Selasa, 27 November 2012

Pecel Lele Olla Banjarbaru

Bismillah,

Tadi siang, saya dan teman kantor memutuskan untuk makan siang di sebuah tempat makan yang sudah beberapa kali kami kunjungi. Kata ‘beberapa kali’ tentulah memiliki arti bahwa tempat makan ini termasuk kategori oke. Dan tempat makan tersebut bernama Pecel Lele Olla.
Pasti langsung ingat sama Pecel Lele Lela yang terkenal itu ya?? Emm.. Sepertinya inspirasi tempat makan yang satu ini memang datang dari Pecel Lele Lela, tapi hanya dari segi penamaan saja, yakni kata Lela diganti dengan Olla, mungkin maksudnya supaya lebih familiar dengan telinga orang Banjar kali ya, hehehe (kalau Lela kayak nama Betawi kan ya? :D). Tapi menu-menunya tentu berbeda jauh dengan Pecel Lele Lela. Dan tadinya saya pikir tempat makan ini punyanya artis Olla Ramlan, secara Olla kan artis dari kalsel, tapi ternyata bukan euy, hehehe...

Mengenai menu, di sini tersedia berbagai pilihan. Selain lele, ada menu ayam, nila, patin, bawal, dll. Tapi saya kalau makan di sini selalu memesan yang namanya Lele Goreng Jibrak. Soalnya saya memang penyuka lele, apalagi si lele goreng jibrak ini disajikan dengan sambal yang khas, saya sih menyebutnya sambal daun kemangi, karena memang sambalnya dikasih daun kemangi, jadi semriwing-semriwing gimana gituuu, hehehe.

Penasaran?? Bisa dicobain sendiri menu-menu Pecel Lele Olla nya yang beralamat di Jl. Pangeran Suriansyah No. 12 Banjarbaru (belakang kantor pos Banjarbaru atau depan SMK Telkom Sandy Putra Banjarbaru).

Untuk harga, standar aja sih, sekitar belasan ribu untuk seporsi makanan dengan lauk lele/ayam/patin. Dan dua puluh ribuan apabila lauknya bawal/nila (merasa sedikit aneh, koq mahalan nila daripada patin ya?? :D).

Hayoo yang jalan-jalan ke Banjarbaru, silakan mampir ke Pecel Lele Olla. Bisa makan gratis bagi yang namanya Olla dan bagi yang berulang tahun juga gratis makan di Pecel Lele Olla. Mengenai waktu bukanya RM ini, saya kurang tau, yang jelas kalau jam makan siang, biasanya sudah buka :D.

Mari ke Banjarbaru ^_^

Pecel Lele Olla

Suasana RM Pecel Lele Ola. Ada juga yg lesehannya loh, tapi lupa difoto :D

Buku menu Pecel Lele Olla

Lele Goreng Jibrak

Pecel Lele

Jumat, 23 November 2012

Big Coffee part 2

Bismillah,

Menindak lanjuti tulisan saya sebelumnya yang ternyata membuahkan 'undangan' untuk bertamu kembali di Big Coffee, langsung dari owner Big Coffee. Maka kali ini saya akan sedikit bercerita tentang kunjungan saya tersebut yang cukup meninggalkan kesan bagi saya.

Pulang kerja tadi, saya dan Yayuk memutuskan untuk ke Big Coffee, ceritanya mau nagih voucher yang dijanjiin ('bakat' gratisannya kambuh, wkwkwk). Sesampainya di Big Coffee saya sempat bingung, cara nagihnya gimana ya?? Nunjukin hape yang ada blog saya atau gimana?? Hihihi, asli bingung. Akhirnya kami memutuskan untuk pesan saja lah dulu, masalah voucher mah belakangan, hehehe.
Yayukpun memesan Ginger Tea dan Ekado. Sedangkan saya memutuskan untuk memesan kopi, dan pilihan saya jatuh pada kopi Vietnam Drip (bener ga ya namanya?? :D). Apa itu vietnam drip? Langsung liat penjelasannya disini aja ya. Dan Vietnam Drip di Big Coffee ini rasanya kopiii banget di lidah saya. Di lidah saya loh ya, dan saya yakin lidah tiap orang itu berbeda-beda :D.
Sebenarnya kepekatan rasa kopi vietnam drip bisa kita atur, yaitu dengan mengontrol tetesan kopinya. Semakin banyak tetesan kopi yang kita kumpulkan maka rasa kopi yang didapat tentulah akan berasa lebih pekat. Penasaran?? Coba sajalah sendiri! Oiya, untuk makanannya, saya pesan Blueberry Pancake.

