Rabu, 23 Desember 2009

Kado teristimewa...

Byur.. kusiramkan air segar ke sekujur tubuhku yang rasanya penat sekali dan penuh bekas keringat yang sudah mengering. Hmmm.. segar sekali rasanya dan pikiranku menjadi terasa sangat ringan sehingga mudah sekali melayang kemana-mana. Sepertinya pikiranku ini mudah sekali memencar kesana-kemari seperti air mandiku yang memercik. Namun sebenarnya pikiranku lebih terpusat ke satu tempat, yaitu rumahku yang jauh disana, berjarak 12 jam perjalanan dengan menggunakan bis dari mess tempat tinggalku sekarang.

Tak bisa dipungkiri, aku sangat rindu rumahku. Tempat berkumpulnya Bapak, ibu dan 4 adik-adikku. Aku memang tak terbiasa jauh dari mereka. Tak pernah sekalipun kecuali pada saat sekarang, di mana aku dengan sedikit nekad mencoba peruntunganku dengan bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang tambang batubara di Samboja (1 jam dari Balikpapan). Jauh sekali ya? Terutama dari rumahku yang berada di Banjarbaru. Padahal waktu di Banjarbaru dulu, sebenarnya aku sudah memperoleh pekerjaan yang lumayan, tepatnya di sebuah perusahaan penyewaan alat berat untuk tambang batubara. Untuk itu, aku sangat tidak asing dengan dunia tambang batubara ini. Dan karena alasan itu lah aku berani mengambil pekerjaan yang ditawarkan teman baikku yang sekarang bekerja di perusahaan yang sama denganku di Samboja. Ia menawarkan sebuah posisi pekerjaan yang lumayan menggiurkan dilihat dari posisi dan salary yang ditawarkan.
Bukannya aku tidak bersyukur dengan apa yang kuperoleh ketika aku bekerja di Banjarbaru sehingga memutuskan untuk mengambil pekerjaan yang sekarang ini, karena terus terang saja, banyak sekali nikmat yang kudapat dengan bekerja selama kurang lebih 5 tahun di perusahaan penyewaan alat berat itu. Aku mampu membeli 2 buah motor yang sekarang dipakai oleh adik-adikku. Sedangkan aku lebih suka memakai astrea bututku yang sangat kusayangi. Tapi aku benar-benar merasa harus mengambil kesempatan bagus ini. Kesempatan bagus kan tidak datang dua kali.
Dan sekali lagi ku katakan, aku sayang adik-adikku. Sebagai anak pertama, aku merasa bertanggung jawab atas mereka. Itulah sebabnya hampir seluruh hasilku bekerjaku itu ku peruntukkan untuk adik-adikku dibandingkan untuk keperluanku sendiri. Walaupun masih ada Bapak yang sanggup membiayai sekolah dan jajan mereka. Tapi aku juga tak lupa menabung untuk masa depanku. Aku sudah mulai mengkredit rumah yang nantinya ingin ku tempati bersama seorang wanita yang akan menjadi istriku. Entah siapa wanitu itu nantinya, karena terus terang saja, aku tak pernah dekat dengan seorang wanitapun. Aku merasa Allah sudah menyiapkan seorang wanita itu dan aku hanya tinggal menjemputnya saja. Entah kapan dan di mana. Tapi aku benar-benar percaya akan hal itu.

Usai mandi, akupun bersiap untuk istirahat malam namun tiba-tiba terdengar alunan One Last Time-nya Dream Theater dari handphoneku. Itu tandanya telepon dari orang di rumahku, karena handphoneku sudah ku set agar ringtones favoritku itu mengalun apabila handphoneku dihubungi oleh nomor-nomor dari Bapak, ibu atau adik-adikku. Bergegas ku raih handphoneku, kulihat layarnya bertuliskan ‘Bapak’ dan langsung saja ku tekan tombol hijau itu.

“Hallo, Assalamu ‘alaikum”
“Wa alaikum Salam Nak…”
“Ada apa Pak, tiba-tiba telpon malam-malam begini? Ibu dan adik-adik sehat kan Pak?“
“Alhamdulilllah semua sehat wal ‘afiat”
“Trus Bapak udah ga sakit lagi pinggangnya?” Aku sungguh mengkhawatirkan Bapak ku yang pinggangnya sering sakit karena syaraf terjepit.
“Alhamdulillah sudah berkurang sakitnya. Kamu kapan pulang ke Banjarbaru Nak? Bapak ada yang mau disampaikan, tapi ga bisa lewat telepon”
“Minggu ini aku off Pak, jadi bisa pulang sekitar 1 minggu. Memangnya ada hal penting apa Pak?” hatiku benar-benar gundah mendengar perkataan Bapak.
“Sudah, kamu pulang aja dulu baru nanti kita bicarakan di rumah saja semuanya. Hati-hati nanti kalau di jalan pas pulang ya Nak”
“Iya Pak, nanti aku kabari lagi kalau aku sudah benar-benar siap pulang menuju Banjarbaru”
“Iya, Bapak tunggu. Assalamu ‘alaikum”
“Wa alaikum salam…”
Dan telpon pun ditutup. Aku merasa ada yang sedikit aneh, tak biasanya Bapak seperti itu. Berarti hal yang mau dibicarakan ini tentulah hal yang sangat penting. Akupun berusaha mengusir pikiran yang aneh-aneh dan mencoba menunggu saat kepulangan saja di mana semuanya akan menjadi jelas.

*********

Hari kepulangan pun tiba, aku sudah siap dengan oleh-oleh khas Balikpapan seperti amplang, kuku macan dan beberapa set tupperware titipan tante – adik ibu, yang tinggal di Balikpapan dan memang agen tupperware – untuk ibuku yang penggila tupperware. Juga tak lupa, tiket bis ku. Sebenarnya aku bisa saja pulang dengan pesawat dan tentu hal tersebut akan menghemat waktu. Tapi jujur ku akui, aku punya phobia terhadap pesawat, makanya aku lebih memilih perjalanan 12 jam dengan bis daripada perjalanan 45 menit dengan pesawat. Ironis ya?? Tapi mau bagaimana lagi, dinikmati sajalah. Dan aku benar-benar menikmati perjalananku sambil teringat dengan salah satu adik perempuanku yang punya hobby yang menurutku lucu sekali. Dan hobby itu adalah naik bis. Dasar aneh anak satu itu. Dia pernah bilang, dia suka sekali ke Balikpapan karena bisa naik bis selama 12 jam, dan kalau bisa, pas tiba di Balikpapan ga usah turun dari bis nya, tapi langsung balik lagi ke Banjarbaru naik bis lagi, biar bisa lebih lama di bis nya. Hahaha.. Itu anak sebenarnya niat ke Balikpapan ga sih? Atau cuma pingin naik bis nya aja? Hmmm.. mengingat adikku, aku jadi semakin kangen, tak sabar ingin pulang ke rumah. Dan bis pun melaju terus menembus batas ruang dan waktu, mengantarkanku ke tempat tujuan.
Sesampainya di rumah pagi itu setelah perjalanan 14 jam – agak lambat dari biasa karena bis nya mogok di daerah Tanjung – orang-orang rumah rusuh sekali menyambutku. Bukan rusuh menerima oleh-oleh dariku, tapi Bapak, ibu dan adik-adikku jadi senyam-senyum ga jelas seperti ada yang disembunyikan. Aku jadi ga ngerti dan menjadi sedikit curiga. Di suruh Bapakku agar aku beristirahat dulu karena habis dari perjalanan jauh. Dan aku pun menurut.
Sore hari setelah aku merasa cukup dari istirahatku, barulah Bapak memulai pembicaraan yang dimaksud. Tak ingin membuang-buang waktu karena waktu off ku cuma 1 minggu, sedangkan urusan yang ingin dibicarakan Bapak ku ini adalah urusan panjang menyangkut masa depan. Aku pun berusaha menyimak.
“Jadi begini anakku. Bapak dan ibu ini sudah tua. Bapak ingin sekali menimang cucu.” Deg.. sampai di sini atau tepat nya baru di kalimat awal ini, jantungku seperti berhenti berdetak demi mendengar kata-kata Bapak.
“Bapak tau kalau selama ini kamu tidak mau beristri karena kamu merasa kamu belum mendapatkan pekerjaan yang tetap. Tapi toh selama ini rejeki mu lebih dari cukup untuk menikah. Kamu hanya terlalu fokus ke adik-adikmu sampai lupa dengan dirimu sendiri. Lupa mencari pendamping.” Sampai di sini aku hanya bisa diam. Dan Bapak ku kembali berujar,
“Bapak sudah melamarkan gadis untuk jadi istrimu, dia adalah anak teman Bapak” Mendengar kalimat yang ini, akhirnya aku tak bisa menahan diamku.
“Apa Pak?? Sudah dilamarkan? Kenapa Bapak tidak ngomong dulu ke aku Pak??”
“Sebenarnya belum bisa disebut lamaran juga, tapi sudah ada pembicaraan ke arah sana. Bapak yakin dia gadis yang baik dan sebenarnya kamu juga sudah kenal dengan dia.” Aku pun semakin penasaran
“Siapa Pak, gadis yang Bapak maksud??”
“Anak nya Pak Samsyi ketua RT kita. Si Rinda adik kelas kamu waktu SMA dulu.” Dan pikiranku pun melayang mengingat-ingat gadis yang dimaksud. Agak kabur memang karena masa SMU ku kan sudah 10 tahun yang lalu dan aku memang tak begitu tau dengan tetangga sekitar rumahku karena kami sekeluarga memang baru pindah ke komplek ini dan aku jarang berada di rumah, lebih banyak menghabiskan waktu di Samboja-KalTim.
“Malam ini kita ke rumah Pak Samsyi ya Nak. Ibu nya Rinda pingin liat kamu.”
“Tapi Pak….” Ingin sekali aku protes
“Ga papa, cuma bertamu saja. Syukur-syukur kalau kamu merasa cocok. Tapi kalau tidak, anggap saja bukan jodoh.” Mendengar kata-kata Bapak, aku agak sedikit tenang dan berusaha menjalani semuanya. Ku anggap saja ini ikhtiarku untuk menjemput jodohku dan mewujudkan keinginan kedua orang tua ku.

*********

Malam itu, aku ke rumah Pak Syamsi dengan kedua orang tua ku untuk bertamu. Jarak rumah kami sangat dekat, masih 1 blok. Dan kami pun disambut dengan ramah. Ibu nya Rinda orang KalTim dan nyambung sekali ketika bicara denganku. Beliau tau tempat-tempat di KalTim. Tapi setelah kurang lebih setengah jam bertamu, aku belum juga melihat ada sosok gadis yang dimaksud akan dijodohkan denganku.
Lalu tiba-tiba muncullah seorang gadis sambil membawa nampan yang berisi minuman dan kue-kue. Gadis yang cukup manis dengan jilbab panjang sempurna menutup rambut. Wajahnya memang tidak asing – wajah adik kelasku dulu. Dan dia lebih banyak diam, menunduk dan kadang-kadang tersenyum manis sekali.
Dari orang tuanya, aku mengetahui bahwa ia berprofesi sebagai guru TK Al Qur’an. Aku pun tak bisa memungkiri kalau aku sedikit terpesona dengannya. Dan ujung-ujungnya kami saling bertukar nomor handphone agar bisa saling mengenal satu sama lain. Hanya seperti itulah perkenalan kami yang dilanjutkan sms untuk mengenal pribadi masing-masing dan sesekali bersilaturahmi lewat pembicaraan via telepon.
Melihat reaksiku yang positif, Bapak tidak menyia-nyiakan kesempatan. Beliau kali ini benar-benar serius ingin menikahkanku. Dan akupun merasa ini memang sudah saatnya untukku menyempurnakan separuh agamaku.

14 Agustus 2008 adalah hari yang dipilih untuk hari pernikahanku. Tapi yang sungguh mengejutkan dan sungguh sesuatu yang diluar dugaan adalah, adanya laki-laki baik-baik Sarjana Agama jurusan dakwah yang tiba-tiba melamar adik perempuanku yang no 2, dan proses lamaran itu berlangsung sangat cepat. Cuma satu minggu perkenalan dan tanggal pernikahan pun segera ditetapkan, berdekatan dengan tanggal pernikahanku. Satu yang kusadari, jodoh memang tak kemana. Kalau sudah jodoh maka sesuatu yang tak mungkin pun bisa menjadi sangat mungkin. Adikku dilamar oleh Paman murid ajarnya. Rupanya murid adikku itu senang dengan adikku dan merasa kalau adikku akan sangat cocok apabila dijodohkan dengan Pamannya yang sedang mencari istri. Perkenalanpun dilakukan dan pertemuan pun hanya sekali dilakukan. Kedua belah pihak langsung setuju. Adikku akan menikah dengan laki-laki pilihannya pada tanggal 19 Agustus 2008.

Benar-benar rejeki Allah itu tak terkira. Bapak dan ibuku yang hanya mengharapkan salah satu anaknya bisa menikah, kini malah dilipatkan Allah rejeki tersebut. Dua anak beliau kini akan menyempurnakan separuh agamanya. Bukankah ini merupakan kado teristimewa yang tak terlupakan bagi Bapak dan Ibu di hari milad mereka? Ibu milad pada tanggal 17 Agustus, sedangkan Bapak pada tanggal 18 Agustus. Duhai Allah… Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar Rahmaan : 13).

Bulan Agustus 2008, bulan tak terlupakan sepanjang hidupku.


