karena memang direncanakan seperti itu. Bahkan disewa sebuah jasa konsultan untuk menentukan jalur SUTT tersebut agar seminimal mungkin menyentuh ramainya kota dan tentu saja diusahakan berjalur lurus (sesedikit mungkin terdapat belokan jalur SUTT).


Karena jauh dari keramaian kota tersebut maka saya sering bepergian sendiri ke lokasi titik tower tersebut. Sendirian lah saya seorang ‘wanita’ di antara para laki-laki pelaksana pekerjaan (kontraktor). Ini hal yang sering membuat perang batin tersebut. Tapi saya mencoba positive thinking, pekerjaan saya ini adalah untuk kesejahteraan orang banyak. Dari situ saya berfikir, mudah-mudahan pekerjaan ini menjadi ladang amal saya. Sisanya saya serahkan sama Allah saja. :D


Dari seringnya mengawas ke lapangan tadi (ke hutan, ke rawa, ke kebun, ke lokasi tambang, ke tambak, dsb) maka muncullah banyak cerita yang sekarang menjadi kenangan tersendiri buat saya.
Harusnya sudah sejak dulu saya menuliskan cerita ini, tapi apa mau dikata, baru sekarang ada keinginan untuk menuliskannya seperti ini. Oleh karena itu, untuk cerita yang dulu-dulu, mungkin akan saya rangkum jadi satu di sebuah tulisan berikutnya yang saya beri judul “Pengalamanku sebagai seorang pengawas wanita”. Kejadian-kejadian yang dulu sangat berkesan. Mengingatnya saja sering membuat saya senyum-senyum sendiri, membuat saya banyak bersyukur karena diberikan kesempatan mengalami pengalaman-pengalaman tersebut yang walaupun terkadang berat, tapi sungguh saya sangat bersyukur ketika melewatinya dengan baik dan tetap dengan rasa syukur itu tadi.


Dan untuk ke depannya, saya ingin dan saya berencana untuk selalu menuliskan catatan harian saya sebagai seorang pengawas. Dengan begitu saya berharap blog saya dapat terus saya update dan menjadi catatan tersendiri buat saya. Well, anggap saja ini proyek pribadi saya, diary saya sebagai seorang pengawas (wanita). Mudah-mudahan ada manfaat yang bisa dipetik oleh orang lain yang membacanya. Amin.

Senin, 23 November 2009

Menghargai...

Listrik.
Apa yang ada di benak kalian ketika saya sebutkan kata itu?
Sebagian besar dari kalian mungkin akan menjawab PLN, mati lampu dan byar pett. :)
Hmmm… tak bisa dipungkiri memang bahwa akhir-akhir ini, topik ‘listrik’ menjadi sesuatu yang kembali hangat dipermasalahkan. Padam lampu sebentar saja maka akan ada banyak orang yang langsung protes keras karena merasa tidak puas dengan kinerja PLN, sampai-sampai di antara mereka ada yang bertindak anarkis terhadap pekerja PLN – hal yang sesungguhnya sangat disayangkan mengingat kita adalah manusia yang diberi akal untuk berpikir.
Sebenarnya, adalah sangat wajar bila terjadi pro dan kontra terhadap suatu masalah, apalagi menyangkut masalah penting semacam listrik yang penggunaannya memang sangat penting dalam kehidupan – mungkin setara dengan air bagi kehidupan.
Dan kalau saya ditanya, saya ini termasuk yang pro atau yang kontra? Maka saya jawab, saya termasuk yang menghargai. ^^
Saya menghargai mereka yang kontra, karena mereka memang memiliki hak untuk kontra, memiliki hak untuk protes dan menuntut pelayanan yang lebih baik karena mereka adalah pelanggan. Tapi saya benar-benar tak habis pikir dengan mereka yang melakukan tindakan anarkis tadi. Ada kejadian di mana pegawai PLN di hadang, di ikat dan dimasukkan ke comberan karena pada waktu itu listrik padam. Coba pikir dengan akal sehat yang sudah diberikan Allah. Apa dengan memasukkan pegawai PLN itu ke dalam comberan maka listrik akan menyala seketika? Ini kah cermin orang Indonesia yang berbudi?
Dan listrik padam pun sebenarnya bukan tanpa alasan, bisa karena persoalan teknis seperti jadwal perawatan secara berkala, atau terkendala oleh kurangnya dana untuk pembangunan pembangkit dan peremajaan berbagai peralatan, sampai pada kejadian yang tak terduga seperti terbakarnya trafo di GITET Cawang Jakarta. Sekali lagi, semua itu bukan tanpa alasan.