Vietnam Drip (gambar pinjam di http://wustuk.com), soalnya lupa ambil foto Vietnam Drip nya Big Coffee :D

Blueberry Pancake ala Big Coffee

Pas pesan menu, kami sempat tanya ke yang melayani kami, yang namanya Pak Deni yang mana? Trus ditunjukin deh orangnya, yang kayaknya lagi sibuk gitu deh. Kitapun hanya ber-'ooo...' saja.

Tak lama pesanan kamipun datang. Pertama yang datang itu Ginger tea dan ekadonya Yayuk. Kemudian kami dikasih secangkir minuman cantik yang saya tak merasa memesannya. Sayapun menolak minuman tersebut dengan bilang kalau kami tidak memesan minuman tersebut. Tapi pelayannya bilang, minuman itu memang untuk kami. Gratis. Dibikin khusus buat kami!!
Waw, sayapun mulai menangkap maksud dari semua ini, hehehe.. Rupanya kedatangan kami sudah di 'notice' atau bahkan mungkin sudah ditunggu-tunggu kali ya (pedemodeon :p). Tak lama, ka Deni (dipanggil 'ka' saja kali ya, soalnya orangnya masih muda koq :D) sang barista yang bikin minuman cantik itu pun datang menghampiri kami, sambil menjelaskan bahwa minuman itu adalah menu baru yang (memang) baru bulan Januari tahun depan akan dilaunching. Sayapun menjadi sangat excited untuk mencicipinya. Tapi sebelum di-icip tentu harus difoto dulu minuman cantiknya. Saking cantiknya, rasanya ga tega deh buat minumnya, hehehe...

Red Velvet Latte ala Big Coffee

Setelah mengambil fotonya, sayapun mulai meminum latte tersebut yang ternyata bernama Red Velvet Latte. Rasanya unik, ada semacam rasa yang sebenarnya ga asing di lidah saya, tapi saya ga bisa menyebutkan rasa apakah itu. Saya pikir seperti rasa susu kedelai, eh ternyata saya salah, karena rasa unik yang ga asing itu adalah rasa ubi jalar. Penasaran pingin coba?? Sabar ya... Karena seperti yang ka Deni bilang, menu ini baru ada bulan Januari nanti.

Kamipun mengobrol panjang lebar dengan ka Deni, orangnya asyik diajak ngobrol. Beliau ini ternyata orang Sunda tapi udah lumayan lah bahasa Banjarnya, hehehe. (Di sela-sela mengobrol, sebuah amplop diberikan kepada saya yang konon katanya isinya adalah voucher yang dijanjikan. Waa, alhamdulillah..)
Dari beliau kami jadi ngerti sedikit tentang kopi, tentang latte, dan tentu saja tentang Big Coffee. Bulan Januari tahun depan, akan ada banyak menu-menu baru di Big Coffee yang tentu saja akan memanjakan lidah pelanggannya.
Selain Red Velvet Latte, ka Deni juga menyuguhkan Chamomile Tea yang juga merupakan menu baru di Big Coffee. Chamomile tea ini unik, karena berbahan dasar bunga chamomile. Wanginya khas, rasanya unik tapi segar, mantablah pokoknya, saya sampai habis 2 cangkir lebih kayaknya (haus apa doyan ya? hehehe). Sayangnya saya lupa ngambil gambar penampakan chamomile tea ini karena keasyikan ngobrol. Dan karena keasyikan ngobrol pula, tak terasa hari sudah hampir magrib, kamipun mau pamit dan saya berniat untuk memakai voucher yang sudah diberikan kepada saya. Tapi sayangnya, voucher saya ga bisa dipakai langsung hari ini tadi. Sempat kecewa euy. Tapi kekecewaan saya segera digantikan dengan rasa ketidak percayaan ketika ka Deni bilang, voucher tidak bisa dipakai sekarang karena semua makanan dan minuman yang kami nikmati tadi GRATIS tis tis!!! Huaa... Beneran nih?? Ya beneran lah. Duh senangnya, terima kasih Big Coffee.

Sebelum pulang, saya ijin untuk meminta foto bersama dengan ka Deni dan kaka beliau yang juga owner dari Big Coffee, untuk menghiasi blog saya tercinta ini :)

Foto bersama dengan owner Big Coffee

Mesin kopinya itu loh 'bintang' nya, hehehe :D

Terima kasih Big Coffee atas kehangatan yang diberikan. Semoga ke depannya Big Coffee bisa lebih baik lagi, lebih maju lagi, dan tentu saja lebih sukses dari sekarang. Aamin.