*********

“Begitupun dengan aku. Aku benar-benar merasa bulan Agustus 2008 adalah bulan yang tak terlupakan. Bulan di mana aku merasa sangat nelangsa. Aku tak berhadir di pernikahan dua orang kakak yang sangat kucintai, karena aku berada di jarak hampir 1000 km dari rumahku. Atau tepatnya aku berada di ibukota Indonesia, mencoba meraih mimpiku dengan mengorbankan mimpi yang lain. Aku tak berhadir di pernikahan dua orang kakakku.
Malam 14 Agustus 2008, malam di mana kakak pertamaku melangsungkan akad nikah di mesjid Al Ikhlas, aku menangis sendirian sambil memanjatkan doa kepada Allah. Mendoakan agar pernikahan kakak ku berlangsung lancar dan menjadi pernikahan yang sakinah mawaddah wa rahmah.
Begitu juga dengan pagi 19 Agustus 2008, aku kembali menangis dari jauh. Tak bisa berhadir di pernikahan kakakku yang no 2. Sambil terus berdoa untuk kebaikan kedua mempelai dan pernikahannya.
Setelah 2 minggu berada di Jakarta dengan hasil gagal meraih mimpi, aku pun pulang ke Banjarbaru. Dan tetap di sambut keluarga dengan hangatnya tanpa ada yang menyalahkan. Semua rasa sedihku tergantikan oleh bahagia melihat kebahagiaan dua orang kakakku.“


-Based on true story-

Jumat, 18 Desember 2009

Invisible one..

Kau ada di genggaman tanganku, erat ku pertahankan. Tp ku tak boleh trlalu erat menggenggammu, takut kau hancur di tanganku. Juga tak boleh terlalu longgar, karena takutnya nanti kau akan meluncur, lepas dari genggamanku.

Ku bawa kau ke mana ku melangkah. Dan bukan pada saat melangkah saja, tp pada saat ku berlari, kau tetap kupertahankan dalam genggamanku. Bagaimanapun caranya, kau akan kupertahankan.

Aku lbh suka terjatuh, luka, lalu berdarah asal kau tetap di genggamanku, drpd aku baik-baik saja tapi kau lenyap - hilang dlm genggamanku.

Tp sayangnya, aku tak pernah tau apa yg ku genggam. Melihatmu saja aku tak pernah. Tp skali lagi, aku tetap suka kau berada dalam genggamanku. Titik.

Kau terlalu istimewa

Sabtu, 28 November 2009

Yang mahal dari motor nya orang Banjar

Argghhh.. again and again… Ada lagi temen saya yang asal pulau sebelah, nyindir ‘orang Banjar’. Otomatis diriku yang berkesukuan Banjar ikut-ikutan merasa tersindir.
Dia dengan lantangnya bilang, “Parah betul orang Banjar ni kalau bawa motor. Hanya Tuhan dan dirinya aja yang tau, kapan dia mau belok. Belok sembarangan ga pake lampu.”
Hmmm… tersinggung ga sih kalian (orang Banjar)? Tapi itu lah kenyataannya. Jalanan di seputaran Bjm dan Bjb pasti penuh dengan orang yang kurang tertib dalam berkendaraan. Sepertinya mereka sudah ga sayang lagi sama nyawa mereka sendiri. Ngebut dengan kecepatan tinggi di jalan raya yang ramai.
Dan parahnya lagi, motor-motor mereka itu kadang tidak sesuai dengan ketentuan. Yang paling mencolok adalah kaca spion yang cuma satu (satunya dilepas). Lalu ada lagi motor-motor yang sudah di modifikasi. Kadang knalpotnya dibikin suaranya jadi besar, kaca spion dihilangkan, motor yang dibikin ceper, dan lain sebagainya.
Sebenarnya sih sah-sah aja untuk memodifikasi motor, kan sekarang modifikasi motor sudah menjadi hobby dari banyak orang. Tapi apabila modifikasi itu sudah menghilangkan fungsi kelengkapan-kelengkapan motor, gimana donk? Kan jadi dilema. Alangkah baiknya apabila hobby modifikasi itu tidak menghilangkan kelengkapan motor. Tapi kayaknya susah ya untuk menyatukan dua hal yang bersebelahan itu..
Dan sepanjang pengetahuan saya, hobby memodifikasi motor bukan lah hobby yang murah. Dibutuhkan dana yang cukup besar untuk bisa memodifikasi sebuah motor sesuai dengan apa yang diinginkan si empunya motor. Dan lagi-lagi, orang Banjar sepertinya banyak juga yang mempunyai hobby yang satu ini. Hobby yang cukup mahal.
Tapi tau kah kalian, apa yang mahal dari motornya orang Banjar? Bukan pada onderdil, bukan pada merk, bukan juga pada kehebatan pemiliknya memodifikasi motornya. Melainkan pada dua hal, yaitu: REM dan LAMPU SIGN.
Hahaha.. Lucu ya? Kenapa rem dan lampu sign bisa dibilang mahal? Karena orang Banjar malas banget memakai dua fasilitas itu. Jadi kesannya kayak mahal gitu. Dan kata teman saya, yang lebih mahal lagi adalah ‘helm’. Kemana-mana helm nya ga mau dilepas. Bahkan kadang masuk ke dalam mall sambil nenteng-nenteng helm.. Hehehe..
Terlepas dari semua itu, sebenarnya saya sangat memimpikan ketertiban berlalu lintas di KalSel khususnya di daerah Bjm dan Bjb. Terbayang betapa senangnya apabila hal itu dapat terwujud. ^^

28112009 22.45 WITA

Senin, 23 November 2009

Menghargai...

Listrik.
Apa yang ada di benak kalian ketika saya sebutkan kata itu?
Sebagian besar dari kalian mungkin akan menjawab PLN, mati lampu dan byar pett. :)
Hmmm… tak bisa dipungkiri memang bahwa akhir-akhir ini, topik ‘listrik’ menjadi sesuatu yang kembali hangat dipermasalahkan. Padam lampu sebentar saja maka akan ada banyak orang yang langsung protes keras karena merasa tidak puas dengan kinerja PLN, sampai-sampai di antara mereka ada yang bertindak anarkis terhadap pekerja PLN – hal yang sesungguhnya sangat disayangkan mengingat kita adalah manusia yang diberi akal untuk berpikir.
Sebenarnya, adalah sangat wajar bila terjadi pro dan kontra terhadap suatu masalah, apalagi menyangkut masalah penting semacam listrik yang penggunaannya memang sangat penting dalam kehidupan – mungkin setara dengan air bagi kehidupan.
Dan kalau saya ditanya, saya ini termasuk yang pro atau yang kontra? Maka saya jawab, saya termasuk yang menghargai. ^^
Saya menghargai mereka yang kontra, karena mereka memang memiliki hak untuk kontra, memiliki hak untuk protes dan menuntut pelayanan yang lebih baik karena mereka adalah pelanggan. Tapi saya benar-benar tak habis pikir dengan mereka yang melakukan tindakan anarkis tadi. Ada kejadian di mana pegawai PLN di hadang, di ikat dan dimasukkan ke comberan karena pada waktu itu listrik padam. Coba pikir dengan akal sehat yang sudah diberikan Allah. Apa dengan memasukkan pegawai PLN itu ke dalam comberan maka listrik akan menyala seketika? Ini kah cermin orang Indonesia yang berbudi?
Dan listrik padam pun sebenarnya bukan tanpa alasan, bisa karena persoalan teknis seperti jadwal perawatan secara berkala, atau terkendala oleh kurangnya dana untuk pembangunan pembangkit dan peremajaan berbagai peralatan, sampai pada kejadian yang tak terduga seperti terbakarnya trafo di GITET Cawang Jakarta. Sekali lagi, semua itu bukan tanpa alasan.

Dan jujur, saya bukan orang yang suka dengan kontroversi. Dan tujuan catatan ini sama sekali bukan untuk mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, karena jika ya, mungkin catatan ini tidak akan pernah ada akhirnya. Oleh karena itu, pembahasan ini saya cukupkan sampai di sini.

Yang ingin saya tonjolkan di sini adalah rasa ‘menghargai’. Maka nya, judul itu lah yang saya pilih sebagai judul catatan kali ini.
Listrik.
Suatu sumber daya yang tidak seketika bisa dihasilkan begitu saja. Ada proses panjang yang harus dilalui untuk itu, yang menuntut para pekerjanya bekerja ekstra keras dengan penuh pengorbanan. Ini lah sesungguhnya yang membuat saya menghargai sebuah kinerja, sebuah usaha untuk orang banyak.
Ketika sebuah pembangkit tenaga listrik sudah berdiri, maka diperlukan saluran transmisi yang akan mengalirkan listrik dari pembangkit ke gardu induk yang akan membagikannya lagi dalam daya yang lebih kecil agar sesuai dengan daya untuk perumahan dsb.
Dari pembangunan transmisi ini lah, saya bisa tau dengan persis perjuangan itu. Di awali dengan pembebasan tanah tapak tower. Pembebasan tanah di sini maksudnya adalah membeli tanah dari pemilik tanah yang tanahnya terkena jalur transmisi.
Hanya untuk membebaskan tanah agar sebuah tower transmisi bisa berdiri, para pekerjanya harus berhadapan dengan pemilik tanah yang kadang mempersulit. Di sinilah ironisnya. Di lain pihak menuntut kinerja PLN agar lebih baik, tapi di pihak lain malah mempersulit. Tapi semua itu tetap di jalani dengan pendekatan-pendekatan dan sesuai hukum dan tata cara yang berlaku.
Kemudian sampai pada tahap pembangunan tower itu sendiri. Tower yang letaknya kadang jauh di dalam hutan, mengharuskan pekerjanya untuk masuk ke dalam hutan dan melakukan pengawasan pengecoran yang tak jarang dilakukan sampai tengah malam. Sama sekali bukan pekerjaan yang gampang.
Ketika semua tower sudah berdiri, ada lagi yang namanya ROW, semacam kegiatan inventarisasi tanam tumbuh yang terkena area stringing (penarikan kabel). Tak jarang para pekerja PLN yang melakukan kegiatan ROW dikejar dengan parang oleh warga, karena dikira akan mengambil tanah mereka, merusak kebun mereka, dsb. Sekali lagi ironis – selalu saja dipersulit tapi sebaliknya, menuntut yang lebih.
Belum lagi bila ada kerusakan di SUTT atau SUTET yang harus diperbaiki tanpa harus mematikan aliran listrik, agar semua orang tetap bisa menikmati listrik sementara pekerja PLN melakukan perbaikan atau perawatan. PDKB (Pekerjaan Dalam Kondisi Beraliran), sungguh bukan pekerjaan yang mudah karena nyawa lah taruhannya. Bekerja di atas tower dengan ketinggian 20 – 30 meter dan dalam keadaan listrik mengalir pula. Benar-benar sebuah dedikasi yang patut dihargai.
Dan itu semua hanya sebagian kecil kerja keras pekerjanya di lapangan yang saya tau.
Masih ada lagi pekerjaan di balik meja yang juga menuntut dedikasi yang tak kalah tinggi karena tak jarang para pekerjanya harus lembur bekerja sampai larut malam, agar kontrak-kontrak untuk membangun semua sarana dan prasarana kelistrikan itu bisa tercapai tepat waktu, mutu, dan biaya.

Sekali lagi, intinya adalah bahwa saya sangat menghargai – tidak ada maksud sama sekali untuk memihak. Karena jujur saja, tidak ada untungnya sama sekali bagi saya. Pegawai nya saja bukan. Tapi karena saya mengetahui kerja keras mereka lah, maka saya memutuskan untuk menghargai. Mudah-mudahan akan ada banyak lagi orang-orang yang mau menghargai dan tidak akan ada lagi yang berlaku anarkis.
For the last, cukup matikan 2 buah lampu yang tidak terpakai di rumah anda (apalagi televisi yang dinyalakan padahal tidak ditonton, dsb). Itu akan sangat berarti. Berhematlah dengan listrik. Karena listrik untuk kehidupan yang lebih baik.

Sabtu, 21 November 2009

Menghargai...

Listrik
Apa yang ada di benak kalian ketika saya sebutkan kata itu?
Sebagian besar dari kalian mungkin akan menjawab PLN, mati lampu dan byar pett. :)
Hmmm… tak bisa dipungkiri memang bahwa akhir-akhir ini, topik ‘listrik’ menjadi sesuatu yang kembali hangat dipermasalahkan. Padam lampu sebentar saja maka akan ada banyak orang yang langsung protes keras karena merasa tidak puas dengan kinerja PLN, sampai-sampai di antara mereka ada yang bertindak anarkis terhadap pekerja PLN – hal yang sesungguhnya sangat disayangkan mengingat kita adalah manusia yang diberi akal untuk berpikir.
Sebenarnya, adalah sangat wajar bila terjadi pro dan kontra terhadap suatu masalah, apalagi menyangkut masalah penting semacam listrik yang penggunaannya memang sangat penting dalam kehidupan – mungkin setara dengan air bagi kehidupan.
Dan kalau saya ditanya, saya ini termasuk yang pro atau yang kontra? Maka saya jawab, saya termasuk yang menghargai. ^^
Saya menghargai mereka yang kontra, karena mereka memang memiliki hak untuk kontra, memiliki hak untuk protes dan menuntut pelayanan yang lebih baik karena mereka adalah pelanggan. Tapi saya benar-benar tak habis pikir dengan mereka yang melakukan tindakan anarkis tadi. Ada kejadian di mana pegawai PLN di hadang, di ikat dan dimasukkan ke comberan karena pada waktu itu listrik padam. Coba pikir dengan akal sehat yang sudah diberikan Allah. Apa dengan memasukkan pegawai PLN itu ke dalam comberan maka listrik akan menyala seketika? Ini kah cermin orang Indonesia yang berbudi?
Dan listrik padam pun sebenarnya bukan tanpa alasan, bisa karena persoalan teknis seperti jadwal perawatan secara berkala, atau terkendala oleh kurangnya dana untuk pembangunan pembangkit dan peremajaan berbagai peralatan, sampai pada kejadian yang tak terduga seperti terbakarnya trafo di GITET Cawang Jakarta. Sekali lagi, semua itu bukan tanpa alasan.