Dan jujur, saya bukan orang yang suka dengan kontroversi. Dan tujuan catatan ini sama sekali bukan untuk mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, karena jika ya, mungkin catatan ini tidak akan pernah ada akhirnya. Oleh karena itu, pembahasan ini saya cukupkan sampai di sini.

Yang ingin saya tonjolkan di sini adalah rasa ‘menghargai’. Maka nya, judul itu lah yang saya pilih sebagai judul catatan kali ini.
Listrik.
Suatu sumber daya yang tidak seketika bisa dihasilkan begitu saja. Ada proses panjang yang harus dilalui untuk itu, yang menuntut para pekerjanya bekerja ekstra keras dengan penuh pengorbanan. Ini lah sesungguhnya yang membuat saya menghargai sebuah kinerja, sebuah usaha untuk orang banyak.
Ketika sebuah pembangkit tenaga listrik sudah berdiri, maka diperlukan saluran transmisi yang akan mengalirkan listrik dari pembangkit ke gardu induk yang akan membagikannya lagi dalam daya yang lebih kecil agar sesuai dengan daya untuk perumahan dsb.
Dari pembangunan transmisi ini lah, saya bisa tau dengan persis perjuangan itu. Di awali dengan pembebasan tanah tapak tower. Pembebasan tanah di sini maksudnya adalah membeli tanah dari pemilik tanah yang tanahnya terkena jalur transmisi.
Hanya untuk membebaskan tanah agar sebuah tower transmisi bisa berdiri, para pekerjanya harus berhadapan dengan pemilik tanah yang kadang mempersulit. Di sinilah ironisnya. Di lain pihak menuntut kinerja PLN agar lebih baik, tapi di pihak lain malah mempersulit. Tapi semua itu tetap di jalani dengan pendekatan-pendekatan dan sesuai hukum dan tata cara yang berlaku.
Kemudian sampai pada tahap pembangunan tower itu sendiri. Tower yang letaknya kadang jauh di dalam hutan, mengharuskan pekerjanya untuk masuk ke dalam hutan dan melakukan pengawasan pengecoran yang tak jarang dilakukan sampai tengah malam. Sama sekali bukan pekerjaan yang gampang.
Ketika semua tower sudah berdiri, ada lagi yang namanya ROW, semacam kegiatan inventarisasi tanam tumbuh yang terkena area stringing (penarikan kabel). Tak jarang para pekerja PLN yang melakukan kegiatan ROW dikejar dengan parang oleh warga, karena dikira akan mengambil tanah mereka, merusak kebun mereka, dsb. Sekali lagi ironis – selalu saja dipersulit tapi sebaliknya, menuntut yang lebih.
Belum lagi bila ada kerusakan di SUTT atau SUTET yang harus diperbaiki tanpa harus mematikan aliran listrik, agar semua orang tetap bisa menikmati listrik sementara pekerja PLN melakukan perbaikan atau perawatan. PDKB (Pekerjaan Dalam Kondisi Beraliran), sungguh bukan pekerjaan yang mudah karena nyawa lah taruhannya. Bekerja di atas tower dengan ketinggian 20 – 30 meter dan dalam keadaan listrik mengalir pula. Benar-benar sebuah dedikasi yang patut dihargai.
Dan itu semua hanya sebagian kecil kerja keras pekerjanya di lapangan yang saya tau.
Masih ada lagi pekerjaan di balik meja yang juga menuntut dedikasi yang tak kalah tinggi karena tak jarang para pekerjanya harus lembur bekerja sampai larut malam, agar kontrak-kontrak untuk membangun semua sarana dan prasarana kelistrikan itu bisa tercapai tepat waktu, mutu, dan biaya.

Sekali lagi, intinya adalah bahwa saya sangat menghargai – tidak ada maksud sama sekali untuk memihak. Karena jujur saja, tidak ada untungnya sama sekali bagi saya. Pegawai nya saja bukan. Tapi karena saya mengetahui kerja keras mereka lah, maka saya memutuskan untuk menghargai. Mudah-mudahan akan ada banyak lagi orang-orang yang mau menghargai dan tidak akan ada lagi yang berlaku anarkis.
For the last, cukup matikan 2 buah lampu yang tidak terpakai di rumah anda (apalagi televisi yang dinyalakan padahal tidak ditonton, dsb). Itu akan sangat berarti. Berhematlah dengan listrik. Karena listrik untuk kehidupan yang lebih baik.