**********************

Eh, mungkin ada yang penasaran ya sama vouchernya? Ini dia nih voucher dari Big Coffee untuk saya.

a big voucher from Big Coffee

Sekali lagi, terima kasih Big Coffee, tunggu kedatangan saya lagi ya :)

Senin, 19 November 2012

Big Coffee

Bismillah,

Berhubung saya suka sekali yang namanya wisata kuliner, maka secara tidak langsung terbersit niatan di pikiran saya untuk mengisi blog saya ini dengan review-review tentang tempat makan. Entah itu tempat makan di Banjarbaru – Martapura pada khususnya atau di seluruh penjuru dunia pada umumnya. Semoga saja review-review ini bermanfaat buat yang suka wiskul (baca: makan) juga dan mudah-mudahan bermanfaat buat yang buka usaha tempat makan (semacam promosi gratis gitu deh :D).

Kali ini saya mau review sebuah tempat makan atau lebih tepatnya sebuah cafe di Banjarbaru. Yang namanya cafe, di Banjarbaru ini sepertinya masih sangat sedikit sekali (yang beneran cafe loh ya, kalau cafe-cafean sih mungkin banyak juga kali ya, hehehe). Nah, cafe yang mau saya review kali ini termasuk yang oke loh. Dan cafe tersebut bernama: Big Coffee.
Tadinya saya pikir Big Coffee di Banjarbaru ini merupakan franchises dari Big Coffee yang ada di Jakarta atau di kota mana lah yang notabenenya lebih besar dari Banjarbaru. Ternyata saya salah. Big Coffee ini ternyata the one and only hanya ada di Banjarbaru. Saya dapat info ini dari teman saya yang suaminya katanya kenal sama pemilik cafe ini.

Awalnya saya sempat ga percaya, sampai saya googling segala untuk membuktikan hal tersebut. Dan yang saya dapat dari googling adalah bahwa Big Coffee ini memang tidak ada di kota manapun di Indonesia (setidaknya tidak ada tulisan/review tentang Big Coffee di mesin pencarinya mbah Google, yang ada malah Big Coffee di luar negeri yang tentu saja bukan Big Coffee seperti di Banjarbaru ini). Ini menandakan kalau Big Coffee ini memang satu-satunya dan cuma ada di Banjarbaru. ;)

Mungkin ada yang penasaran, koq saya sampai segitunya ga percaya kalau memang Big Coffee ini bukan sebuah franchises? Soalnya, Big Coffee ini terkesan ‘bonafide’ gitu deh, dilihat dari produk makanan/minuman yang disajikan, betul-betul memperhatikan hal-hal kecil (kalau kata chef Juna tuh ya: attention to detail :D), seperti pipet yang dibungkus kertas berlogo Big Coffee, pun sugar atau gula yang juga dibungkus kertas berlogo Big Coffee, membuat saya berpikir kalau tempat ini bukan sembarang tempat. Bahkan makanannya apalagi minumannya, ga bisa dibilang ‘asal-asalan’.

Logo Big Coffee

Sebut saja untuk kopi (menu utama di cafe ini), banyak sekali tersedia pilihan yang tentunya bakalan membuat para penggila kopi tersenyum bahagia. Dari kopi luwak sampai kopi lainnya tersedia lumayan lengkap di tempat ini yang sayangnya tidak bisa saya sebutkan satu persatu bahkan saya tak punya fotonya satupun untuk dibagi di sini, karena jujur saja saya bukan penggemar kopi. Mungkin hanya sekali dua saja saya memutuskan menikmati kopi, itupun dalam bentuk iced cappucino racikan Big Coffee yang enak banget. Saya ini memang cenderung suka minum teh poci atau fresh orange di tempat ini. Dua minuman itu lah yang sering saya pesan di Big Coffee. Tapi kalau dilihat dari menunya, seingat saya Big Coffee ini menawarkan banyak sekali pilihan minuman dari yang hot (panas) sampai dengan yang cold (dingin). Mantab lah pokoknya.

Teh Poci ala Big Coffee

Fresh Orange ala Big Coffee

Sedangkan untuk makanannya, di sini banyak sekali pilihan yang kadang bikin saya galau karena semuanya tampak enak. Untuk makanan beratnya, seingat saya, ada nasi goreng dan nasi sop ala Big Coffee. Saya pernah icip yang nasi gorengnya, emm saya pikir kurang maknyuss di lidah saya, dan saya biasanya cenderung pesan snack aja sih kalau nongkrong di sini. Snack di Big Coffee ini ada yang sweet bagi yang suka manis-manis, tapi bagi yang suka asin/gurih banyak juga pilihan snacknya yang saya yakin bisa sangat memuaskan.