Dan jujur, saya bukan orang yang suka dengan kontroversi. Dan tujuan catatan ini sama sekali bukan untuk mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, karena jika ya, mungkin catatan ini tidak akan pernah ada akhirnya. Oleh karena itu, pembahasan ini saya cukupkan sampai di sini.

Yang ingin saya tonjolkan di sini adalah rasa ‘menghargai’. Maka nya, judul itu lah yang saya pilih sebagai judul catatan kali ini.

Listrik
Suatu sumber daya yang tidak seketika bisa dihasilkan begitu saja. Ada proses panjang yang harus dilalui untuk itu, yang menuntut para pekerjanya bekerja ekstra keras dengan penuh pengorbanan. Ini lah sesungguhnya yang membuat saya menghargai sebuah kinerja, sebuah usaha untuk orang banyak.
Ketika sebuah pembangkit tenaga listrik sudah berdiri, maka diperlukan saluran transmisi yang akan mengalirkan listrik dari pembangkit ke gardu induk yang akan membagikannya lagi dalam daya yang lebih kecil agar sesuai dengan daya untuk perumahan dsb.
Dari pembangunan transmisi ini lah, saya bisa tau dengan persis perjuangan itu. Di awali dengan pembebasan tanah tapak tower. Pembebasan tanah di sini maksudnya adalah membeli tanah dari pemilik tanah yang tanahnya terkena jalur transmisi.
Hanya untuk membebaskan tanah agar sebuah tower transmisi bisa berdiri, para pekerjanya harus berhadapan dengan pemilik tanah yang kadang mempersulit. Di sinilah ironisnya. Di lain pihak menuntut kinerja PLN agar lebih baik, tapi di pihak lain malah mempersulit. Tapi semua itu tetap di jalani dengan pendekatan-pendekatan dan sesuai hukum dan tata cara yang berlaku.
Kemudian sampai pada tahap pembangunan tower itu sendiri. Tower yang letaknya kadang jauh di dalam hutan, mengharuskan pekerjanya untuk masuk ke dalam hutan dan melakukan pengawasan pengecoran yang tak jarang dilakukan sampai tengah malam. Sama sekali bukan pekerjaan yang gampang.
Ketika semua tower sudah berdiri, ada lagi yang namanya ROW, semacam kegiatan inventarisasi tanam tumbuh yang terkena area stringing (penarikan kabel). Tak jarang para pekerja PLN yang melakukan kegiatan ROW dikejar dengan parang oleh warga, karena dikira akan mengambil tanah mereka, merusak kebun mereka, dsb. Sekali lagi ironis – selalu saja dipersulit tapi sebaliknya, menuntut yang lebih.
Belum lagi bila ada kerusakan di SUTT atau SUTET yang harus diperbaiki tanpa harus mematikan aliran listrik, agar semua orang tetap bisa menikmati listrik sementara pekerja PLN melakukan perbaikan atau perawatan. PDKB (Pekerjaan Dalam Kondisi Bertegangan), sungguh bukan pekerjaan yang mudah karena nyawa lah taruhannya. Bekerja di atas tower dengan ketinggian 20 – 30 meter dan dalam keadaan listrik mengalir pula. Benar-benar sebuah dedikasi yang patut dihargai.
Dan itu semua hanya sebagian kecil kerja keras pekerjanya di lapangan yang saya tau.
Masih ada lagi pekerjaan di balik meja yang juga menuntut dedikasi yang tak kalah tinggi karena tak jarang para pekerjanya harus lembur bekerja sampai larut malam, agar kontrak-kontrak untuk membangun semua sarana dan prasarana kelistrikan itu bisa tercapai tepat waktu, mutu, dan biaya.

Sekali lagi, intinya adalah bahwa saya sangat menghargai – tidak ada maksud sama sekali untuk memihak. Karena jujur saja, tidak ada untungnya sama sekali bagi saya. Pegawai nya saja bukan. Tapi karena saya mengetahui kerja keras mereka lah, maka saya memutuskan untuk menghargai. Mudah-mudahan akan ada banyak lagi orang-orang yang mau menghargai dan tidak akan ada lagi yang berlaku anarkis.
For the last, cukup matikan 2 buah lampu yang tidak terpakai di rumah anda (apalagi televisi yang dinyalakan padahal tidak ditonton, dsb). Itu akan sangat berarti. Berhematlah dengan listrik. Karena listrik untuk kehidupan yang lebih baik.


21112009 23.01 WITA

Senin, 16 November 2009

Nge-BLOG dengan ‘hati’

Hmm.. terdengar seperti judul bukunya Ndoro Kakung ya?
Yupz.. Tulisan ini memang ditulis berdasarkan buku beliau - entah apa bisa disebut review. Yang jelas saya hanya ingin membahas judul di atas dengan sedikit membahas isi buku Ndoro Kakung dan tentu saja membahas kalimat tersebut di atas berdasarkan sudut pandang saya.

Nge-BLOG dengan hati, adalah judul yang dipilih.
Mengapa bukan berjudul Nge-BLOG dengan mudah? Bukankah akan lebih menarik? Karena tak bisa dipungkiri, banyak orang menyukai sesuatu yang berbau ‘mudah dan instan’.
Kalau mau ‘mudah’ bikin blog sih gampang banget. Tinggal bikin blog di penyedia hosting gratisan macam blogger dan wordpress, lalu copy tulisan orang lain, paste di blog kita, selesai. Blog kita akan selalu penuh dengan postingan.
Tapi, bukan itu yang diinginkan buku ini. Buku ini lebih menginginkan sebuah semangat, sebuah isme yang biasa kita kenal dengan blogisme. Blogisme adalah semangat untuk berbagi, menularkan dorongan untuk berekspresi baik melalui tulisan, foto, maupun video – melalui blog. 

Lalu muncul pertanyaan, apakah setiap orang harus mempunyai blog?
Jawabannya, tentu saja tidak. Karena tanpa blog pun, orang tetap bisa hidup dan tak akan mati hanya karena ia tak punya blog.
Tapi…
Ada tapinya nih…
Orang seperti saya (dan mungkin kamu) yang senang berkomunikasi dan senang berbagi, sepertinya wajib untuk punya blog.
Bagi saya, minimal saya harus punya facebook yang saya manfaatkan untuk mengapresiasikan berbagai bentuk postingan (entah itu cerita pengalaman pribadi ataupun cerita fiksi) yang dibuat berdasarkan hasil pemikiran saya sendiri. Dan tak jarang, postingan yang saya buat adalah berdasarkan apa yang saya rasa pada saat itu. Jadi kurang lebih seperti curhat gitu. He.. Lumayan lah, bisa bikin hati agak lega. :D
Namun yang paling membahagiakan adalah di saat postingan kita bisa membuat orang lain menemukan hal yang baru, membuat berpikir, dan memberikan inspirasi bagi orang lain. Dan akan lebih terasa senang lagi apabila postingan kita mendapat respond (comment) dari orang lain.
Terserahlah apabila sampai ada orang yang menyebut bahwa saya orang yang ‘gila comment’ (terus terang, emang beneran ada lho teman saya yang bilang saya gitu. Sempat sedih, tapi cuekin aja.. :p).
Menurut saya, saya tidak bisa dibilang ‘gila’. Protes keras!!! Masa manis-manis gini dibilang ‘gila’?? (he.. narsis… biarin..).
Karena saya hanya menyenangi saja. Menyenangi comment-comment itu karena dengan comment-comment itu saya merasa berdialog, berkomunikasi, dan berbagi dengan orang lain. Membuat saya bisa membuka pikiran, menilai penilaian orang lain, dan lain sebagainya.
Dengan nge-blog, membuat saya merasa ide-ide saya bisa tersalurkan. Dan terus terang membuat saya ketagihan pada proses berpikirnya.

Dimulai dari mendapat ide atau yang sering saya sebut dengan ilham (benar-benar senang kalau ketemu dengan namanya ilham, cuz ilham seneng banget jalan-jalan entah kemana, hehehe..), dilanjutkan dengan proses menulisnya.
Menulis adalah bagian yang terberat, karena bagus tidak nya postingan kita sangat tergantung dari cara kita menulis. Dan untuk itu saya masih harus banyak belajar. Belajar menulis yang baik sehingga tulisan saya mudah dipahami dan menarik untuk dibaca. Sehingga tak jarang, saya memerlukan waktu berhari-hari hanya untuk menghasilkan sebuah tulisan.
Ada banyak faktor yang menyebabkan hal itu. Yang pertama adalah karena saya tidak terlahir dengan bakat pandai menulis, jadi saya harus berusaha ekstra keras untuk bisa menulis seperti orang yang memang sudah dianugerahi bakat pandai menulis sejak lahir. Yang kedua adalah, karena saya orang yang moody. Mood saya kayanya kembar dempet sama si ilham, senang jalan-jalan, jadi kadang hilang kadang ada, hehehe.. Dan yang terakhir, adalah karena saya orang yang sedikit perfeksionis. Jadi selalu saja ada proses edit sebelum sebuah tulisan berhasil saya posting (tapi terkadang ada juga tulisan yang udah ga sempat diedit, langsung posting alias publish. Itu tandanya saya udah ga bisa mikir lagi, alias mentok, hahahaha…).
Lalu lanjut lagi ke tahap publish. Setelah publish, maka saya akan disibukkan dengan tag sana-sini, lalu bermunculanlah comment-comment segar. Kadang ada yang lucu, ngaco, membuat berpikir, mengkritik tajam atau halus. Dan tak jarang comment-comment nya malah ga berhubungan dengan isi postingan, jadi kaya ngerumpi gitu (khas 3N, hahaha…. :D)

Tapi sekali lagi saya tegaskan bahwa saya menikmati prosesnya. Dimulai dari memetik ide di udara sampai dengan publish di halaman blog yang berujung pada komunikasi via comment. Ada kepuasan tersendiri yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Kembali ke buku Nge-BLOG dengan hati nya Ndoro Kakung. Beliau benar-benar berhasil membahas semua dunia per-blog-an dengan sangat gamblang agar semangat blogisme itu terus terpacu dan menular ke banyak orang. Buku yang sangat bagus. Mengajarkan kita bagaimana bikin postingan yang nendang, tidak cepat bosan pada saat nge-blog, membahas etika dan hukum yang harus dipatuhi para blogger, bahkan ada juga pembahasan agar blog kita bisa menghasilkan keuntungan berupa uang (tapi ini hanyalah dampak, bukan sesuatu yang utama).

Dan saya yakin sekali, di antara kalian pasti ada yang merasakan semangat yang sama. Semangat ingin berbagi dan semangat senang berkomunikasi. Lalu, tunggu apa lagi? Mari kita nge-BLOG dengan HATI. ^_^

Sabtu, 31 Oktober 2009

The Butterfly Effect

Category:Movies
Genre: Mystery & Suspense
Pernah kah kalian tau tentang sebuah fenomena pengetahuan yang cukup mencengangkan? Tentang seseorang yang berhasil melintasi waktu dengan menggunakan mesin waktu (hmmm… terdengar seperti nama salah satu alatnya Doraemon ya? Hehehehe…)
Seseorang yang bernama John Titor.
Dikabarkan bahwa John Titor adalah seorang tentara Amerika yang berasal dari tahun 2036 yang kembali ke tahun 1975 dengan menggunakan mesin waktu yang dibuat dengan sistem layaknya black hole, untuk mengambil komputer kuno milik kakeknya (IBM 5100), karena di masanya (2036), komputer UNIX mengalami masalah dan hanya IBM 5100 yang dapat mengatasinya. Dalam perjalanan nya kembali ke masa lalu, ia juga menyempatkan diri untuk memperingatkan orang tuanya yang berada di tahun 2001, mengenai bahaya-bahaya di masa depan. Pada saat itulah John muncul di forum. 21 Maret 2001 John pamit pulang ke masanya, dan sejak itu ia tak pernah muncul lagi di forum. Banyak sekali kabar yang beredar mengenai John Titor ini, baik di mbah google maupun di youtube. Informasi di atas pun saya dapat dari hasil surfing di google.
Terlepas dari benar atau tidaknya kabar tersebut (terus terang saya termasuk yang skeptis dengan fenomena tersebut), saya jadi teringat dengan sebuah film tentang seseorang yang mempunyai kemampuan kembali ke masa lalu.

Film di tahun 2004 yang berjudul The Butterfly Effect. Disutradarai dan ditulis oleh Eric Bress dan J. Mackye Gruber. Dibintangi oleh aktor tampan sekaligus suami aktris senior Demi Moore – Ashton Kutcher.
Film tentang seseorang bernama Evan Treborn (Ashton Kutcher) yang menderita karena beberapa trauma yang dialaminya sewaktu ia masih kecil dan remaja. Untuk menghilangkan trauma tersebut, ibunya menyuruh Evan melakukan semacam theraphy yaitu dengan menyuruh Evan menulis jurnal setiap kali Evan merasa dirinya tidak bahagia. Kebiasaan yang dibawa sejak kecil itu, menghasilkan sebuah jurnal yang ternyata bisa membuat Evan kembali ke masa lalunya.
Hanya dengan membaca jurnal yang pernah ia tulis, membayangkan penderitaan dan stress yang ia alami ketika itu, maka Evan pun bisa kembali ke masa lalu nya. Dan dengan kembalinya Evan ke masa lalu nya, menyebabkan ia bisa mengubah beberapa bagian dari masa lalunya. Tapi setiap perubahan yang ia buat akan menghasilkan konsekuensi yang berbeda pula. Mengubah masa lalu belum tentu membuat masa yang akan datang menjadi lebih baik dari sebelumnya. Selalu saja seperti itu.
Tapi Evan tak pernah berhenti berusaha. Berulang kali ia kembali ke masa lalu nya, mengubah kejadian di sana-sini, demi bisa mendapatkan masa yang akan datang yang lebih baik buatnya dan orang-orang di sekelilingnya.
Berhasilkah Evan? Tonton sendiri aja ya, bagi yang belum nonton. Bagi yang udah, jangan diceritain terusannya ke yang belum pernah nonton, biar mereka nonton sendiri aja. Hehehe…

The butterfly effect sendiri adalah sebuah teori yang merujuk pada pemikiran bahwa kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara Brazil dapat menghasilkan badai tornado di Texas beberapa bulan kemudian. Fenomena yang dikenal sebagai sistem ketergantungan yang sangat peka terhadap kondisi awal. Sedikit saja perubahan pada kondisi awal, maka dapat mengubah secara drastis kelakuan sistem jangka panjang.
Bingung?? Hmmm.. saya juga pada awalnya agak sedikit bingung. Apalagi pada kalimat ‘bahwa kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara Brazil dapat menghasilkan badai tornado di Texas beberapa bulan kemudian.’
Tapi setelah ditelaah lagi, sepertinya hal tersebut sangat masuk akal. Intinya adalah hubungan sebab akibat. Tanpa kita sadari, bahwa semua yang terjadi di dunia ini sebenarnya terjadi karena adanya hubungan sebab akibat. Apabila faktor ‘sebab’ dapat kita ubah sedikit saja, maka hasil ‘akibatnya’ pasti akan berbeda pula. Kira-kira sih demikian menurut hemat saya yang nilai fisikanya pas-pasan, hehehe….

So, ditonton ya film The Butterfly Effectnya, siapa tau dapat memberikan ‘akibat’ yang positif untukmu. ^^

Setan Angka

Category:Books
Genre: Entertainment
Author:Hans Magnus Enzensberger
Buku ini sama sekali bukan buku baru. Tapi buku ini baru aja dikembalikan teman saya setelah sekian lama dipinjam dan dipendam di rumahnya, hehehe... Sempat kaget juga, ternyata buku yang selama ini saya cari-cari ada di tempat dia. Hihihi.. Salah siapa ya?? Salah saya atau salah dia? Hmmm. Entahlah... :D

Tapi pas dia balikin buku ini, saya pun tersadar, bahwa ini adalah sebuah buku yang bagus banget untuk direview. Agar kalian yang belum pernah membaca buku ini, bisa tau bahwa ada sebuah buku berjudul ’Setan Angka’ Karya Hans Magnus Enzensberger.

Hmm... Entah apa yang ada di pikiran kalian ketika mendengar judul buku tersebut.

Kalau saya sih, waktu pertama kali memegang buku ini dan membaca judulnya ”Setan Angka – sebuah petualangan matematika’, maka yang pertama ada di pikiran saya adalah, buku ini pasti buku yang menarik. Karena jujur saja saya sudah mencintai matematika sejak saya kecil, bahkan mungkin sejak sebelum saya masuk Taman Kanak-Kanak. Senang aja nulis angka dari 1 s.d 10. Hehehe...
Lalu ketertarikan saya terhadap buku ini semakin bertambah-tambah setelah saya baca sedikit review di bagian belakang covernya.
”Inilah buku untuk semua kalangan pembaca–yang ketakutan terhadap matematika maupun yang terpesona olehnya–karya salah seorang penulis andal yang mengerahkan seluruh pesona dan kemungkinannya guna memperlihatkan apa yang bisa dilakukan malaikat kecil angka.”
Hmmm.. Menarik bukan??

Dan untuk membuatnya lebih menarik, Enzensberger mengemas tulisannya menyerupai dongeng Alice in Wonderland. Tetapi yang dikisahkan di sini adalah Robert–bocah dua belas tahun–yang membenci guru matematikanya, yang membuatnya kesal dengan soal cerita matematika dan tidak mengizinkannya menggunakan kalkulator. Lalu di dalam mimpinya ia bertemu Setan Angka yang kemudian membawanya berkelana di dunia yang hampir menyerupai Wonderland nya Alice. Terkadang Robert menjadi bocah seukuran jari, dan tak jarang pula ia menjadi berukuran raksasa.
Sambil berpetulang inilah, Setan Angka menunjukkan padanya apa sesungguhnya matematika itu; nol dan satu, rangkaian tak terhingga dan bilangan irasional, bilangan prima dan probabilitas.
Maka secara tidak langsung kita akan menemukan rahasia-rahasia mencengangkan tentang matematika tanpa perlu mengutak-atik satu pun soal matematika.

Dari semua malam-malam yang dilalui Robert bersama Setan Angka di dalam mimpinya, saya sangat menyukai mimpinya di malam keenam (walaupun jujur, saya suka semua mimpi-mimpinya, karena masing-masingnya punya cerita yang berbeda-beda tentang matematika).
Mimpi di malam keenam itu bercerita tentang angka Bonacci. Tau kah kalian apa itu angka Bonacci? Kalau kalian belum tau, maka kalian harus membaca buku ini, hehehe... Dan ternyata, alam berperilaku seakan-akan memahami cara kerja angka Bonacci lho...

Buku dengan tebal 272 halaman ini adalah buku terlaris di Italia dan Spanyol, dan terjual lebih dari 130.000 eksemplar di Jerman. Fakta ini cukup menjadikannya sebagai jaminan, bahwa buku ini layak baca bahkan layak dikoleksi. Bagaimana? Tertarik? Kalau saya sih sekarang malah tertarik untuk membacanya untuk kali kesekian. Hahaha...

So, review nya sampai di sini aja ya. Saya mau baca bukunya lagi nih. Hehehe..

Rabu, 14 Oktober 2009

Gelembung Sabun

Gelembung sabun – Indah. Mudah mengudara namun mudah pula untuk pecah, hilang tanpa bekas…

Seperti itu kah kisahmu?? Seperti gelembung sabun. Indah. Mudah mengudara namun mudah pula untuk pecah lalu hilang tanpa bekas, terlupakan sama sekali.
Tapi kisah ini berbeda… Kisah yang tak kan mudah dilupakan penduduk suatu kota di salah satu negeri terindah di benua utara. Kisah persaudaraan sesungguhnya…

Hari itu, Rabu, 3 April ratusan tahun silam. Hari yang aneh di awal musim semi, di salah satu negeri terindah di benua utara. Rumput-rumput mulai menghijau, dan bunga-bunga mulai bermekaran dengan warna cemerlangnya. Sungguh pemandangan yang sangat indah, tapi sepertinya penduduk kota itu tidak ada yang menyadari hal tersebut. Mereka terlalu sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga untuk urusan memperhatikan pemandangan kota yang tampak indah pun, mereka sudah tak sempat lagi.
Semua penduduk benar-benar sibuk dengan urusannya masing-masing, tidak terkecuali dua bersaudara Hans dan Jack. Umur mereka yang hanya berjarak satu tahun, menjadikan mereka tampak seumuran, walaupun sebenarnya Hans adalah kakak kandung Jack. Wajah merekapun terbilang cukup mirip, seperti kembar saja. Perbedaan yang tampak mencolok dari mereka berdua, hanya terletak pada tongkat kaki Hans. Tongkat yang dipakainya sejak 5 tahun silam dikarenakan oleh sebuah kejadian.
Hans dan Jack adalah yatim piatu. Orang tua mereka meninggal ketika mereka masih sangat kecil. Ayah mereka meninggal ketika berlayar, sedangkan ibu mereka tak lama menyusul sang ayah karena terus-terusan memikirkan belahan jiwa nya yang telah pergi untuk selamanya. Memang benar kata pujangga-pujangga itu. Cinta yang terlalu kuat mengakar akan menuntut kematianmu, ketika yang kau cintai itu lebih dahulu mati.

***************************

Hari itu, 3 April adalah hari besar mereka. Karena hari itu merupakan hari penentuan: terwujud atau tertundanya mimpi Jack. Bahkan ada kemungkinan mimpi itu akan gagal sama sekali, terkubur untuk minta dilupakan selamanya… Mimpi itu, mimpi yang sudah tertanam kuat dalam otak dan asa Jack, jauh sebelum ia mengenal mimpi-mimpinya yang lain. Mimpi Jack yang juga merupakan mimpi Hans, karena bagi Hans, mimpi apapun itu, apabila itu adalah mimpi Jack, maka ia harus bisa mewujudkannya. Itu janji nya pada dirinya sendiri, sejak ia menjadi pengganti orang tua bagi Jack.

Hari itu Jack akan mengikuti lomba melukis yang diadakan oleh Gubernur kota setempat. Seperti tahun-tahun sebelumnya, lomba melukis itu selalu diadakan di Taman Kota. Pesertanya berjumlah puluhan. Hadiah utamanya memang sangat layak untuk diperebutkan. 10 juta Galleon.
Kali itu adalah kali pertama Jack mengikuti lomba lukis. Walaupun lomba itu sudah diadakan sejak tahun-tahun dulu, tapi baru kali ini ia bisa ikut, karena untuk mengikuti lomba itu, peralatan lukis harus disediakan oleh masing-masing peserta. Untuk itu, Hans dan Jack harus bekerja sangat keras demi bisa membeli kanvas dan satu paket cat minyak. Bekerja sangat keras untuk bisa menjual gelembung sabun lebih banyak lagi. Selama ini memang dengan cara itulah mereka bisa mendapatkan uang untuk hidup dan menabung sedikit-sedikit untuk membeli peralatan lukis Jack. Menjual gelembung sabun tepat di Taman Kota tersebut.

Jack memang sangat gemar melukis. Dan karena tak mampu membeli alat lukis, Jack pun melukis di atas kertas hanya dengan menggunakan pensil. Jadi selama ini lukisan Jack hanya berwarnakan hitam dan putih. Sungguh sangat membosankan, tanpa warna-warni warna. Tapi entah kenapa, walaupun lukisan itu hanya berwarnakan hitam dan putih, lukisan Jack selalu tampak hidup. Mungkin itu adalah bakat yang diberikan Tuhan. Tapi Hans lebih suka menganggap bahwa hal itu lebih dikarenakan Jack selalu melukis dengan hati. Sebagian orang mungkin akan dengan sangat mudah menuangkan isi hatinya dengan menceritakannya langsung atau mungkin dengan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Tapi bagi Jack, ia lebih senang menuangkan apa yang ia lihat dan rasakan melalui sebuah lukisan.

************************************

Tepat pukul 10.00, perlombaan pun dimulai. Semua peserta mengambil bagian nya masing-masing yang sudah ditentukan oleh panitia. Jack melukis dengan sangat serius. Hans hanya bisa mendoakannya dari sisi Taman Kota. Hans benar-benar tidak tahu apa yang akan dilukis Jack saat itu, karena Jack memang sengaja merahasiakannya dan meminta kakaknya untuk sedikit bersabar. Jack ingin lukisan itu bisa diketahui dan dilihat kakaknya tepat pada saat ia nanti mengumpulkan lukisannya. Cuma itu. Dan untuk itu Hans tidak berkeberatan sama sekali. Ia yakin adiknya punya alasan tersendiri.

Satu jam, adalah waktu yang diberikan untuk menyelesaikan lukisan itu. Satu jam yang berarti banyak, berarti segalanya, berarti sebanding dengan seluruh masa hidup yang pernah Jack lalui. Karena di satu jam ini lah, semua nya dipertaruhkan. Sungguh tak mudah melalui satu jam itu. Tidak bagi Jack, tidak pula untuk Hans.

Jack memang pandai melukis, tapi apakah ia pandai menggunakan cat minyak berwarna-warni untuk melukis? Bukankah selama ini ia selalu menggambar hitam putih dengan pensil bututnya? Selalu saja pikiran itu yang menghantui otak Hans dalam waktu satu jam itu. Tapi ia tetap mempunyai keyakinan bahwa adiknya bisa melakukan yang terbaik.

Satu jam pun berlalu. Semua peserta diminta untuk mengumpulkan lukisannya. Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, semua lukisan akan dipajang untuk dipamerkan. Semua penduduk kota bisa dengan bebas menikmati lukisan-lukisan itu. Hans pun ikut bergabung dengan para penduduk kota, mencoba menikmati lukisan-lukisan yang sudah dipajang di Taman Kota itu. Hans tak tahu sama sekali, manakah yang merupakan hasil karya adik tercintanya. Namun tak sampai sepuluh menit berkeliling di Taman Kota itu, Hans sudah menemukan lukisan yang ia cari. Ia tak mungkin salah. Ia mengenali betul, hanya adiknya lah yang bisa melukis sedahsyat itu. Sebuah lukisan yang membuat Hans hampir tergugu. Selain oleh keindahannya, juga oleh ‘apa’ yang Jack lukis.

Gelembung sabun

Jack melukis banyak sekali gelembung sabun. Penuh warna. Hidup. Seolah-olah kau bisa meraih gelembung sabun itu dengan tanganmu lalu memecahkannya. Di pojok kanan bawah dari lukisan itu, tampak dua siluet remaja laki-laki. Rupanya, mereka lah peniup-peniup gelembung sabun indah itu. Dan Hans tau benar, siluet itu adalah Jack dan dirinya, hanya saja disitu ia masih benar-benar sempurna, tanpa tongkat terselip di ketiaknya. Tak terasa air mata Hans pun menetes. Untuk itu ia sama sekali tak menyadari bahwa di kiri kanan nya telah banyak orang lain yang juga terkagum-kagum dengan lukisan Jack. Lama Hans berdiri di depan lukisan itu. Ia benar-benar lupa pada orang yang telah melukis lukisan yang berhasil membuatnya meneteskan banyak air mata.