Untuk yang suka manis, di antaranya ada Choco lava with ice cream. Semacam cake coklat dengan isian coklat meleleh di dalamnya (namanya juga choco lava :D) yang disajikan dengan es krim (es krim nya bisa pilih: strawberry/vanila). Kemudian, ada pula Cinnamon Roll, yakni pastry yang digoreng lalu diberi bubuk kayu manis dan gula halus serta pelengkap sirup maple yang manisnya gimanaa gitu, hehehe. Lalu ada original pancake yang saya sukaa banget, manis nya pass, dan pelengkapnya juga adalah sirup maple.
Sebenarnya masih ada pilihan lainnya yaitu waffel, dll tapi saya belum sempat aja untuk icip, mungkin next time kali ya.

Original Pancake with Maple Syrup ala Big Coffee

Cinnamon Roll ala Big Coffee

Choco Lava with Ice Cream ala Big Coffee

Nah, untuk snack asin/gurihnya, di Big Coffee ini ada Zupa Soup (my favorit, hehehe), macaroni schotel, ekado yang uenak banget, dan tentu tak ketinggalan french fries alias kentang goreng, serta snack lainnya yang memang saya ga hapal sepenuhnya :D.

Ekado ala Big Coffee

Zupa Soup ala Big Coffee

Dari segi makanan dan minuman (rasa dan tampilan), bagi saya Big Coffee ini termasuk kategori recommended. Untuk lokasi juga sudah oke, lumayan berada di tengah kota Banjarbaru, tepatnya di bundaran Panglima Batur (sekitaran depan STM YPK Banjarbaru). Hanya tempatnya saja yang agak kurang mantab karena masih bertempat di ruko, jadi kesannya kayak sempit dan (sedikit) pengap, padahal dekorasinya sudah lumayan juga loh ;). Moga ja ke depannya Big Coffee bisa dapat tempat yang lebih oke.

Salah satu lukisan yang menjadi dekorasi di Big Coffee

Untuk harga, lumayan terjangkau koq apalagi untuk kualitas rasa yang demikian enak, saya rasa banyak yang (akan) setuju kalau harga makanan dan minuman di Big Coffee ini termasuk kategori 'bersahabat dengan kantong'.

Bagi yang berkunjung ke Banjarbaru, jangan lupa mampir di Big Coffee dan kalau anda beruntung, biasanya akan ada sajian live music nya juga loh. Untuk info tambahan, cafe ini buka dari sore hingga malam hari (perkiraan saya sekitar pukul 16.00 s.d 24.00 WITA)

Mari ke Banjarbaru ;)

Rabu, 14 November 2012

[Giveaway] Cerita Batikku

Bismillah,

Tring tring, mau ikutan Giveaway (lagi) nih... Kali ini Giveaway nya datang dari Kamaratih Fashion Olshop, yang mau ikutan dan liat info jelas tentang lomba ini, bisa langsung ke TKPnya di sini.

Nah, berhubung lomba ini mensyaratkan pesertanya untuk bercerita tentang batik - entah itu mengenai sejarah batik, pengalaman pas pake batik, berbagai motif batik dst - maka kali ini saya mencoba menuliskan semua pengalaman saya terhadap batik.

(Saya dan teman-teman kantor) Batik cantik gaya chibi :D

Sebenarnya, 'sedikit pengalaman' tersebut, sudah pernah saya tulis sebelumnya di postingan saya yang dulu dengan judul: alergi batik. Dari judulnya, tentulah sudah bisa ditebak isi dari tulisan saya tersebut. Yupz, tulisan tersebut memang tentang saya yang alergi dengan beberapa kain batik, yang saya curigai sebenarnya saya alergi dengan bahan pewarnanya. Koq bisa tho?? Saya juga bingung pemirsah, tapi begitulah adanya. Namun terlepas dari alergi tersebut, saya masih sangat menyukai batik, buktinya saya selalu pakai batik tiap hari Jumat (padahal karena emang diwajibin sama kantor pakai batiknya, hehehe). Saya sering menyebutnya dengan Jumat Batik.

Jumat Batik, kebetulan pas ada tanding futsal dalam rangka HLN. Kita-kita malah narsis foto-foto, hahaha :))

Jumat Batik, narsis depan mobil kantor, wkwkwk...