Jack yang sedari tadi memperhatikan kakak nya dari kejauhan, kini mulai mendekati kakaknya dan menyentuh bahunya dari belakang. Hans pun berpaling. Ia memeluk Jack. Memuji lukisan nya dan berharap lukisan itulah yang nantinya akan memenangkan perlombaan ini. Jikalau tidakpun, sesungguhnya Hans sudah tidak perduli lagi. Sungguh ia tidak perduli lagi. Ia sudah merasa ini semua cukup baginya.

Satu jam berlalu lagi. Penilaian panitia sudah mencapai kata final. Sang Gubernur pun berdiri di atas panggung yang memang sengaja dibangun di bagian utara Taman Kota. Dengan sedikit berteriak, ia pun mengumumkan pemenang lomba lukis tahun itu.
“Pemenang lomba lukis tahunan untuk tahun ini adalah Mr. Jack Sparlow dengan judul lukisannya ‘The Immortal Bubble – Gelembung Sabun Abadi’. Kepada Mr. Jack Sparlow kami persilakan untuk maju ke depan untuk menerima hadiah 10 juta Galleon”.
Seluruh penonton yang mendengar pengumuman itu bertepuk tangan dengan gemuruh. Jack pun maju dan naik ke atas panggung. Setelah menerima uang sebesar 10 juta Galleon, Jack pun dipersilakan berbicara menyampaikan sepatah dua patah kata. Dengan suara sedikit bergetar, Jack pun mulai bicara. Di atas panggung itu ia menyampaikan alasan mengapa ia memilih Gelembung Sabun sebagai tema lukisan yang ia lukis. Jack pun sedikit bercerita.

"Aku adalah orang paling beruntung sedunia. Sungguh. Mungkin kalian pikir aku miskin dan tidak punya apa-apa. Sesungguhnya aku punya segalanya. Aku punya kakak terbaik sedunia. Dan aku bahagia.
Dulu sekali, aku dan kakakku sering berlari sambil meniupkan gelembung sabun kami. Berharap gelembung-gelembung itu bisa terbang setinggi-tingginya. Terbang ke langit yang paling tinggi, lalu tersampaikan kepada orang tua kami yang telah lama pergi meninggalkan kami. Berharap mereka tahu, bahwa anak-anak mereka ada disini, mencintai mereka dari kejauhan. Tapi seperti yang kau tahu, gelembung-gelembung sabun itu cepat sekali pecahnya. Tapi hal itu tak kunjung membuat kami berhenti meniupnya. Kami terus saja meniupnya dan terus berharap gelembung itu bisa terbang lebih tinggi lagi.
Lalu pada suatu hari, kebiasaan indah itu terenggut oleh karena perbuatanku sendiri.
Kakakku, yang mencintaiku bahkan melebihi cintanya pada dirinya sendiri pada hari itu telah benar-benar mengorbankan dirinya untukku.
Hari itu, merupakan hari yang akan ku ingat sepanjang hidupku.
Sore itu, karena kelaparan, aku melakukan hal yang belum pernah kulakukan seumur hidupku, dan aku berjanji tak akan pernah aku melakukannya lagi meskipun akhirnya aku benar-benar mati oleh kelaparan itu sendiri.
Sore itu, aku mencuri roti dari sebuah toko roti. Roti hangat yang baru keluar dari tempat pemanggangan itu benar-benar membuatku tak mampu berpikir jernih. Membutakan segalanya. Yang aku tahu, bahwa aku sangat ingin roti itu dan aku harus mendapatkannya dengan cara apapun. Akupun mencurinya. Aku berlari keluar dari toko itu dengan membawa setangkup besar roti yang bisa dipegang oleh kedua tanganku, sambil dikejar pemilik toko dan dua orang pekerjanya. Masing-masing membawa kayu besar yang biasa mereka pergunakan untuk menggilas adonan roti.
Kakak ku yang mengetahui perbuatanku, berusaha menolongku. Entah bagaimana caranya, ia sudah berada di depan ketiga orang itu, berpura-pura menjadi aku. Karena kemiripan wajah kami, ketiga orang yang kalap itu pun tanpa pikir panjang langsung menghajar kakakku dengan kayu-kayu itu. Kakakku penuh luka dan lebam akibat dosaku. Dan luka yang paling parah yang diterima kakakku adalah kakinya. Kaki yang pada akhirnya tidak bisa lagi dipakai untuk berjalan secara normal.
Sejak hari itu aku betul-betul menyesal, meskipun kakakku selalu berkata bahwa ia tak pernah menyesal dengan mengorbankan kaki nya untukku.
Teruntuk kakakku tercinta, Hans Sparlow, aku persembahkan lukisan ini hanya untukmu. Berharap aku bisa mengembalikan masa-masa itu. Masa dimana kita bisa berlari bersama sambil meniup gelembung sabun harapan kita. Berharap gelembung sabun di lukisan itu akan abadi, tidak akan pecah seperti gelembung-gelembung sabun kita yang pernah kita tiup. Berharap cinta kita akan abadi seperti cinta kita pada orang tua kita."

Hari itu, seluruh penduduk kota ikut larut. Kisah itu benar-benar membekas. Sungguh indah dan tak mudah pecah lalu terlupakan seperti hal nya gelembung sabun. Kisah itu menjadi semacam kisah yang terus dikisahkan dari generasi ke generasi. Kisah Jack dan Hans – Gelembung Sabun Abadi.

Sabtu, 10 Oktober 2009

Pak Dokter - Kemana jiwa 'Dokter' mu??

Malam tadi, tepatnya tengah malam, saya menyalakan tv untuk sekedar mencari program tv yang mungkin bisa menjadi tontonan pengantar tidur. Karena, jujur saja, sampai jam 01.00 pagi td saya masih benar-benar terjaga. Akhirnya pilihan saya jatuh pada channel No 4 di urutan progam TV saya. Stasiun TV nya sedang berbaik hati memutarkan drama asia (drama asia kan salah satu tontonan favorit saya), namun serial drama asia kali ini bukan yang terfavorit sih. Yang diputar adalah The Hospital, yang dibintangi Jerry Yan dan artis ibukota Agnes Monica.
Ceritanya cukup datar, bercerita tentang seputar rumah sakit dan orang-orang di dalamnya (pasien, dokter, perawat, dll).
Lalu ada satu adegan yang sangat mempengaruhi saya. Adegan di mana para dokter berkumpul di sebuah tempat hiburan malam. Mereka saling berbagi cerita tentang pekerjaan mereka. Lalu salah satu dokter senior bercerita bahwa ia akan mengoperasi seorang anak pejabat setempat. Dan dengan sambil tertawa-tawa dokter itu mengatakan akan meminta bayaran yang sangat tinggi kepada pejabat tersebut.
Dalam hati saya lalu bertanya, apakah semua Dokter seperti itu?? Mencari sebanyak-banyaknya uang lalu mengindahkan jiwa penolong yang seharusnya dimilikinya. Bukan kah dokter adalah penyembuh? Menyembuhkan adalah yang utama.
Saya sebenarnya mengetahui dengan persis bahwa Dokter pun hanya seorang manusia biasa yang juga membutuhkan segala kebutuhan hidup yang tentu saja berdampak pada perlunya ia akan uang. Tapi apakah harus dengan cara-cara seperti itu? Dengan cara mengesempingkan pentingnya menyelamatkan nyawa seseorang?

*********************************

Saya jadi teringat, kejadian yang baru-baru ini saya alami. Berawal dari teman saya yang minta ditemani untuk berobat ke seorang Dokter yang telah ditunjuk oleh J*******K sebagai Dokter perusahaan kami. Saya pikir, tidak ada ruginya sama sekali menolong teman saya itu. Sambil menyelam minum air, begitu pikir saya. Sambil menemaninya, saya juga ingin tahu Dokter yang bakal mengurusi masalah kesehatan saya nantinya.
Karena terus terang saja selama ini, apabila saya sakit, saya tinggal pergi ke poliklinik PLN (ayah saya bekerja di PLN) yang berada persis di dalam komplek PLN (jadi kalau mau ke sana, tinggal jalan kaki juga nyampe, hehehe), trus ke apotik yang ditunjuk kalau pingin ngambil obat, tanpa pernah harus membayar dan jarang antri juga, karena yang dilayani kan terbatas hanya pada pegawai, istri/suami, dan anak pegawai. Fasilitas kesehatan nya bisa dibilang memuaskan. Dan kalaupun harus ada operasi yang menuntut biaya yang lumayan besar, maka perusahaan akan menggantikannya total. Semua terasa nyaman.
Sampailah saya pada saat dimana saya harus melepaskan segala kenyaman itu, karena saya sudah bekerja yang mengakibatkan saya terlepas dari tanggungan kesehatan perusahaan ayah saya. Bagi saya, sebenarnya itu bukanlah masalah yang besar. Toh, J*******K juga mengurusi masalah kesehatan dengan sangat baik.
Yang sangat saya sayangkan adalah Dokter yang ditunjuk itu tadi. Benar-benar megecewakan.

Sore itu sehabis pulang kerja, kami langsung mendatangi tempat prakteknya. Tampak sunyi sekali tempatnya sampai-sampai saya berpikir ini tempat praktek atau bukan ya?? Hehehe..
Kami pun mulai melihat sekeliling, mencoba mencari informasi, kira-kira dokter ini buka prakteknya jam berapa. Ternyata di bawah baliho papan nama beliau, ada tulisan yang mencantumkan, buka dari jam 18.00 s.d 20.00. Oh wajar sekali tempat prakteknya belum buka, karena kami tiba di sana pukul 17.30. Kami pun mencoba mengisi waktu dengan makan bakso di tempat favorit, kebetulan tempat baksonya berada cukup dekat dengan tempat praktek dokter itu tadi.
Waktu sudah menunjukkan pukul 18.00 lewat, kami pun kembali ke tempat dokter itu tadi. Ternyata tempat praktek nya masih tutup. Sunyi.
Kami masih mencoba bertahan sampai magrib (untung saya sedang dlm kondisi tdk boleh shalat, jadi tak masalah lah pikir saya). Ternyata sampai jam tujuh lewat, tempat prakteknya belum buka sama sekali. Tak bisa dibohongi, kalau hati saya dongkol sekali. Capek pulang kerja, belum mandi pula, di gigitin nyamuk, waduhhhh.. pokoknya menyebalkan.
Lalu tiba-tiba muncul seorang bapak yang ternyata pemegang kunci tempat praktek itu, beliaupun mulai membuka tempat prakteknya, apotiknya, dan laboratoriumnya (saya baru sadar ternyata disitu ada lab nya juga, lmyn lengkap walaupun kondisinya agak mengenaskan).
Dari bapak itu saya peroleh keterangan bahwa Dokter nya biasa datang sebelum Isya. Wew, sekitar jam 8an dunk…
Kami tetap mencoba bersabar, walaupun hati ini sebal minta ampyun… Dan sempat terpikir, bagaimana kalau ada yang dalam kondisi kritis atau mau melahirkan di jam seperti itu. Dokternya belum datang sama sekali. Mungkin si pasien bisa terlanjur mati kali ya… Hmmm, jangan sampai deh.

Sekitar jam 7an lewat (habis magrib) banyak pasien yang mulai berdatangan. Hmmm ternyata banyak juga orang yang berobat di dokter ini, berarti kualitas nya bagus, begitu pikir saya lagi.
Terus saya iseng bicara dengan salah satu pasien yang kebetulan duduk disamping saya. Saya tanya dia sakit apa, sudah berapa kali berobat di situ, dan bagaimana hasilnya. Terus ibu itu bilang kalau dia sakit maag dan dia sudah berobat 2 kali (termasuk kali itu). Hasilnya lumayan bagus, maag nya sudah agak berkurang. Dan dia menyebutkan kalau untuk sekedar periksa saja dia dimintai biaya Rp. 40.000,- belum obatnya. Obatnya ditebus dengan biaya Rp. 300.0000,-an. Waw… Mencengangkan!!!
Karena seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, bahwa selama ini saya tidak pernah mengeluarkan biaya hanya untuk berobat. Jadi ketika mendengar hal itu (mendengar hal yang mungkin wajar bagi orang tapi tidak bagi saya), saya menjadi sedikit shock.

Pukul 8 lewat ternyata dokternya baru datang dengan menaiki mobil yang keren sekali, Toyota Fortuner. Santai banget dokternya masuk ke ruangan nya, padahal saya sudah mau marah-marah. Kenapa dia baru datang? Ga konsisten sama jam praktek yang dia tulis di baliho nya. Tapi niat itu saya urungkan, cuz saya malu, kan banyak orang disitu.

Sampailah saat dimana teman saya mendapat giliran untuk diperiksa. Setelah selesai diperiksa, saya pun mulai menanyai teman saya. Bagaimana dia diperiksa dan disuruh bayar atau ga, karena setau saya, kami tidak perlu membayar lagi karena sudah ikut layanan J*******K.
Ternyata memang tidak bayar sama sekali dan waktu menebus obatnya pun juga tidak bayar sama sekali alias free (itulah guna nya gaji yg dipotong selama ini, hahahaha…).
Tapi yang sekali lagi membuat kecewa adalah pelayanan nya (lagi dan lagi).
Kata temanku, waktu dia di ruangan dokternya, dia cuma diperiksa ala kadarnya (pakai stetoskop, disuruh tarik nafas, nafasnya belum dibuang stetoskopnya sudah dipindah-pindah, kaya pura-pura meriksa gitu) dan ditanya sedikit-sedikit (sakit apa mbak?? Nah lo?? Kita kan ke dokter mau tau sakit kita apa. Koq malah ditanyain, ‘Sakitnya apa??’).
Pak Dokter oh Pak Dokter… Kemana jiwa ‘Dokter’ mu??


Nilai moralnya bagi saya:
Saya baru sadar bahwa selama ini saya termasuk orang yang beruntung dan untuk itu saya sangat bersyukur karena selama ini saya sangat dimudahkan untuk berobat, tidak seperti orang-orang itu yang harus antri lalu harus membayar dengan sangat mahalnya hanya untuk memeriksa kesehatan, belum lagi untuk biaya berobat nya. Ternyata kesehatan itu mahal sekali harganya.

Nilai moralnya bagi Pak Dokter:
Hmmm.. apa ya?? Berharap tidak semua Dokter seperti beliau di atas. Toh mereka-mereka itu (pasien) membayar atas semua pelayananmu. Berharap pelayananmu akan menjadi lebih baik, tepat waktu (kalau memang bukan jam 18.00 buka prakteknya, lebih baik diganti aja tulisan di balihonya - hehehehe.. masih sedikit dongkol...:D), dsb.
Intinya semoga pelayanan kesehatan di mana saja di seluruh Indonesia ini menjadi lebih baik... :)

Sabtu, 26 September 2009

Tutor Solver Rubix Cube 3x3 – N.A.R Version *part 1*

Tutor ini saya buat untuk teman-teman yang gemar bermain rubik cube, tetapi sampai saat ini masih kesulitan untuk menyelesaikannya.
Tapi karena tutor ini dibuat oleh saya, maka ‘pembahasannya’ dan ‘bahasa penyelesaian nya’ pun ala saya. Hehehe.. Mudah-mudahan, gampang dimengerti dan bisa membantu teman-teman semua dalam menyelesaikan rubik cube.

Okay… Untuk penjelasan ala saya ini, saya akan membagi penyelesaiannya ke dalam 3 tahap.
Tahap 1 untuk layer 1
Tahap 2 untuk layer 2
Tahap 3 untuk layer 3



Untuk lebih mudahnya, sebaiknya kalian memegang rubik cube kalian masing-masing sambil menyimak uraian saya berikut. Tentu saja, rubik yang kalian pegang sudah dalam keadaan teracak, kurang lebih seperti gambar berikut:



Dan sebelum kita masuk ke dalam pembahasan tiap-tiap tahap, saya ingin kalian mengingat satu hal. Bahwa bagian rubik cube yang berada di tengah itu (seperti yang saya beri titik biru pada gambar di atas) merupakan bagian yang tidak akan berubah walaupun rubik cube kalian diacak. Maka dari itu, ia akan kita jadikan sebagai ‘titik patokan’.
Okay, seperti nya kita sudah siap untuk membahas tahap demi tahap dari penyelesaian rubik cube ini.
Kita mulai saja ya…

Tahap 1: LAYER 1
Untuk tahap ini, kalian saya minta untuk memilih satu warna atau satu sisi untuk diselesaikan. Tapi ingat, untuk menyusun layer 1 ini, kalian harus memperhatikan warna di samping nya, yang juga harus ikut tersusun. Karena hal ini sangat menentukan langkah kita selanjutnya.
Untuk menyusun layer 1 ini, saya serahkan cara penyelesaiannya kepada kalian masing-masing. Karena saya yakin, kalian yang suka sekali bermain rubik cube pasti sudah bisa untuk menyusun 1 sisi saja dari rubik cube.
Dan kalau ternyata kalian tidak bisa menyusun 1 sisi saja, maka saya sarankan agar kalian berhenti sampai di sini saja (hahaha.. jahat banget.. :p). Tapi saya serius loh.. Karena apabila kalian sudah gagal di awal ini maka ini benar-benar menandakan kalian tidak siap untuk pembahasan selanjutnya.
Dan jujur saya ga percaya kalau ada di antara kalian yang gagal di tahap 1 ini. Kalian semua pasti bisa!!!
Nah, bila kalian sudah selesai menyelesaikan tahap 1 ini, maka rubik cube kalian akan tampak seperti ini:



Di sini saya menyusun sisi yang berwarna oranye. Perhatikan titik-titik biru pada gambar tersebut. Ini yang saya maksud dengan kalian harus menyusun satu sisi dengan memperhatikan sisi di sampingnya. Warna nya juga harus tersusun, seperti yang kalian lihat pada gambar di atas.
Sampai di sini, saya rasa kalian tidak akan mengalami kesulitan. Untuk itu kita lanjut ke tahap selanjutnya.

Tahap 2: LAYER 2
Sebelum saya mulai tahap ke 2 ini, saya ingin kalian memutar layer 1 (saya akan sering menyebutnya dengan ‘dasar cube’, karena posisi sisi yang telah kita susun di tahap 1 tadi akan selalu berada di bawah) dan menyesuaikan warnanya dengan warna ‘titik patokan’ kita. Maka rubik kalian akan terlihat seperti ini:



Perhatikan panah merahnya!! Ini lah yang saya maksud, warna nya harus sesuai.

Next, lanjut kita masuk ke tahap ke 2 dimana kita akan menyusun layer yang ke 2.
Di layer ke 2 ini, saya punya rumus tersendiri. Sebelum masuk ke dalam rumus, saya ingin kalian memperhatikan gambar di bawah ini:



Perhatikan titik biru dan merah pada gambar tersebut.
Titik biru menunjukkan bagian rubik yang ingin kita ubah.
Seharusnya yang berada di titik biru itu adalah rubik yang berwarna hijau-kuning (selalu kita mengacu pada ‘titik patokan’ kita).
Untuk itu, tempatkan bagian rubik yang berwarna hijau-kuning di posisi yang saya beri titik merah. Kemudian peganglah rubik cube kalian dengan ‘dasar cube’ selalu berada pada bagian bawah. Dan untuk kali ini, posisikan rubik cube kalian dengan ‘titik patokan’ hijau menghadap kalian, sehingga bagian rubik yang ingin diubah posisinya tersebut akan berada di sebelah kanan anda (posisi ‘titik patokan’ hijau menghadap ke kalian).
Kalau posisi rubik sudah seperti yang saya terangkan di atas, maka inilah rumus untuk layer ke 2.
Up (sisi kanan)
Unclockwise (sisi atas)
Down (sisi kanan)
Clockwise (sisi depan)
Down (sisi kanan)
Unclockwise (sisi depan)
Up (sisi kanan)

Nah, kalau kalian benar dalam mengikuti langkah yang saya berikan, maka hasilnya akan seperti gambar di bawah ini. (Kalau kalian melakukan langkah ini dengan benar, bagian ‘dasar cube’ tidak akan terganggu, dan akan selalu tersusun).



Perhatikan titik biru pada gambar di atas, sudah tepat bukan?

Ulangi langkah ini untuk menyusun seluruh bagian dari layer ke 2. Pastikan semua ‘posisi-posisi’nya seperti yang saya terangkan di atas. Semua berada pada posisi yang tepat, agar pada waktu kalian melakukan pergerakan pada rubik cube, maka hasil yang benar yang akan diperoleh.
Ulang-ulangi terus langkah ini, sampai kalian merasa benar-benar lancar. Dan kalian akan secara reflek melakukan pergerakan tersebut karena sudah paham betul. Sehingga untuk layer ke 2 ini tidak ada kata sulit lagi bagi kalian.
Apabila layer ke 2 sudah tersusun semua maka rubik kalian akan tampak seperti gambar di bawah ini:



Titik-titik merah tersebut hanya untuk menunjukkan bahwa layer 1 dan 2 sudah tersusun dengan sempurna.
Apa kalian siap untuk lanjut ke tahap yang ke 3?
Ok!! Kita lanjut ke tahap paling akhir, yaitu tahap ke 3. Tahap paling susah dari tahap-tahap sebelumnya.

Karena tahap ke 3 adalah tahap yang paling susah, maka saya membutuhkan notes tersendiri. Jadi untuk tutorial kali ini, hanya sampai di sini dulu ya...

Semoga bermanfaat!!

Kamis, 13 Agustus 2009

Story to Sampit - Chapter 2


Sebelumnya di Story to Sampit – Chapter 1.....

Perjalananku dari Banjarbaru (KalSel) menuju Sampit (KalTeng), merupakan perjalanan yang bisa dikatakan perjalanan yang sangat-sangat melelahkan. Sempat berhenti di Palangakaraya untuk sekedar menginap di salah satu penginapan di Palangkaraya. Istirahat (walaupun ga bisa dibilang ‘istirahat’, karena tidur ku yang sama sekali tak nyenyak) agar bisa meneruskan perjalanan ke kota tujuan Sampit, keesokan hari nya.

Esok hari nya...
Kelelahan plus tidur yang tak nyenyak sukses mengantarku pada mabuk perjalanan saat melakukan perjalanan lanjutan Palangkaraya – Sampit.

dan ini lah episode lanjutan Story to Sampit...

-------------------------------------------------------------------

Perjalanan dari Palangkaraya dimulai pukul 6 pagi (waktu hp ku)... Perjalanan Palangkaraya – Sampit ternyata jauh lebih parah daripada perjalanan Banjarbaru – Palangkaraya. Banyak belokan nya, dan tajam-tajam pula... Kalau kata dosen Geometrik Jalan dulu (maaf ya penonton, penyakit lamaku kambuh. Nama dosen nya aku lupa..), belokan nya disebut ‘tikungan mesra’.. hahaha :D
Belum lagi tanjakan dan turunan nya.. Mantab abizz.... Bikin hati dan perut mencelos... Wew... Sensasi nya luarrrr biasaaaa.... :p

Sempat berhenti sebentar di Kasongan untuk makan nasi kuning ma Haji, maklum lom sarapan dari berangkat tadi... Nasi kuning nya nikmat banget, apalagi di temani segelas teh hangat, di suasana yang mendung...
Ternyata eh ternyata.... Yang jual nasi kuning, orang Banjar. Banyak urang Banjar jua sekalinya di KalTeng. :)

Lanjut lagi perjalanan ku... Kuperhatikan kiri-kanan jalan ku..
Benar-benar miris ku melihatnya..
Hutan itu... TERBAKAR
Asap di mana-mana. Suasana yang sejak tadi ku pikir mendung, ternyata bukan mendung, melainkan asap. Mungkin karena aku berada di dalam mobil, aku tidak mencium bau asap itu. Seandainya saja ku buka kaca mobil, mungkin akan langsung tercium bau menyengat asap yang pasti nya langsung menyadarkan ku, bahwa ini sama sekali bukan mendung atau kabut. Tapi ini asap. Asap akibat kebakaran hutan.
Di sengaja kah kebakaran ini untuk pembukaan lahan baru?? Atau memang tanda bahwa pemanasan global sudah semakin parah??
Tapi koq ga ada yang bertindak untuk memadamkan?? Membuatku semakin yakin, kalau hutan ini sengaja di bakar.. Benar ga ya?? Duh.. tapi hati kecil ku mengatakan tak seharus nya ‘kebakaran’ seperti itu terjadi.. Alam rusak, kesehatan pun ikut-ikutan dirusak...
Perjalanan yang tak bisa dikatakan ‘indah’.... :(


***

Sampai lah kami di Sampit pukul 10 (waktu hp ku) atau pukul 9 (Waktu Sampit).
Pikiran ku melayang... Nostalgia itu muncul...
Ku ingat salah satu teman SMA ku yang dulu bela-belain pindah sekolah dari SMA di Sampit ke SMA ku, SMAN 2 Banjarbaru.
Kala itu tahun 2001...
Tragedi berdarah itu lah penyebab nya. Kerusuhan Sampit....
Kondisi yang tak aman itu membuat ia memutuskan untuk pindah sekolah.
Satu tahun aku sekelas dengan nya, tak cukup memang untuk mengenal nya dengan cukup baik. Setauku dia melanjutkan studi nya di Malang, itu pun tau dari media FB. Hehehe...
Kembali pikiran ku mencoba mereka-reka.. kejadian 8 tahun silam itu dulu benar-benar pernah terjadi di sini. Tak dapat ku bayangkan suasana nya yang sudah pasti mencekam... Pembantaian di sana-sini... Hiiiyyyyyy... membayangkannya saja rasa nya tak sanggup...

***

Alih-alih membayangkan tragedi itu, aku pun iseng nanya ke Pak Gatot (yang ngajak aku Sampit).
“Rapat di kantor Bupati nya jam berapa Pak??” kataku
“Jam 11”, kata Pak Gatot...
“Jam 11 mana pak?? Jam 11 kita atau jam 11 KalTeng??” ujarku
“Ya jam 11 KalTeng lah...” Beliau menjawab lagi...
Hohoho... ga salah tuh?? Itu artinya kami kecepetan 2 jam.. Payah nih Pak Gatot. Pake acara salah perhitungan....

Trus gimana donk?? Mo nongkrong di mana nih?? Murjani nya Sampit dimana? Hehehe.. jadi kebawa2 deh kebiasaan di Banjarbaru... :p

Akhirnya diputuskan, kami menunggu selama 2 jam itu di Kantor Ranting PLN Sampit. Dan tau kah kalian kugunakan apa waktu 2 jam itu?? Yupzzz tul sekali bagi kalian yang menjawab; “ONLINE”. Tapi sinyal GPRS nya parah banget... putus-putus....