Jumat Batik, kebetulan ada acara perpisahan Pak Gatot Dwi yang dirayakan dengan perlombaan bulutangkis. Saya memutuskan untuk jadi penonton saja :D

Terlepas dari alerginya saya terhadap bahan pewarna tertentu, sungguh saya menyukai batik. Bagi saya batik menjadi semacam pakaian yang bisa dipakai untuk acara formal dan non formal.

Batik sendiri sudah melengkapi salah satu moment penting dalam hidup saya yaitu ketika saya Yudisium S1. Saya mengenakan kebaya dengan bawahan berbahan batik yang saya bikin di penjahit dengan uang saya sendiri. Waktu itu saya baru lulus kuliah, jadi uangnya adalah uang tabungan sisa beasiswa dari kantor bapak saya. Alhamdulillah bisa buat bikin kebaya untuk yudisium dan sekarang kebayanya masih ada di dalam lemari yang sayang sekali kebayanya sudah ga muat lagi untuk saya pakai, hihihi...

Saya yang ditengah, masih kuruuuussss :D

Selain yudisium yang terhitung acara formal, ke kondangan pun hampir 80% saya hadiri dengan memakai batik. Berikut beberapa gambar saya pakai batik di resepsi teman dan acara lainnya yang sempat terabadikan lewat beberapa foto.

Waktu walimahannya Arie TESAIGA

Waktu aqiqah Nabila (putri Ema TESAIGA)

Waktu walimahannya Nani Ariani TESAIGA

Sedangkan untuk non formal alias untuk pakaian sehari-hari di rumah, ada beberapa helai daster milik saya bercorak batik, yang benar-benar jadi favorit saya karena adem luar biasa. Sebenarnya ada beberapa foto saya dengan daster-daster batik tersebut, tapi sebaiknya tidak usah dipublish, biar jadi koleksi pribadi saya saja ya. *tiba-tiba sok ngartis :pp

Saking sukanya dengan batik, kalau ada teman kantor yang pulang ke Jawa, selain nitip dibeliin makanan, saya juga biasanya minta dibawain baju batik. Beruntung AsMan saya yang dulu orangnya baik, jadi saya dibeliin baju batik. Hanya saja, sayangnya, beliau beliin batiknya yang lengan pendek, jadi terpaksa harus dimanset. Dan sekarang baju batik tersebut sudah tak muat lagi dengan saya, untungnya sempat saya foto, jadi masih ada kenang-kenangannya (benefit of being narsis wkwkwk) karena sekarang bajunya sudah saya hibahkan.

Batik pemberian Pak Agus

Pun ketika teman baik saya - Yayuk, jalan-jalan ke Jogja, alhamdulillah, saya dibeliin batik yang saya suka banget model dan warnanya.Thanks Yayuk... :)

Batik dari Yayuk. Suka suka suka... ;)

Hingga suatu ketika saya sendiri yang berkesempatan ke Solo dan Jogja, maka batik menjadi salah satu  incaran saya. Di Solo saya hunting batiknya di PGS (Pusat Grosir Solo) yang jual semua tentang batik. Fiuhh.. rasanya pingin borong semuanya. Batiknya bagus-bagus tapi sayang alergi saya kembali kambuh, hikss. Tapi alergi tak menjadi penghalang saya untuk tetap berburu batik, di sela bersin-bersin saya tetap semangat borong batiknya. Akhirnya dapat batik bola untuk adik saya yang penggemar Juventus. Trus beliin beberapa daster batik cantik untuk kaka perempuan saya. Sedangkan untuk saya sendiri, saya beli celana batik (celana yasmin), yang sekarang jadi favorit saya juga.
Pas di Jogja, Beringharjo tentulah tempat yang tepat untuk berburu batik dan saya memperoleh sehelai gamis batik cantik untuk kaka ipar saya.

Oiya, mukena saya juga berbahan batik loh, hasil hunting di salah satu toko batik di kota saya.

Batik oh batik... Batik bahkan menjadi kenangan tersendiri bagi saya, karena waktu ultah 3 April lalu, saya dihadiahi baju batik oleh seseorang yang amat baik. Kadonya cantik, batik pula, sempurna lah pokoknya. Saking cantiknya tuh kado, sampai saya foto pake hape tepat ketika pertama kali kado tersebut saya buka. Emm, mana fotonya ya?? Bentar, tak ubek-ubek dulu hapenya. Untungnya masih tersimpan dengan baik fotonya. Nih dia nih fotonya:


a beautiful gift ;)
Well, kayaknya cukup dulu cerita saya tentang batik dan tiba saatnya saya untuk me-review salah satu produk dari Kamaratih. Produk yang saya pilih adalah Blouse Batik Wanita Lengan Panjang berwarna ungu (BLP-099).

Batiknya cantik, pingin deh punya, secara saya belum punya batik warna ungu (kebanyakan punya warna hijau). Apalagi blousenya lengan panjang, jadi tak akan ribet dipakainya karena tidak harus pakai manset. Belum lagi modelnya yang semi kebaya, membuatnya tambah cantik dan cocok dipakai untuk ke acara formal semisal menghadiri undangan resepsi perkawinan, dsb. Mudah-mudahan saya beruntung bisa mendapatkan baju batik ini. Aamin.

Mari cintai budaya Indonesia dengan salah satunya mencintai Batik.

”Kamaratih

Rabu, 07 November 2012

Negeri Para Bedebah

Negeri Para Bedebah

Di negeri para bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata.

Di negeri para bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah.

Tetapi setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah, petarung sejati tidak akan pernah berkhianat.

*****************************

Judul Buku : Negeri Para Bedebah
Penulis : Tere Liye
Tebal : 440 halaman

Thomas, seorang pemuda, berprofesi sebagai konsultan keuangan yang sangat pandai dan populer, berusaha menyelamatkan Bank Semesta milik Om Liem (adik Edward - ayahnya Thomas) dari 'likuidasi yang direncanakan' hanya dalam jangka waktu 2 hari.

Dibantu oleh orang-orang terpercayanya pun teman-temannya di klub petarung, sanggupkah Tommi (panggilan akrab Thomas) menyelamatkan Bank Semesta? Siapakah dalang dari collapse nya Bank Semesta? Adakah hubungannya dengan tragedi di masa lalu Thomas yang telah membuatnya menjadi pribadi yang berbeda, pribadi yang jauh lebih kuat?

Cari tahu jawabannya sembari masuki 'dunia ekonomi' ala tere liye yang dibalut 'keseruan' adegan action dalam bentuk kata-kata di dalam buku Negeri Para Bedebah.

*****************************

Negeri Para Bedebah (NPB), satu lagi karya tere liye yang bikin saya kagum dan mengidolakan beliau sebagai penulis. Hmm.. entah harus mulai dari mana saya membahas tentang buku ini... Oke lah, let it flow aja nulisnya.. Bismillah.

Buku ini saya beli sudah beberapa bulan yang lalu, tapi baru minggu-minggu kemarin sempat baca pas saya dinas ke Satui. Jadi ceritanya buku ini jadi pengisi waktu luang daripada bengong di penginapan, hehehe.

Awalnya saya skeptis, kalau buku ini bakalan membuat saya 'suka', karena ngeliat judul dan covernya, agak kurang menarik. Begitupun dengan beberapa penggal kata di bagian cover belakang bukunya, terasa biasa saja.

Uppss, ternyata saya salah besar!!! Dan kata bijak: Don't judge the book just from the cover, rasa-rasanya sangat berlaku untuk buku yang satu ini. Tadinya malah saya pikir, buku ini bakalan 'berat' banget, karena sempat dapat selentingan di dumay (entah di dumay bagian mana, lupaaa.. :D), kalau buku ini banyak berisi tentang istilah-istilah ekonomi gituu, jadi berasa takut duluan aja. Takut ga ngerti, hahaha. Tapi ternyata saya salah. Saya malah suka, saya malah tertarik, bahkan saya jadi merasa 'sedikit mengerti' tentang dunia perekonomian. Jadi tambah kagum sama bang tere dan jadi mikir, bang tere ini kuliah jurusan apa ya?? Ada yang tau ga?? (malas googling :pp).

Waktu di buku Rembulan Tenggelam di Wajahmu (RTDW), bang tere sukses memasukkan sedikit dunia 'teknik sipil' which is itu (salah satu) yang membuat saya masih menempatkan RTDW di rating paling atas untuk karya-karya bang tere. Nah kali ini, malah bang tere sukses ngebawain setting dunia perekonomian. Yang sekolahnya di bidang ekonomi, harusnya suka baca buku ini (my personal opinion :D). Setidaknya, saya yang bukan 'orang ekonomi' merasa cerita di buku ini keren sekali dengan dunia ekonominya tadi.