***

Jam 12 (waktu hp ku) or jam 11 (waktu Sampit). Kami meluncur ke kantor Bupati Sampit. Kantor nya keren euy... Udah kaya kantor Gubernur kalau di KalSel (jadi malu.. :p)
Orang Sampit juga ramah-ramah. Kami disambut dengan sangat baik. Dan rapat pun dimulai...
Rapat koordinasi dengan Camat 4 kecamatan di Sampit yang dilalui line route SUTT 150 kV Palangakaraya – Sampit, berlangsung lancar. Pak Gatot sangat bagus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Camat... Sippp dah pokoknya. Membuat rapat ini tak berlama-lama. 2 jam saja udah termasuk makan siang nya.

Pukul 14.00 (waktu hp ku), kami pun meluncur ke Banjarbaru. Kali ini langsung ke Banjarbaru, tanpa singgah untuk menginap... Cuma singgah di bakso “BUDI” saja. Konon kata nya, itu bakso paling enak di Palangkaraya. Tapi kalau menurut lidahku sih, masih enakan bakso Subur simpang empat Bjb. Hehehe... Tapi jus sirsak “BUDI” maknyosss... Seger abizzz.... :p

Perjalanan panjang 8 jam tanpa menginap membuat badan ku serasa hancur total... Remuk redam... Udah ga jelas lagi mana kepala, badan, sama kaki... Parah...
Hanya bisa ditahan-tahan saja.. Sambil sesekali berdzikir, berharap penderitaan ini cepat berlalu...

Alhamdulillah doa ku di dengar. Kami sampai di banjarbaru dengan selamat pukul 22.00 WITA....

THE END

*Kepada para pengunjung harap memperhatikan barang bawaan nya sebelum meninggalkan cinema... :p




Satu-satu nya foto di Sampit yang berhasil ku ambil. Tampak samping Kantor Bupati Sampit... Kantor nya keren. Banyak ornamen-ornamen dayak nya.... :)



13082009 22.52 WITA

Story to Sampit - Chapter 1

Tak ada rotan akar pun jadi..
Tak bisa online lewat PC, lewat HP pun jadi..

Ga bisa tidur nih.. Alhasil malah buka FB.. Dan akhirnya, sampailah aku di halaman ini. Halaman 'write a new note'. Btw, nulis apaan ya? Any suggestion? wah ternyata, kalian udah pada tidur (ya iyalah.. Skrng kan udah jam 2 lewat.. Wew..)

Ya sudah lah, aku nulis ttg perjalanan ku kmrn aja, krn ada temen yg minta dtulisin notes. Skalian anggap aja oleh2 (maaf buat yg kmrn nitip oleh2, oleh2nya cuma cerita doank nih..)

Perjalanan ku adalah perjalanan dari banjarbaru (Kalsel) menuju sampit (Kalteng).. Perjalanan yg sangat2 melelahkan. Baru pulang kerja, langsung dsrh berangkat ke sampit. Pulang krmh cuma buat mandi sama ngepak bbrp baju. Lalu menyempatkan diri tuk ol sbentar via PC. Seperti biasa, ku aktifkan akun FB dan YM ku. Update status sbentar, ijin ma temen2, terutama temen2 3N bhw aku absen ol selama 3 hari ke depan. Chatting sbentar dg tmn ym ku, intinya pamit..

Tak lama,mobil jemputan dtg. Berangkatlah kami menuju sampit..
Emang dsr aku ol mania, ga nyampe 10 km atau tepatnya di liang anggang, aku sdh ol via hp. Parah.. (Saykoji, aku kah inspirasimu?!he)

Singkat cerita, kmi tiba di penginapan di palangkaraya pukul 11 malam (waktu hp ku), atau lbh tepatnya pukul 10 wkt palangkaraya (Kalteng trmsk zona WIB). Istirahat lah kami,utk esok meneruskan perjalanan ke kota tujuan, sampit.

Tidurku malam itu bnr2 tak nyenyak. Badanku rasanya remuk dan nyamuk nya byk banget. Sekali lagi, ku coba ketangguhan gprs xl. Bisa ga ol di palangka. Awalnya ga bs, tp trnyata icon G itu muncul juga di sudut atas kiri hp ku. Horray.. Bisa chatting. Sibuk sekali jariku chatting dgn 2 teman sekaligus.. Well, stlh puas, akupun mencoba tidur, yg spt ku bilang sblm nya, tdurku bnr2 tak nyenyak. Terbukti, dgn terbangun nya aku beberapa kali di tengah malam.

Jam 6 pagi (Wkt hp ku), brngkt kmi menuju sampit. Perjalanan yg penuh penderitaan. Badan ga fit krn tdur yg tak nyenyak, dtambh jalan palangka-sampit yg berkelok2. Membuat aku sdkt mbuk perjalanan. Menderita sekali..

Meskipun demikian, aku msh nyempatin diri buat memperhatikan wajah kalteng yg br pertama kali ini bs ku lht sendiri.

Utk skrng, sampai dsini dl ceritanya. Ntr pasti ku sambung. Bagian 'menarik' nya di chapter 2 aja ya. Di jamin seru. Ada kejadian lucu nya, ada kisah miris nya juga, ada nostalgia nya (Loh? koq bisa? kan bru pertama kali ke sampit, koq udah ada nostalgianya?). Maka nya, tungguin n simak chapter 2 nya ya.

Soon.. Only in cinema..
Haha.. Canda deng.. :)

13082009 02.52 WITA

Rabu, 12 Agustus 2009

Teruntukmu bagian jiwa ku

Dulu.. Kita sering, bahkan mungkin bisa dikatakan selalu..

Bersama..

--- --- --- --- ---

Di kala kecil, kita memanjat pohon bersama, main bersama, mandi bersama, tidur bersama, sekolah bersama, semua nya bersama.

Seiring berjalan nya waktu, kita tetap bersama. Tapi aku lebih banyak menyusahkanmu. Lebih banyak membuatmu lelah. Bahkan mungkin hatimu sering tersakiti oleh sikapku, yg tanpa ku sadari telah begitu banyak mengecewakan mu..

Bahkan, di hari itu..
Di hari yang penting dan bersejarah bagimu..
Aku tak ada, aku tak hadir, hanya sekedar tuk jadi saksi di hari bersejarahmu..
Maaf..

Lalu kau pergi dan kita pun berpisah..
Ku anggap ini perpisahan, karena waktu 'bersama' kita tak bisa lagi seperti dulu..
'Perpisahan' ini, awalnya terasa tak apa...
Tapi sekarang terasa menyayat-nyayat dada..

Tak terasa, jatuh lah air mata..
Sesal ku, mengapa dulu tak bisa aku bersikap lebih baik. Rasanya dosa ku terlalu banyak..
Tapi sungguh aku benar-benar sayang..
Karena itu ku ingin kau bahagia di sana..

Sebisa mungkin ku luangkan waktu ku untuk sesekali mengunjungimu.

Bahagia rasanya mengetahui kau juga bahagia.

Tapi tetap saja ku kan selalu merindukan masa-masa kecil kita..

Kan ku rindukan kau dengan air mata dan doa.. Kakak ku tercinta..


13082009 01.34 WITA

Sabtu, 08 Agustus 2009

jilbab pertama ku...

Lupa tanggal persisnya, ketika jilbab itu pertama kali aku kenakan sebagai pakaian sehari-hariku.
Seingatku sih waktu awal-awal semester 3 (sekitar tahun 2004). Setelah liburan kuliah yang lumayan panjang, aku hadir ke kampus dengan mengenakan jilbab pertamaku.
Banyak teman-teman yang surprise.
Entah kaget karena melihat perubahan ku yang tiba-tiba, atau malah merasa lucu melihat ada selembar kain di kepala ku menutupi rambut yang selama ini mereka lihat terkuncir rapi. Hehehe... Entah lah..
Aku sama sekali ga perduli.
I just wanna using hijab or jilbab. Titik.

Karena dari dulu, keinginan itu memang ada dan dari hari ke hari menuntut untuk lekas diwujudkan.

Yupz... betul sekali. Keinginan itu sudah lama ada. Sejak aku berstatus mahasiswa.
Mungkin karena aku melihat kaka perempuan ku yang memang sudah berjilbab terlebih dahulu.

Masih ku ingat jilbab pertamaku. Warna nya dominan ungu dengan kembang-kembang besar di sudut nya. Bahkan bajunya pun aku masih ingat dengan jelas. Sekarang, baju itu sedang ku kenakan (awet banget ya baju ku?? Hehehe...)

Proses berjilbab ku bisa dibilang penuh kenekadan.
Hohoho... Bagaimana tidak??
Aku memilih berjilbab tanpa punya stok baju berlengan panjang yang memadai (saking sedikitnya, jumlah baju lengan panjangku bisa di itung pake jari satu tangan. Hihihi... :p )

Bahkan kaka laki-laki ku sempat skeptis saat mengetahui keinginan ku untuk berjilbab.
“Yakin?? Ntar di lepas pasang lagi jilbabnya.. Trus muka mu itu kaya nya ga cocok kalau di pakein jilbab. Aneh...”
Loh?? Apa hubungan nya coba, cocok ga cocok dengan kewajiban pakai jilbab??
Kalau wajib, berarti harus. Ga ada alasan cocok ga cocok.
Atau yang lebih membuat ku risih adalah ketika mendengar alasan orang yang belum mau mengenakan jilbab karena pingin menjilbabi hati dulu, baru pakai jilbab yang sebenarnya.
Menurutku sih itu salah besar.
Kalau yang nama nya wajib itu, berarti harus.
Ga ada alasan untuk ga mengerjakannya.
Kalau masalah hati, InsyaAllah akan ikut berubah ke arah yang lebih baik seiring berjalan nya waktu yang dilalui dengan terus mengenakan jilbab.

Oke... Ceramah nya di pending dulu.
Lanjut ke cerita ‘jilbab pertama ku’ hehehe..

Sebelum keinginanku berjilbab terealisasi, aku punya pengalaman yang lucu sekaligus mengaharukan bagiku.

Di awal kegiatan ku sebagai mahasiswa baru, aku sempat disibukkan oleh kegiatan menthoring mata kuliah agama Islam yang diadakan setiap hari Jumat, dengan pembimbing kaka-kaka menthor yang baik dan ramah-ramah (Ka Nadya dan Ka Ana).
Waktu itu, aku belum memakai jilbab sepenuhnya.
Cuma pas kegiatan itu saja, jilbab bisa terpasang rapi di kepalaku.

Sampai pada suatu ketika, kaka menthor mengajukan semacam kuisioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan seputar agama Islam.
Salah satu pertanyaannya kurang lebih seperti ini: “Apakah kamu mengenakan jilbab dalam kehidupan sehari-harimu? Dan beri alasan apabila jawabanmu adalah belum”
Aku pun dengan jujurnya menjawab: “BELUM” (padahal aku sangat ingin). Ku tulis kan alasanku. Karena aku tak punya baju lengan panjang.

Rupanya kuisioner itu benar-benar ditanggapi serius oleh kaka menthor.
Aku pikir cuma iseng-iseng aja.
Di penutupan kelas menthoring agama Islam, aku dipanggil bersama 2 atau 3 orang lainnya.
Trus aku dikasih semacam bingkisan berupa kotak kardus berukuran lumayan besar.

Wow... Aku lumayan kaget. Ga menyangka bakalan dapat bingkisan.

Setelah sampai di rumah, aku buka bingkisan tersebut.
Ternyata isi nya beberapa helai pakaian muslim lengkap dengan jilbabnya.
Pakaian-pakaian tersebut sama sekali tak baru karena memang merupakan hasil sumbangan dari kaka menthor.
Tapi aku sungguh terharu....
Ternyata mereka memperhatikan aku dan berusaha untuk menolongku.
Sayang, baju yang dikasih ternyata besar-besar semua.
Tak ada yang muat di badanku.
Akhirnya baju itu kuberikan kepada orang lain.

Alhamdulillah sekarang aku sudah berjilbab.
Mungkin masih jauh dari sempurna.
Berharap bisa menjadi lebih baik saja.
Mudah-mudahan Allah meridhai dan memaklumi.



05082009 15.25 WITA

Selasa, 21 Juli 2009

Aku tak lebih baik darimu....

Pernah terpikir bahwa diri ini lebih baik dan pintar dari orang lain. Bukan hanya 'pernah terpikir' tapi sering malah (huh parah nya...)

Merasa diri lebih baik dari orang lain sehingga merasa diri ini berhak untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari pada yang sudah didapatkan orang lain (yang ini udah bener2 parah!!! )

Padahal, AKU TAK LEBIH BAIK DARIMU!!!

Aku yang malas nya gak ketulungan..
Aku yang sering mengeluh..
Aku yang terkadang penuh dengan pikiran2 pesimis
Aku yang pernah egois
Aku yang cuek nya minta ampun
Aku dengan segudang kelemahan dan kekurangan ku....

Sungguh di atas langit masih ada langit...

Lalu apa hak ku iri pada mu?
Apa hak ku merasa bahwa aku yang lebih pantas darimu?
Apa hak ku selalu mengingat-ingat kekurangan mu?
Apa hak ku merasa bahwa AKU LEBIH BAIK DARIMU??

Astagfirullah...

Tapi sungguh...

Dengan segala keterbatasan dan kelemahan ku, ku ingin menjadi yang TERBAIK di hadapan Nya.

Minggu, 19 Juli 2009

Menangis karena Allah

Pernah kah kalian menangis?? Tentu pernah... entah untuk alasan apa. Bisa krn terluka, krn lagi mengalami musibah, krn patah hati, atau bahkan menangis hny krn ntn film sedih atau baca buku yg alur cerita nya bikin air mata menetes.

Tapi pernah kah kalian menangis krn Allah?? Menangis krn kalian ingat Dia?? Ingat bahwa kalian bukan apa2, bukan siapa2 tanpa pertolongan dan rahmat Nya??