Saking tenggelamnya saya dalam dunia perekonomian di NPB, saya sempat berfikir untuk tidak menyimpan uang saya di Bank.. Nah lo.. Kenapa bisa begitu?? Huiii panjang dan rumit ceritanya. Baca sendiri sajalah NPB ini, ntar juga ngerti :D
Tapi tentu itu cuma 'pikiran' saya saja, karena realisasinya memang agak susah mengingat zaman sekarang, yang memang tak bisa lepas dari sistem perbankan.

Membaca buku ini, saya serasa menonton film action. Tiap adegan berhasil digambarkan bang tere dalam bentuk kata-kata yang sukses melarutkan imajinasi saya dalam perjuangan Thomas untuk menyelamatkan Bank Semesta hanya dalam waktu 2 hari. Kadang, dengan membaca buku ini saya merasa seperti nonton film India ketika ada oknum polisi yang jadi penjahat. Di lain waktu saya merasa seperti nonton film Hollywood ketika Thomas beberapa kali melarikan diri dari kejaran polisi. Nah, ngomong-ngomong film Hollywood, saya jadi ingat dengan film Cellular ketika membaca NPB ini. Apa pasal? Karena Thomas (tokoh utama NPB) selalu menggunakan ponsel nya untuk terus berhubungan dengan orang-orang terpercayanya sementara ia sibuk menghindari kejaran polisi sambil terus berusaha merealisasikan rencananya menyelamatkan Bank Semesta. Yang saya notice banget adalah, di hal charge ponsel. Kalau di film Cellular ada adegan di mana si pemeran utama sibuk mencari charger agar ponsel nya tetap bisa menyala (sampai bela-belain ngerampok toko ponsel cuma buat ngedapetin charger :D), nah di NPB, si Thomas kayaknya ga mengalami hal itu. Hmm.. Emang sih, Thomas ga selalu 'menelpon' tapi saya jadi merasa sedikit janggal saja. Well, tapi setelah saya pikir-pikir, kan memang ada ponsel yang baterainya bisa tahan 10 hari. Nah mungkin Thomas pake ponsel yang seperti itu :D

Terlepas dari seperti film India ataupun film Hollywood, banyak pembaca lain (termasuk saya) yang berpendapat kalau buku ini, setting ceritanya mirip dengan sebuah bank di negeri kita. Benar atau tidaknya, kalau buku ini bersettingkan 'bank' tersebut tentulah sudah ditegaskan di awal buku: "Cerita ini adalah fiktif. Apabila ada kesamaan nama tokoh, tempat, dan alur cerita, itu hanyalah kebetulan belaka." Tapi saya sungguh tidak keberatan, entah itu fikif, entah itu non-fiktif, yang jelas saya terhibur dengan cara menulis bang tere yang menjadikan buku NPB ini seru sekali untuk dibaca. Dan saya tak ragu untuk bilang kalau ini buku no.2 favorit saya setelah RTDW (untuk karya bang tere). :)

Sepertinya nge-review kali ini emang beneran 'let it flow', sampai-sampai jadi ga jelas, ni review atau bukan ya?? hehe.. Karena sedikit banyak saya merasa kalau buku ini memang susah untuk di ceritakan kembali alias di review, takutnya malah jadi spoiler bagi yang belum baca, ntar malah jadi ga seru donk ya? Tul ga?? :D

Intinya, begitulah kesan saya setelah membaca NPB. Buat yang belum baca, buruan baca!! Recommended banget lah pokoknya.

Happy reading ya ;)

Jumat, 02 November 2012

Beef Teriyaki

Bismillah

Kemarin malam nginap di rumah Yayuk lagi dengan schedulle apalagi kalau bukan masak-masak, nonton tv (entah itu film, the voice 3, atau acara masak), atau ngobrol ngalor ngidul?? Hehehe... Untuk nonton tv dan ngobrol ngalor ngidulnya tentu tak menarik untuk ditulis (atau jangan-jangan ntr suatu saat malah menarik ya?? hihihi...), jadi kita skip saja ya.

Nah, untuk acara masak-masak kemarin kita punya 3 target, jiahh kyk apaan ja pake target. Tapi ini beneran loh, we have three dishes that we want to make... Yang pertama kita mau pratekin Ayam Tangkap Pasta, yang dulu pernah saya masak. Kita bikin ayam tangkap pasta ini buat menu makan malam, malam tadi. Yang mau liat resep lengkapnya bisa liat di sini .

Taadaaa.. Dan ini dia ayam tangkap pasta kita malam tadi...

Ayam Tangkap Pasta made by Yayuk and Nora

Emm niatnya mau dibagi dua sama rata, tapi kenapa malah porsi saya lebih banyak ya?? Laper apa doyan nih?? :p

Porsi Yayuk vs Porsi ku, nampak sangat tak seimbang :pp

Setelah kenyang.. Kita lanjut ke dish yang ke dua. Kita mau bikin Beef Teriyaki!!! Yaiii... Sounds delicious ;D.

Kenapa kita mau masak beef teriyaki?? Alasannya mayan banyak nih, dari masih adanya stok daging sisa idul adha kemarin sampai dengan mau nyobain saus yang baru dibeli - saus teriyaki. Maka kitapun googling resep beef teriyaki dan nemu resep ini di blognya mbk Ricke Indriani. Sebenarnya saya dan Yayuk sudah sering berkunjung ke blog beliau, resep dan tips-tipsnya oke punya loh, tapi mungkin ini kali pertama bagi saya 'beneran' nyontek resep beliau, lalu menuliskannya di blog ini.

Berikut resep lengkapnya langsung saya copaskan dari blog mbk Ricke.

Beef Teriyaki

Bahan:
500 gram daging sapi, iris tipis sejajar serat (pilih daging berkualitas baik agar saat dimasak empuk, aku pake daging has dalam untuk rendang)
1 buah bawang bombay, iris tipis memanjang
1/2 sdt gula pasir
1/4 sdt garam
Air secukupnya (sekitar 150 ml)
Minyak goreng/minyak zaitun untuk menumis

Bumbu perendam:
2 cm jahe, haluskan/parut, peras airnya saja
3 siung bawang putih, haluskan
3 sdm saus teriyaki
2 sdm saus tiram
1 sdm kecap manis
1 sdt minyak wijen
1/2 sdt maggi seasoning (optional, ga pake juga ga apa-apa)
1/4 sdt merica bubuk

Salad:
Kol secukupnya, iris tipis
1/2-1 buah wortel, potong korek api atau serut kasar
1 sdt air jeruk nipis/lemon
1/2 sdt gula pasir
1/4 sdt garam

Pelengkap:
Nasi
Mayonaise untuk salad

Cara membuat:
1. Aduk daging dengan bumbu perendam hingga rata. Diamkan dan simpan dalam kulkas selama 1 jam (atau minimal 30 menit) agar bumbu meresap.
Daging berbumbunya aja udah bikin ngilerrr :D, tapi musti didiemin dulu selama kurleb 1 jam

2. Panaskan minyak, tumis bawang bombay sampai harum
Tumisan bawang bombay yang wanginya udah menguar kemana-mana :D

3. Masukkan daging beserta bumbunya. Aduk hingga berubah warna.
Nunggu dagingnya berubah warna biar airnya bisa dimasukin :D


4. Masukkan air, gula pasir dan garam. Aduk rata dan masak hingga daging matang dan airnya mengering. Angkat.

5. Salad: Campur wortel dan kol, beri garam dan remas-remas hingga sayuran lemas. Bilas dengan air dan tiriskan. Beri gula pasir dan air jeruk nipis/lemon. Aduk rata.

6. Sajikan beef teriyaki bersama pelengkapnya.

*Sumber: blog Ricke Indriani
**Foto di atas di ambil dari hasil masak kita malam tadi ;D
***Foto salad dan hasil akhir beef teriyaki ga sukses diabadikan karena tiba-tiba listrik padam... hikss :(

***********************************************

Waw.. nampak maknyuss dan hasil masakan kita malam tadi juga cukup maknyusss, hanya saja agak sedikit asin dan sedikit 'ngejahe' aja, sisanya oke lah pokoknya. Penyebab asin adalah karena kami kurang hati-hati menambahkan garam, padahal kan sudah ada saus tiram yang notabenenya aciiinnn :D.

Dan yang paling bikin bete malam tadi (selain listrik yang tiba-tiba padam) adalah gigi saya yang tiba-tiba sakit. Hedehhh, nasib.. nasib... T_T

Alhamdulillah ada mangga madu - pencuci mulut, yang masih bisa dinikmati dengan gigi yang nyut-nyutan, hehehe.


Bagi yang punya stok daging di kulkas atau yang lagi pingin makan daging dengan taste beda dari biasanya, boleh cobain resep Beef Teriyaki di atas.

Moga manfaat :)

NB: Dish ke 3, kita mau baking, mau bikin kue JRC yang unyu-unyu, tapi belum sempat malam tadi. Mungkin besok baru mau bakingnya, ntar pasti ada 'laporan' nya juga koq on the next posting.. :D