Dalam sabda Rasullullah SAW, “ Seorang yang menangis karena takut kepada Allah tidak akan masuk neraka sekalipun air susu kembali masuk kekantong kelenjarnya (perumpamaan untuk sesuatu yang tidak mungkin terjadi, artinya dia pasti dibebaskan dari neraka)", Hadist sahih ini dari Abu hurairah diriwayatkan oleh Nasaa'i dan al-tirmidzi.

Menangis, kadang sulit dilakukan, walaupun sejak lahir manusia sudah terbiasa menangis. Sulit dilakukan saat dalam lapang dan bahagia. Ketika ada bencana, ujian, musibah, baru mata setetes demi setetes mengalirkan air mata, yang kadang entah untuk apa? dan tanpa makna.

Pernahkah kita menitikkan air mata saat terlintas siksaan Allah? azabnya yang begitu pedih, neraka yang menyala-nyala?, mungkin tidak, atau jarang sekali. Padahal "Mata yang menangis ditengah keheningan malam karena takut kepada Allah, tidak akan tersentuh api neraka", begitu sabda Rasulullah saw dalam hadist hasan riwayat Al-Tirmidzi.

Dalam Hadist mauquf (sanadnya hanya sampai kepada sahabat) Disebutkan: "Tidak ada seorang hamba mukminpun yang meneteskan air matanya karena takut kepada Allah, meskipun butiran air mata tersebut sebesar kepala lalat dan air mata itu menetes disalah satu bagian wajahnya, kecuali Allah mengharamkannya masuk neraka."

"Wahai saudaraku-saudaraku sekalian, tidakkah kalian menangis karena rindu kepada Allah. Bukankah sesungguhnya orang yang menangis karena takut kepada neraka akan dilindungi Allah dari neraka tersebut? Demikian nasehat Abdul Wahid bin Zaid.

Benar, menangis bisa menyelamatkan kita dari jilatan api neraka. Didalam hadist Abdurrahman bin Samurah, Nabi saw, bersabda: "Suatu malam aku bermimpi, "kemudian Nabi menyebutkan hadist dengan redaksi yang sangat panjang. salah satu isinya adalah sabda beliau: "Aku telah melihat seorang laki-laki dari umatku dipinggir neraka jahannam, kemudian dia dihampiri oleh rasa takut (yang dia miliki) kepada Allah. Amal itu (rasa takut kepada Allah) akhirnya menyelamatkannya dia dari api neraka Jahannam. Dan Aku Melihat ada seorang lelaki dari umatku terjatuh kedalam neraka. Akan tetapi dia didatangi oleh tetesan air matanya (yang menetes) karena takut kepada Allah. Maka air mata itupun mengeluarkan dia dari api neraka."

Karenanya jangan sia-siakan airmata hanya untuk menangisi sesuatu yang tak abadi, menangislah karena kalian ingat dan takut pada Allah swt, mohonkan ampunan kepada Allah. Tetesan air mata yang mengalir sekarang akan menjadi embun penyejuk pada hari perhitungan kelak.

Rasa ini, cinta ini, yg kurasa mudah2an akan selalu dipelihara dan dikuatkan.. Karena, rasa ini, cinta ini adalah nikmat yg tiada terkira...

Ya Allah, jangan lah kau cabut nikmatMu yg terbesar dari diri ku, yaitu nikmat Iman dan nikmat Islam... Amin Allahuma Amin....

Do U have phobia??

Kalo pertanyaan tersebut ditujukan ke saya, maka jujur saja, jawaban saya adalah: 'Yes, I have phobia. And I guess I have not only one of phobia,'

Phobia adalah ketakutan "tak beralasan" terhadap sesuatu atau situasi tertentu yang terjadi secara konstan pada seseorang. Kata-kata "tak beralasan" diberi tanda kutip karena mungkin bagi orang lain hal tertentu tersebut tidak menimbulkan ketakutan/kengerian, tapi bagi orang yang menderitanya hal tersebut sungguh membuatnya takut/geli/ngeri dan tentu ada alasannya.

Phobia sendiri banyak sekali macamnya. Bahkan kadang ada yg aneh-aneh dan konyol sekali.. Setelah saya search di mbah google, wew... ternyata phobia nya memang bener-bener banyak dan aneh-aneh.
Bayangkan saja, masa ada sih phobia terhadap dagu (geniophobia), takut akan tertawa (geliophobia), takut pada benda-benda di sebelah kiri (levophobia)?? Hmmm.. untuk yg terakhir ini, emang super aneh banget.. hahaha... Trus masih banyak lagi sih phobia-phobia yang lain yang ga kalah aneh dan konyol.

Aneh dan konyol bagi kita yg tak punya phobia terhadap hal-hal tersebut. Tapi bagi si penderita phobia, mungkin hal tersebut sangat lah menyiksa dan tentu saja jauh dari konyol.

Saya sendiri merasa punya phobia yg sebenar nya sudah saya punya sejak kecil. Yaitu phobia terhadap laba-laba, kalo bahasa keren nya sih adalah Arachnophobia. Kalo liat laba-laba rasanya pingin teriak, lari, naik ke atas kursi (kalo ada kursi), atau lompat-lompat ga jelas. Tapi phobia ku ga begitu parah sih, kalo laba-laba nya kecil n kurus aku masih berani. Tapi kalo udah besar dikit, hiiiiyyyyyy mendingan lari deh....
Phobia saya yang lain yang saya rasa adalah, takut ketinggian pada ruangan terbuka (aeroacrophobia). Maka nya saya masih bisa naik pesawat. Karena pesawat kan ruangan tertutup yang bisa terbang tinggi. Ngomong-ngomong masalah pesawat,saya jadi ingat dengan pesepak bola Dennis Bergkamp. Beliau punya ketakutan terhadap terbang (aviophobia) yang menyebabkan nya tak bisa naik pesawat. Jadi kalau ada pertandingan yg diselenggarakan di tempat yang mengharuskan nya naik pesawat, maka dijamin si Bergkamp pasti lebih memilih absen... hehehe
Sepertinya banyak lagi phobia yang saya punya yang mungkin tak saya sadari atau kadarnya belum terlalu parah sehinggat tak terlalu mengganggu.
Phobia saya selanjutnya, yang baru-baru ini saja saya sadari dan terasa mengganggu sekali adalah saya takut sama gambar besar yang munculnya secara tiba-tiba. Demi melihat nya, saya bisa kaget, latah, dan sampai nangis segala. Tapi setelah saya search di google, ternyata ga ada phobia seperti yg saya rasa tersebut. Apa yang saya rasa ini bukan termasuk bentuk phobia? Lalu apa donk?? Tapi sungguh, hal tersebut sangat mengganggu. Saya sudah berusaha untuk menghilangkan nya, dengan menahan rasa takut dan memberanikan diri. Sejauh ini sih, tetap aja rasa takut itu masih ada. Apalagi kalo buka internet, pas lagi browsing-browsing, tiba-tiba ada gambar besar (hampir selayar penuh yang muncul tiba-tiba).. huh kaget nya minta ampun... Dada sampai sakit rasa nya..

Setelah membahas phobia dengan panjang lebar, saya kembali teringat pada seseorang yang kata nya bisa menghilangkan phobia. Siapa dia??? Yupz tepat sekali. Si master hipnotis Romy Rafael.
Hihihihi.. jadi pingin ktemu Pak Romy, kali aja Pak Romy bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan phobia saya.

At last... saya baru aja baca, ternyata ada juga phobia yang bermanfaat dan bagus sekali. Phobia terhadap Tuhan (Zeusophobia). Tapi phobia yang satu ini maksud nya apa ya?? Phobia yg kemudian membuat seseorang tak mau mengenal Tuhan karena saking takutnya, atau phobia yang membuat orang tunduk dan patuh terhadap Tuhan?? Hmmm.. membingungkan...

Sekali lagi, do u have phobia???

Sabtu, 18 Juli 2009

KISAH CINTA

Seorang perempuan duduk persis bersebelahan dengan seorang lelaki.
Lama mereka duduk bersebelahan.
Dengan pikiran dan perasaan masing-masing - yang entah, bersebelahan jua kah atau tidak...

Andai saja ada yang tau...

Sebenarnya pikiran dan perasaan sang perempuan tertuju pada lelaki di sebelahnya. Pikiran yang terus memikirkan.... Apakah sang lelaki juga memikirkan diri nya?? Perasaan yang entah disebut apa?? Suka atau kah Cinta??
Tapi apa daya? Dirinya hanya lah seorang perempuan. Pantang bagi nya untuk mengungkapkan isi hati. Biarlah orang berkata, bahwa zaman telah berubah. Bahwa sekarang bukan zaman nya perempuan memendam perasaan.
Tapi tidak semudah itu...
Bagimu dan bagi orang lain, mungkin urusan ini urusan sederhana. Tapi bagi sang perempuan, urusan ini benar-benar pelik. Dirinya hanya boleh memendam, tak boleh mengungkapkan. Titik!

Pikiran dan perasaan sang lelaki ternyata juga sama. Namun tetap tak ada yang tau...

Andai saja ada yang tau...

Pikiran dan perasaan nya juga tertuju pada perempuan di sebelahnya. Pikiran dan perasaan yang sama persis dengan sang perempuan. Hanya saja alasan mengapa ia tak mengungkapkan semua itu yang membuat nya berbeda.
Sang lelaki lebih memilih diam karena ia sebenarnya takut. Takut belum siap untuk mengungkapkan. Karena bagi nya, mengungkapkan berarti keseriusan. Keseriusan dan tanggung jawab untuk benar-benar serius. Apakah dia siap untuk itu? Dia sendiri belum tau persis...

Lalu.... Bagaimana lah...

Andai saja ada yang tau...


-Repost dari MPku (18 Juli 2009)-

Rabu, 15 Juli 2009

Memecahkan rekor

Akhirnya rekor ku telponan terpecahkan... hehe..

Rekor sebelum nya adalah 2 jam 10 menit (kalo ga salah... yang jelas udah lebih dari 2 jam, he...)

Dan akhir nya, malam tadi rekor nya terpecah kan. Waktu yang tercatat adalah 4 jam 52 menit. Wew... hampir 5 jam...

Apa saja yg diobrolin dalam waktu selama itu??? Huhuhu... banyaaaakkkk... Maklum lama ga ketemu, jadi akhirnya tuker2an kabar...

Menyenangkan mendengar tawa nya dari sini walaupun dia nun jauh di sana. Jujur padahal aku lom ngantuk sama sekali waktu itu, waktu aku harus mengakhiri telpon kami di pukul 01.45 WITA (hampir jam 2 pagi, hehehehe). Tapi aku memang harus mengakhiri nya, kan aku harus dan wajib tidur cuz besok masih harus masuk kerja seperti biasa.... :(

Akhir nya aku yang berinisiatif mengakhiri pembicaraan... 'udah dulu ya... assalamu 'alaikum'
Dan suara di sana menyahut 'iya, kum salam'... kemudian tut.. tut... tut... dan telepon pun diputus.

Tidurlah aku.... zzzzzz...zzzz.... ^_^

Rabu, 24 Juni 2009

Rembulan Tenggelam di Wajahmu

Category:Books
Genre: Other
Author:Tere Liye
Membaca novel tere liye kali ini lebih kepada seperti menonton film dari pada membaca sebuah novel...

Cara tere liye membawa kita ke dunia 'fantasi' nya, sangat lah brilian.. Kita seperti berada di sisi Ray (sang tokoh utama), selama perjalanan nya kembali ke masa lalu nya demi menjawab 5 pertanyaan yang selalu menghantui kehidupan nya. Pertanyaan yg mungkin juga pernah kita pertanyakan, mungkin juga tidak...

Pertanyaan-pertanyaan yang akhir nya membuat kita mengerti bahwa semua urusan ini sederhana ada nya, tapi mungkin juga tidak bagi sebagian orang... Pertanyaan yang paling membuat ku berfikir adalah pertanyaan 'apakah hidup ini adil?' Dan jawabannya adalah 'YA' Hidup ini adil...
Karena Yang Maha Adil sudah membuat nya sedemikian adil nya, hanya saja kita tidak peka. Merasa selalu yang paling menderita... Padahal ada hikmah ada makna..

Dan kebiasaan ku bila membaca novel tere liye adalah...
BANJIR AIR MATA!!! (terlebih untuk 'Hapalan Shalat Delisa')..
Tapi kali ini, tanpa menurunkan ke empat jempol ku, aku mau bilang kalau novel ini hanya membuat ku gerimis... Gerimis yang mendalam... Terlebih ketika di akhir hidupnya si Gigi Kelinci menanyakan apakah suami nya ridha kepada nya. Dan demi mendengar pertanyaan itu, suami nya m-e-n-g-a-n-g-g-u-k pelan... Anggukan yg sungguh 'mahal' sekali harganya... Hiks... Bisakah aku jadi si Gigi Kelinci??? Berakhir menjadi Bidadari Surga...

'Rembulan tenggelam diwajahmu'.... epilog tere liye selalu membuat ku berfikir. Kali ini pun begitu, bahkan lebih.... Bahwa sedikit saja rasa ingat, rasa syukur, dan harapan bisa membuat segalanya berbeda. Hanya Allah yg paling tau hati makhlukNya melebihi makhluk itu sendiri....

Senin, 16 Februari 2009

The Kite Runner

Category:Books
Genre: Romance
Author:Khaled Hosseini
Novel best seller yang bagus banget... menceritakan tentang penyesalan seorang anak manusia karena sudah mengkhianati teman yg dianggapnya seperti saudaranya sendiri. Mengharukan dengan setting perang dan konflik di timur tengah.
Membacanya akan membuat kita tersentuh dengan kesetiaan Amir...
Dan membacanya membuatku teringat akan.... "untukmu ke seribu kalinya...."